5

81 22 0
                                    


Hari begitu cerah karena mulai memasuki musim panas, Rahma melamun di kelas ia sedang menunggu pelajaran berikutnya. Semua murid sedang asik mengobrol, ada juga yang asik sendiri main game, ngedengerin musik, corat-coret white bor. Dan ada satu cowok yang sedang menyimpan sesuatu di meja guru, tidak lupa juga merapihkannya.

Rizal, ia begitu rajin di saat murid lain asik dengan sendirinya ia malah mengerjakan tugasnya sebagai wakil ketua dengan sempurna. Rahma melirik Naya, dugaannya benar Naya sedang asik memandangi Rizal, entah mengapa itu membuat Naya bahagia. Rahma hanya tersenyum melihat sahabatnya itu, ia memikirkan bagaimana caranya ngejodohin Rizal sama Naya.

Guru datang, semua murid langsung terdiam dan kembali ketempat duduk masing-masing. Rahma menoleh, matanya terbelalak ia lupa kalau sekarang adalah pelajaran pak Ben, B. Inggris.

"Anak-anak, kumpulkan tugasnya di meja bapak!" Ben duduk dan mulai menyiapkan bahan ajarnya. Ia ingin memeriksa dulu tugas yang diberikannya minggu lalu.

"Baik pak ...." Semua murid mengambil buku tugasnya di tas masing-masing, sedangkan Rahma hanya mengo tidak mengerjakan tugasnya. Bukunya juga ketinggalan. Ia baru ingat kalau buku pelajaran Ben sudah tidak diliriknya lagi, ia terlalu sedih sampai ia membuangnya ke tong sampah. Mati gue.

"Woi! Rahma, mana buku tugasmu mau dikumpulin gak!" tanya Naya yang menunggu Rahma untuk menyerahkan tugasnya.

"A-aku lupa bawa bukunya," Rahma mengacak-ngacak tasnya acting, Naya gak boleh tahu jika ia membuangnya.

"Apa? Kau tahu pak Ben sangat tegas, kalau gitu aku kumpulin dulu punyaku. Semoga kamu baik-baik saja." Naya meninggalkan Rahma dan menyerahkan bukunya ke pak Ben. Ia pun duduk kembali ke tempat duduknya. Ben menghitung bukunya, tapi hanya sembilan belas buku yang ada di mejanya. Satu orang yang tidak mengumpulkan.

"Siapa yang tidak mengumpulkan tugasnya?" Ben bertanya dengan seram, para murid saling melirik satu sama lain. Rahma hanya bisa pasrah ia berdiri."Saya pak."

Semua murid melirik Rahma, Naya dan Rizal khawatir melihatnya. Rahma berjalan dengan berat kehadapan Ben. Rahma menunduk takut.

"Rahma, biasanya kau rajin mengumpulkan tugas?" Ben bersuara sangat lembut padanya. Rahma menatap Ben jijik. Cih! Ben sedang dalam modus acting, dasar buaya sinting.

Ben tahu jika Rahma sedang berusaha melupakannya, tapi sampai tidak mengerjakan tugas, itu naif sekali.

"Kenapa diam, okey jika tidak ingin memberitahu alasannya, keluar dan berdiri di koridor sambil mengangkat kursi!" Ben menatapnya tajam, Rahma membalas menatapnya sama lalu pergi keluar dengan angkuh sambil bawa kursi dan menjalani hukumannya.

Satu jam berlalu, pelajaran pak Ben sebentar lagi selesai, Rahma sudah tidak tahan mengangkat kursi, ia mulai berkeringat dingin.

"Kau sedang apa?" Farius lewat sambil menertawakan Rahma yang sedang dihukum.

"Diam, kau malah membuatku kesal!" Farius menghentikan tawanya, lalu mendekati Rahma.

"Ayo kita pergi," ajak Farius padanya, Rahma menatap heran,"tenang saja pak Ben tidak akan berani padaku, ia tidak akan memarahimu kalau kau ikut denganku."

Rahma tergoda ia capek mengangkat kursi dari tadi, Farius mengulurkan tangannya. Rahma menyimpan kursi dan menerima uluran tangan Farius.

Hangat, itu yang dirasakan Rahma sekarang, tangannya yang dingin bisa terbawa hangat dengan genggaman Farius, ia membawa Rahma berlari di koridor. Dan mengajaknya ketaman, di bawah pohon besar yang ridang. Lalu ia melepas tangan Rahma dan duduk di sana.

My Love Is YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang