4

85 22 5
                                    


"Kau tidak perlu malu, itu hal baik bukan." Farius menatap Rahma, menyemangati seperti mengerti apa yang dirasakan Rahma.

Farius mendadak menjadi orang berbeda. Mereka mengobrol di taman dan duduk di ayunan. Ini aneh, harusnya Rahma membentak Farius karena ia tidak tanggung jawab atas ciuman itu. Tapi ia seperti tidak ingin melakukannya.

"Kau tidak tahu ya, ada geng yang sangat menakutkan di sekolah. Nama gengnya itu Blood Rose, siapapun cewek rendahan yang ada disekolah akan dibully habis-habisan sampai mereka keluar dari sekolah, ketuanya itu anak dari kepala sekolah, Marisa." Rahma menatap langit, melihat matahari yang mulai turun. Sepertinya hari sudah mulai sore. Ia ingat ketika geng Blood Rose melakukan aksinya di sore hari.

Mereka membully teman yang cukup dekat dengan Rahma. Sonya, ia gadis baik meskipun gendut ia tetap manis. Sonya mendapat beasiswa sehingga ia bisa masuk SMA Stars, mereka juga tahu jika hanya Rahma yang berteman dengannya. Rahma tidak pernah membeda-bedakan teman jadi Sonya menyukainnya. Tapi saat hari mengerikan itu terjadi ia tidak bisa melakukan apapun dan hanya bisa melihat dari kejauhan, Sonya yang sudah terlihat berantakan menangis.

Rahma tidak bisa menolongnnya karena punya janji dengan kedua orang tua angkatnya sehingga ia harus cepat pulang ke rumah. Sonya melihat Rahma meninggalkannya, ia kecewa dan menjadikannya sangat membenci Rahma. Blood Rose tidak pernah meninggalkan jejak, mereka sangat cerdik. Jadi sekolahpun tidak tahu jika ada geng seperti mereka.

"Kau kan anak dari perusahaan B, kau tidak rendahan."

"Sebenarnya aku bukan anak aslinya, aku hanya anak angkat mereka." Rahma keceplosan, ia malah memberikan rahasia terbesarnya pada Farius. Tapi Farius ekspresinya sedikit terkejut lalu biasa lagi.

"Kau sangat polos sekali, kau itu kenapa tidak seperti dulu. Kau ketua kelas yang super galak." Farius mengingat kenangannya waktu kelas 10 meskipun disaat itu ada hal merikan terjadi. Rahma suka marah-marah dan disiplin, jika ada satu saja murid yang tidak rapih ia akan memarahinya. Dan tidak ada yang berani melawannya.

"Aku tidak tahu, mungkin karena aku banyak menerima tekanan sampai aku jadi lemah seperti ini," lirih Rahma. Mereka berdua tersenyum lalu memainkan ayunannya.

"Kau seperti tante-tante pakai baju itu, jadi kelihatan tua," Celetuk Farius memancing amarah Rahma. Ia bisa saja membuat Rahma untuk tidak bersedih.

Rahma tersenyum sinis."Kau mau ditonjok ya!" Mereka pun tertawa terbahak-bahak.

***

"Kau mau ku antar, ini sudah hampir malam?" tanya Farius khawatir, ia tidak bisa meninggalkan gadis sendirian dimalam hari. Rahma menoleh, dan tersenyum lembut.

"Gak usah, aku bawa sepedah." Rahma menunjukan sepedah warna pinknya, sepedah khas perempuan. Ia segera pergi kesana.

"Rahma, tunggu dulu." Farius menghentikan Rahma dan berdiri dihadapannya, ia menarik ikat rambut Rahma yang turun.

Ia melepaskan ikatan itu sehingga Rambut Rahma tergerai indah, Farius lalu mengikatkan lagi Rambut Rahma dengan kuat supaya tidak terbang kemana-mana saat naik sepedah.

Mereka berdua sangat dekat degupan jantung mereka samar-samar tendengar, tapi mereka hanya diam. Rahma bingung mengapa Farius sangat perhatian sekali padanya. Sampai hati Rahma seperti mencair, tapi ia belum ingin memulai lagi yang namanya cinta. Ia masih butuh waktu.

"Ma-makasih," ucap Rahma gugup. Jantungnya sedari tadi berdegup cepat. Ia ingin segera melarikan diri dari sana sebelum dirinya meledak.

"Hati-hati di jalan ya." Farius melambaikan tangannya pada Rahma yang terburu-buru pergi.

My Love Is YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang