7

70 16 4
                                    


Rizal mencintainya dan sekarang apa yang harus dilakukan Rahma. Ia bingung, Naya sahabat satu-satunya. Ia tidak ingin Naya seperti Sonya yang membencinya. Tapi menyakiti hati Rizal akan membuatnya merasa bersalah. Rahma merenungkan semua itu di kamarnya.

Ia butuh seseorang untuk memecahkan masalahnya. Jika Rahma menolaknya berarti Rahma telah menyakiti hati dua orang, Rizal pun akan menolak Naya juga. Rahma bahkan meminum obat tidur karena ia terus kepikiran tentang Rizal dan Naya.

***

Bisakah aku memutar waktu?
Tapi itu mustahil
Sebenarnya aku itu pengecut
Tidak bisa menghadapi masalah
Aku bahkan ingin berlari melewatinya
Aku tidak bisa karena ini soal cinta...

Rahma melamun di kelasnya, ia melirik Naya dan Rizal. Mereka berdua apa tidak bisa disatukan? Hanya tuhan yang tahu, hanya dua hal yang Rahma tidak bisa. Yang pertama berenang dan yang kedua soal cinta.

Rahma berpikir ia tahu mengapa Ben memutuskan hubungan dengan Rahma karena kemungkinan Rahma tidak tahu tentang cinta. Melihat masalahnya, Rahma ingin Naya bersatu dengan Rizal, tapi Rizal malah ingin sama Rahma. Dan Naya? Rahma tidak ingin ada yang tersakiti.

"Eh, kok diem aja dari tadi?" Naya merasakan ada hal yang aneh seperti ada atmosfir yang berbeda di kelasnya.

"Hmm, ah masa?" Rahma hanya menyahut tanpa menatapnya, ia melihat keluar jendela seperti biasanya. Jika ada masalah Rahma pasti melakukan itu.

Mendung, padahal sudah memasuki musim panas. Rahma menatap lekat-lekat jendela itu. Ada pantulan Rizal yang sedang menatapnya diam-diam.

Naya merasakan keanehan, ia melirik Rizal dan Rahma keduanya tampak murung setelah pertemuan kencan buta itu. Naya bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi.

***

Rahma melangkah tanpa tujuan. Banyak beban dikepalanya, ia butuh tempat istirahat. Rahma ingat tempat yang bagus untuk bersantai, ya sofa itu.

Rahma berlari, melewati murid-murid yang heran padanya bahkan siswa yang menyapapun tidak dihiraukannya, Rahma benar-benar ingin menenangkan kepalanya.

Ia berdiri di depan Loker tua di koridor terakhir, ia baru tahu jika ada sebuah pintu rahasia di dalam loker itu. Pintu untuk masuk ke balkon terakhir.

Tidak ada siapapun di sana, Rahma sedikit mengharapkan Farius di sana karena tidak ada orang yang bisa diajak bicara olehnya selain Farius.

Rahma dengan gontai duduk di sofa, memandang langit yang mendung menambah aura kesedihannya. Ia menatap ke bawah banyak pasangan muda yang berpacaran meskipun mendung mereka terlihat bahagia.

Farius datang mengendap-endap ia tahu Rahma datang ketempat rahasianya. Itu membuatnya sedikit jengkel karena ada yang tahu tempat yang disenanginya itu.

Ia mendekati Rahma yang menatap kebawah tanpa menyadari keberadaannya.
Farius duduk di sebelah Rahma dan menemukan HPnya yang tergeletak di sebelahnya, ia pun mengotak-ngatik HPnya tanpa izin.

"Kau kenapa?" Farius menoleh padanya, ia hanya bergumam tidak jelas. Farius khawatir padanya,"kau bisa curhat padaku," tawar Farius padanya, Rahma tidak berkutik ia masih tetap tidak menoleh Farius.

"Ada seseorang yang tersakiti olehku, apa yang harus kulakukan?" Rahma bertanya tanpa menatap Farius. Begitupun Farius menjawabnya tanpa menatap Rahma, ia fokus pada HP Rahma yang sedang di otak-atik olehnya.

"Kau harus melakukan apa yang diinginkan olehnya," Rahma sedikit kaget mendengar jawabannya. Jika ia melakukan yang diinginkan Rizal berarti ia harus menerima cintanya. Tapi Rahma tidak bisa melakukannya,"atau melakukan hal baik padanya, itu cara yang ampuh!"

