Masih ada yang nunggu kelanjutannya?
Because it's to long to update guys :')****
"Kau sudah bagaikan mayat, bung!" Ujar seorang pria tinggi yang baru saja datang dari balik pintu ruangan privasi sang dokter muda."Cih. Apa urusanmu?" Pria itu. Kris. Berdecak saat mendengar ucapan kasar dari Lee Donghae, teman sekaligus sepupunya.
Ia hanya merasa miris saat melihat keadaan Donghae yang tampak seperti tak punya gairah hidup. Meski, dokter itu tetap menjalankan tugasnya dengan baik tapi percayalah setelah Donghae menyembuhkan pasien-pasien itu. Dia pasti akan murung kembali dan memandang foto usang yang menampilkan figura seorang gadis cantik yang ia ketahui jika gadis itu telah menjadi istri seorang pengusaha terkenal. Rival dari Lee Donghae. Yah. Dia adalah Cho Kyuhyun.
"Hmm.. Apa kau masih mencintainya?" Tanya Kris. Lalu kaki pemuda itu berjalan perlahan kearah sofa yang ada diruangan itu. Ia merebahkan punggungnya disana. Dngan masih menatap tatapan kosong milik Donghae.
Kenapa Donghae sulit sekali melupakan gadis itu?
Kenapa sepupunya itu tak melihat kebaikan gadis lain yang selalu memberinya bekal?
Donghae tak menjawab, bahkan genggaman tangannya difoto tersebut semakin kuat. Ia rasa Donghae merasa kesal dengan perasaannya saat ini. Donghae terlihat sangat merindukan gadis itu.
Baru saja ia ingin berucap, tapi sebuah suara lain dari balik pintu membuatnya menghela nafas dalam.
Yah. Sepertinya gadis itu sudah datang dan ia rasa dirinya harus pergi sekarang.
"Donghae, dia sudah datang. Bersikap baiklah kepadanya." Ujar Kris yang sudah menghampiri Donghae dan menepuk pelan bahu tegap pria tersebut.
"Ah, Kris oppa. Selamat pagi." Ujar gadis itu saat melihat pria itu dengan jelas. Suaranya begitu ramah. Hari ini gadis itu terlihat cantik dan tentu saja pastinya begitu lembut.
Kris mengulas senyum kepadanya. Kemudian menunduk sebentar bermaksud untuk pamit.
"Maaf, sepertinya aku harus pergi." Baru saja Yoona ingin bertanya lagi tapi Kris sudah melangkahkan kakinya keluar. Kenapa terburu-buru sekali?
Tanpa mau ambil pusing ia kembali menatap pria yang selalu ia rindukan setiap harinya.
Wajahnya selalu muram dan ia tak suka itu. Terlebih tatapan matanya memancarkan kerinduan pada satu titik. Yah. Tentu saja pada foto yang terus saja ia pandangi setiap harinya.
"Berhentilah memandangi foto itu. Lebih baik kau makan dulu oppa." Ujar Yoona sedikit ketus. Mungkin kesal. Tak ada tanggapan. Ia hanya bisa berdecak. Tangannya mulai membuka bekal yang ia bawa tadi lalu menaruhnya dimeja Lee Donghae.
"Oppa makanlah. Kau harus punya tenaga untuk bisa melanjutkan pekerjaanmu." Ujarnya sambil memanggil pria itu. Donghae kali ini menatap wajah Yoona. Datar. Yah. Hanya itu yang selalu ia tunjukkan kepada gadis itu.
"Bukankah sudah kubilang kau tak perlu membawa makanan untukku lagi?" Ujarnya sedikit menusuk. Selalu seperti itu. Tak ada rasa terima kasihnya tapi bodohnya Yoona ia selalu menjawab dengan senyuman.
"Aku tau, tapi meski kau bilang seribu kali pun aku akan terus datang menemuimu." Ujarnya terdengar lembut. Donghae berdecak. Cih! Dasar keras kepala!
"Makanlah." Yoona tak memperdulikan wajah kesal Donghae, ia bahkan memberi sumpit ketangan pria itu. Lalu dengan perlahan membantu pria itu melepaskan foto yang sejak tadi digenggamnya.
Lagi-lagi Donghae tak bisa berkutik, akhirnya pria itu menuruti ucapan Yoona dan memakan makanan itu. Gadis itu menopang dagunya sambil memperhatikan wajah Donghae yang terlihat masih sangat lelah. Pasti pria itu baru saja menyelesaikan operasinya.