Don't forget to play mulmed
-happy reading-
~🍁~🍁~🍁~
Sera masih saja menggerutu
disepanjang jalan. Oh. Dia harus cepat sampai kelapangan lalu menyusup diam-diam melalui celah para anak baru agar tidak ketahuan para senior.Sera melihat mereka sudah mulai berbaris dengan rapih untuk mengikuti kegiatan selanjutnya. Salah satu mentor grupnya masih memeriksa barisan. Mati aku! Sera terus mengendap mencoba untuk masuk kebarisan paling belakang. Ia terus berjalan tanpa suara. Ini kesempatannya karena mentornya itu masih menghadap kedepan dan artinya ia masih punya kesempatan hari ini.
"Sera?" Panggil seseorang. Sera membulatkan matanya. Kakinya berhenti bergerak saat suara yang cukup terdengar ditelinganya itu membuat ia semakin cemas.
Tatapan hampir semua anak baru tertuju padanya. Sera memejamkan matanya kuat. Sial ketahuan! Langkah kaki seseorang seakan terdengar sangat jelas ditelinganya. Perlahan namun pasti langkah itupun berhenti tepat didepannya.
"Kau terlambat. Kau tau?" Ucapan yang cukup singkat yang saat itu juga merupakan deretan dari lanjutan hari sialnya.
"Dengar. Kau tak bisa melanggar peraturan disini. Jadi kenapa kau terlambat?"
"I-itu ak-aku." Ingin rasanya Sera membenturkan kepalanya kedinding. Akh! Ini semua karena tuan menyebalkan tadi.
"Jadi?" Tanya orang itu lagi. Yah. Dia senior yang memimpin grup Sera sekaligus mentornya. Dia terkenal licik. Meski diwajahnya terlukis senyuman yang menawan tapi bagi Sera pria itu pasti akan membuat hidupnya tak tenang disekolah ini. Mungkin seniornya itu tak suka dengannya. Terlihat dari senyum licik diwajah orang itu. Sera bisa pastikan itu.
"Kau tau mau menjawab hmm?"
"....."
Entah kenapa Sera tak berani untuk menjawab. Apa ia harus bilang ia telat karena kesiangan? Atau karena aksi tadi saat dirinya memanjat tembok dengan seorang pria yang tak ia kenal? Lalu memberitau mentor itu sebenarnya ia tak terlalu terlambat dan meminta memaafkannya kali ini? Akh. Itu tidak mungkin. Jika mentor lain pasti bisa tapi masalahnya mentornya itu berbeda dari yang lain. Super menyebalkan. Ia rasa tak ada alasan lain.
"Ternyata kau cukup berani untuk menghiraukanku bukan?"
"An-ani sunbae, bukan seperti itu ak-aku kesiangan. Jadi aku terlambat. Maafkan aku kali ini sunbae. Jebal. Bukankah ini hari pertama aku mengikuti kegiatan ini?" Ucap Sera. Yah. Setidaknya ia mencoba untuk berkata jujur?
"Ckck. Kau sekarang mencoba untuk mencari alasan? Aku rasa kau melakukan pelanggaran lain disekolah ini. Lihatlah bajumu kotor dan kau juga mengenakan celana olahraga. Oh. Apa kau ingin mengikuti pelajaran olahraga? Aku bisa pastikan kau mengikuti pelajaran itu hari ini. Bagaimana?" Tanya sunbae itu. Sera langsung menatapnya. Ini yang ia takutkan. Tidak ada toleransi. Padahal jika digrup lain para mentor disana tidak sepicik dirinya.
"Wae? Kenapa kau menatapku seakan tak suka?"
"Oh. Ti-tidak sunbae. Ak-aku tak mengerti ucapan sunbae barusan." Mulut sial ini. Aishh. Seharusnya Sera berkata yang sebaliknya. Padahal Sera tau pria itu pasti akan memberikan hukuman.
"Sepertinya aku akan memberikan pelajaran olahraga khusus untukmu hari ini Sera." Pelajaran? Oh. Tentu saja pasti maksudnya hukuman. Iyakan? Ckck.
"Oh iya. Dimana barang yang harus kau bawa? Berikan kepadaku sekarang."
"I-iya sunbae. Ada ditasku." Sera baru ingat dengan barang bawaan yang ada ditasnya. Ia merogoh tasnya. Tangannya mencoba menyentuh setiap barang-barang yang ia pegang.