Rahma mungkin bisa melakukan hal yang baik dan disukai oleh Rizal.

Rizal waktu itu bilang dan marah padanya jika ia tidak suka dijodohkan dengan Naya. Rahma baru menyadari jika Rizal menerima tawaran kencan buta itu karena dirinya. Ia pun memutuskan untuk mengajak Rizal kencan khusus untuknya dan hanya dengan dirinya. Itu mungkin bisa mengobati sedikit kesakitan hati Rizal.

"Makasih ya, kau sedikit membantuku."

"Aku ingin balas budi darimu."
Rahma menaikan satu alisnya bingung iapun memutar tubuhnya menghadap Farius."Maksudmu apa?"

"Aku memberikanmu solusi, jadi kau harus membalasnya dengan ini."

"Sini ...." Farius menarik pinggang Rahma dan merekatkan tubuhnya. Ia mengangkat HP Rahma dan memotret fote selfie mereka. Rahma hanya membeku, itu terlalu cepat hingga membuat Rahma susah untuk berpikir.

Farius mensetting foto mereka sebagai wallpaper dan tidak lupa mengirim foto itu ke LINEnya."Aku ingin ini, jangan di ubah wallpapernya. Kalau kau melanggar berarti kau tidak sopan!" Farius tersenyum manis padanya dan meninggalkan Rahma sendirian di sofa itu, Rahma hanya mengo melihat prilaku Farius yang aneh.

Rahma manatap HPnya kesal, ia terlihat sangat jelek difoto sedangkan Farius dia terlihat keren.

***

"Rahma, mau pulang bareng gak?" tanya Naya yang sudah bersiap untuk pulang.

"Hmm, ada sesuatu yang ingin kulakukan. Duluan aja." Rahma masih belum bersiap, buku-bukunya masih ada dimeja. Ia juga harus merapihkan buku paket bekas pelajaran terakhir.

"Oh, kalau begitu, Bye." Naya pergi keluar kelas dan melambaikan tangannya.

Hanya ada dua orang di kelas Stars-1, Rahma masih membersihkan mejanya. Sedangkan Rizal mengumpulkan buku-buku paket dan menumpuknya menjadi dua bagian.

Rahma memakai tasnya dan mengikat rambutnya supaya rapih. Rizal menatap Rahma, terpesona. Apalagi saat Rahma mengikat rambutnya terlihat sangat cantik.

Rizal sudah dari tadi bersiap, ia menunggu Rahma melakukan aktivitas yang sudah dilakukannya setiap hari dengan Rahma. Mereka akan mengembalikan buku paket ke perpustakaan. Rahma menoleh dan tersenyum malu karena lama untuk memebereskan mejanya.

Rahma membawa sebagian buku paket, begitu pula dengan Rizal. Mereka berjalan beriringan ke perpustakaan, canggung yang mereka rasakan. Hanya bunyi detakan jantung yang mereka dengar. Rahma menelan ludah, kelu. Ia susah untuk berbicara dengan Rizal, ia jadi canggung didekat Rizal.

"Ri-rizal, aku ingin menebus kesalahanku ...." Rahma menggigit bibir bawahnya, mencoba untuk tidak terlihat canggung. Rizal menoleh, bergumam. Ia terkejut dengan apa yang dibicarakan Rahma.

"Jadi ... aku akan menjadi milikmu hanya untuk hari ini dan seterusnya kita berteman." Rizal hampir meloncat senang mendengar ucapan Rahma, tapi akhir katanya itu menusuk. Hanya berteman, apakah ini yang dinamakan Friendzone?

Rizal menghentikan langkahnya, ini sungguh menyakitkan untuknya. Rizal berharap tinggi untuk memiliki Rahma. Tapi apa boleh buat Rizal tidak bisa memaksa Rahma, itu akan menyakitinya.

Rahma bergetar ia takut Rizal marah padanya. Ia tiba-tiba berhenti membuat Rahma khawatir. Ekspresi Rizal susah diartikan, tapi kemudian ia tersenyum dan mengacak-acak rambut Rahma.

"Baiklah, jika itu yang kau inginkan. B-e-r-t-e-m-a-n. Aku akan menjemputmu jam 5, kita akan berkencan, jadi jangan mengeluh dan hiasi wajahmu dengan senyuman sepanjang kita kencan."

Rahma tersenyum memulai menebus kesalahannya. Mereka berjalan lagi ke perpustakaan dan mengembalikan buku paketnya.

***

My Love Is YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang