3

134 22 16
                                    


"Sssttttt ..." Farius membungkam mulut Rahma yang berisik. Rahma terbelak melihat Farius di hadapannya. Rahma sadar dengan posisi mereka. Farius berada di atasnya. Apa yang ia lakukan!

Rahma mendorong kuat tubuh Farius membuat ia terjatuh kebelakang, Farius langsung cepat-cepat menarik tangan Rahma biar gak jatuh. Akhirnya mereka berdua jatuh dari sofa. Punggung Farius mendarat keras di lantai membuatnya kesakitan. Sedangkan Rahma mendarat di tubuh Farius.

Tik-tik-tik. Beberapa detik berlalu mereka masih tenggelam dalam pikiran masing-masing. Rahma bisa mendengar detakan jantung Farius, membuatnya nyaman juga parfumnya yang wangi entah kenapa bisa membuat Rahma terasa tenang. Dan membuat beban dikepala Rahma hilang.

"Hmm ... kau keenakan ya!" ucap Farius menghancurkan ketenangannya. Rahma sadar lalu bangun menjauhi Farius.

"Apa kau baik-baik saja, Farius?" Rahma mengulurkan tangannya membantu Farius yang susah bangun dan membimbingnya duduk di sofa.

"Bagaimana bisa baik-baik saja! Punggungku sangat sakit apalagi kau mendarat di tubuhku menambah rasa sakitnya, apa kau belajar bela diri?" tanya Farius kesal. Sambil mengusap-ngusap punggungnnya. Rahma merasa bersalah karena mendorong begitu kuat Farius, ia begitu kuat karena belajar beberapa bela diri seperti pencak silat, taekwondo, dan karate membuatnya jadi tangguh.

"Maafkan aku, apa yang harus kulakukan?" tanya Rahma polos, tidak tahu harus apa.

"Nih, pijit punggungku yang sakit." Farius menunjuk-nunjuk punggungnya. Rahma terpaksa memijit punggung Farius. Ia duduk di belakang Farius dan mulai memijit-mijit Farius.

"Eh, bahu aku juga sakit." Perintah Farius pada Rahma membuatnya kesal. Pijitan Rahma naik ke kedua bahu Farius.

"Tanganku juga." Farius terus memerintah Rahma membuatnya hampir kehabisan kesabaran.

"Kepalaku juga, aduh sakit!" pekik Farius,  ia menjahili Rahma, padahal yang sakit hanya punggungnnya ia mencari kesempatan dalam kesempitan. Rahma yang marah menekuk kepalanya.

"Kau membohongiku ya! Mencari kesempatan dalam kesempitan. Apa yang kau lakukan disini?" tanya Rahma penasaran.

"Bukannya aku yang harus bertanya padamu kenapa kau ada disini, ini tempatku. Rahasiaku," ucap Farius sambil menghadap Rahma.

"Oh, pantesan kau selalu bolos palajaran." Rahma menyandarkan kepalanya di sofa.

"Bukan selalu, tapi jarang. Gak semua pelajaran kali." Farius membela dirinya, ia hanya bolos pelajaran tertentu saja.

"Kau selalu bolos saat pelajaran pak Ben kan?" tanya Rahma tidak sadar menyebut nama orang yang tidak ingin dilihatnya.

Dulu waktu kelas 10 Farius dan Rahma sekelas, jadi ia sedikit tahu tentang Farius meskipun tidak terlalu dekat. Ini pertama kalinya mereka mengobrol.

"Tepat sekali!"

"Kalau kau selalu berada disini, jadi waktu itu kau ...." Rahma mulai menyadari sesuatu, Farius selalu berada disini yang berarti pertemuannya dengan Ben terakhir kali ia mengetahuinya.

"Ya aku mengetahuinya, lihat ini," Farius mengeluarkan Hpnya ia menunjukan foto Rahma yang sedang dipeluk oleh Ben,"ini bakal jadi berita terhangat di sekolah." Farius cekikikan membayangkannya.

Rahma membulatkan matanya tak percaya, ia mengangkat tangannya ingin merebut HP itu. Farius mencegahnnya ia berdiri dan mengangkat tangannya. Rahma meloncat-loncat susah untuk meraih Hp itu.

"Ayo kita buat kesepakatan!" ucap Farius tiba-tiba, "aku akan menghapusnya jika kau melakukan apa yang ku katakan."

"Baiklah." Rahma hanya bisa pasrah.

My Love Is YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang