Someday We Will Meet Again

1.7K 73 7
                                    

Pairing : Gyuhao
Type : Angst

notes :
- War AU
- reinkarnasi

-----------------------------------------------------------

Keadaan dunia saat ini sedang tidak stabil. Perang Dunia Kedua sedang berlangsung dan masih belum berhenti. Pertumpahan darah terjadi dimana-mana. Penyiksaan yang dilakukan oleh para penjajah membuat rakyat menderita. Di sisi lain, masing-masing prajurit dari setiap kubu berperang satu sama lain membela daerah mereka. Bila mereka kuat mereka akan terus bertahan dan terus menyerang musuh masing-masing.

Tapi tak semua prajurit berhasil bertahan hidup. Mereka yang terbunuh tergeletak begitu saja di medan perang. Tinggal menunggu rayap memakan jasad mereka yang malang. Namun bila mereka cukup pintar, mereka akan berusaha mencari bantuan meskipun itu akan memakan sisa waktu hidupnya sendiri.

"Tolong... Siapapun tolong aku..." Seorang kolonel dengan lambang angkatan laut Korea Selatan di seragamnya terlihat bersimbah darah dan berusaha mencari bantuan. Luka di punggungnya terlihat sangat parah. Ia sangat tak berdaya, dan bahkan tak punya kekuatan untuk berteriak meminta bantuan. Ia sendirian terseret oleh ombak pantai yang cukup deras. Tiba-tiba pandangannya kabur. Ia tak mengingat apapun kecuali sosok yang berlari ke arahnya.

---------

Keajaiban terjadi setelah itu. Ia terbangun setelah pingsan cukup lama di pinggir pantai tadi. Ia melihat beberapa perban di tangannya. Ia berusaha untuk duduk namun ia kesakitan. Tiba-tiba pintu kamar tempat ia berbaring terbuka dan terlihat seseorang dengan jas putih dan bertubuh kurus masuk ke dalam kamar. Orang itu berlari dan langsung menahan tubuhnya yang kesakitan. "Jangan banyak bergerak, lukamu masih belum sembuh!" Orang itu memperingatkannya.

Ia lalu berbaring kembali. Ia tidak mengenal orang berjas putih itu. "Siapa kau...?" Tanyanya dengan suara lirih. Orang berjas putih itu tersenyum lembut. "Aku Dokter Seo. Aku menyelamatkanmu saat kau terseret di pinggir pantai tadi. Sekarang kau berada di klinik tempat aku bekerja." Jawabnya pelan. "Sebagai seorang dokter aku harus tahu nama pasienku. Nah, siapa namamu?" Tanyanya kembali. "Namaku Mingun."

Dokter Seo pun tersenyum sambil duduk di atas kursinya. Senyumannya sangat lembut dan ramah sehingga membuat Mingun merasa bahwa ia adalah orang yang bisa dipercaya. Selama perang ia tidak bisa mudah percaya pada siapapun karena bisa jadi mereka adalah musuh.

Dokter Seo melepaskan jasnya dan meletakkannya di sandaran kursinya. Melihat tanda aneh di bajunya, Mingun berubah ekspresi menjadi terkejut dan marah. "Kau!!!" Teriakannya membuat Dokter itu tersentak dari tempatnya. "Ada apa?!" Dengan sekuat tenaga ia bangkit dari tidurnya dan menunjukkan jarinya ke arah Dokter Seo. "Lambang itu.. Itu adalah lambang Tiongkok! Kenapa kau tidak bilang kalau kau adalah musuh?!!"

Seo menghembuskan nafasnya pelan. Ekspresinya berubah menjadi serius. Ia terpaksa harus mengatakan yang sejujurnya. Ia kembali duduk di kursinya dan menatap wajah Mingun. "Sebelum itu kau harus tahu bahwa sekarang kau berada di wilayah Tiongkok." Mendengar itu, Mingun pun terkejut. Ia tidak ingat bahwa ia terdampar di pantai di daerah musuhnya. "Itu memang benar. Aku adalah orang Tiongkok. Tapi, ayahku berasal dari Korea Selatan. Jadi aku tidak sepenuhnya berdarah Tiongkok, asal kau tahu. Selain itu, 'Seo' hanya nama Korea-ku. Nama asliku adalah Xiao." Ia menjedanya sejenak. "Dengar Mingun, aku tidak peduli kita musuh atau bukan. Tugasku adalah merawat orang sakit. Karena itu aku menyelamatkanmu tidak peduli kau musuhku atau bukan."

Mingun yang baru saja mendengar kenyataan itu hanya bisa bungkam. Ia tidak bisa berbuat apa-apa karena ia masih terluka. Tidak ada senjata yang bisa ia raih untuk menyerang Xiao-- Ah tidak, ia tak punya alasan untuk menyerangnya. Kalau Xiao tidak menolongnya tadi, ia mungkin akan mati saat ini juga. Lagipula tubuhnya masih belum sanggup untuk memegang senjata. "Kau tahu aku sangat kagum padamu. Dengan umurmu yang masih terlihat sangat muda kau sudah bisa menjadi seorang kolonel. Padahal usia kita tampak sama." Xiao memujinya.

Gyuhao - Oneshots CollectionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang