"Ketika kamu merasa jatuh maka bangkitlah, ketika kamu merasa bangkit maka bersujudlah."
____________
HARI ini aku ada jam kuliah, tapi entah bagaimana lagi-lagi aku terjebak dan malah harus mencari fakultas seatopologi yang entah dimana. Mendengar nama fakultasnya saja baru tadi pagi. Di gerbang universitas tadi, aku bertemu seorang ibu yang membawa buku-buku tebal milik anaknya.
Katanya katanya buku-bukunya ketinggalan dan anaknya bernama Raka dari difakultas seatopologi. Karena tak tega melihatnya berjalan jauh menuju fakultas seatopologi, akhirnya aku menawarkan diri untuk mengantarkan buku-buku itu. Walau aku tak tahu dimana letak fakultas tersebut. Katanya orang yang bernama Raka itu sidang hari ini.
Tak aneh mahasiswa takut pada dosen, tapi tak wajar mahasiswa yang terdidik menyuruh ibunya datang ke kampus sendirian meskipun itu kondisi yang mendesak. Apalagi berjalan kaki.
"Mas Raka ya?" tanyaku pada pria yang berdiri gusar di tempat parkir. Ternyata fakultas seatopologi bersebelahan dengan fakultas biofarmasetika yang letak bangunannya di bagian barat universitas. Jauh bersebrangan dengan fakultas farmasi. Fakultas farmasi berada di timur sementara fakultas seatopologi berada di barat.
"Nje Mbak ... Duh matur suwun. Ibu saya mana to?" tanya pria itu dengan logat jawanya yang cuku
"Tadi ibunya saya suruh pulang, Mas. Jadi saya yang anterin," balasku. Kemudian Mas itu mengulang terimakasihnya berkali-kali sampai akhirnya terburu-buru masuk kedalam.
Aku terlambat lagi, ini sudah sangat terlambat karena lima belas menit lagi jam kuliah berakhir. Kakiku lincah berlari karena dikejar waktu. Aku berdiri di depan pintu kelas sambil mengatur nafas. Setelah membenarkan pakaian, aku hendak mengetuk pintu ruangan itu ragu. Tapi tiba-tiba pintunya terbuka dan sosok Pak Alif keluar dari sana.
Dia menemukanku yang mematung, tapi dia tak mengatakan apapun. Dia pergi melewatiku begitu saja. Pirasatku tidak enak karena dia tidak menyuruhku untuk detensi. Beberapa mahasiswa lain keluar berhamburan setelah itu.
"Gila! kamu telat 120 menit, Sya. Rekor terbaru, telat paling lama," kata Rachel yang sedikit berlari ke arahku.
"Nggak aneh, kan?" kataku dengan lemas.
Aku sudah berlari tapi tetap terlambat, tapi aku tidak begitu menyesal. Setidaknya aku terlambat karena aku membantu orang lain. Rachel mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya dan menyerahkannya padaku.
"Ini makalah kamu. Katanya isi makalahnya terlalu umum dan gak sistematik. Hampir sama kayak yang lain," jelas Rachel.
Betapa mendidihnya darahku melihat coretan-coretan tinta merah ditiap lembar makalah itu. Melihat ekspresiku Rachel berkomentar.
"Santai aja, nilai aku C kok. Pak Alif pelitnya lebih parah dari Pak Kevin, semuanya harus serba perfect. Ketahuan plagiat, langsung nggak dapet nilai. Hampir semua diulang kecuali si jenius Alfa. Mahasiswa kesayangan dosen itu."
"Revisiannya vesok dikumpulin. Kamu juga harus susulan karena tadi ada kuis, jam tujuh katanya harus udah ada disini." Rachel menjelaskannya panjang lebar.
"Besok?" kataku agak kaget. Dugaanku salah besar, dia memberiku detensi lebih banyak dari biasanya.
"Fisya nerima aja sama tugas yang diulang, tapi Pak Kevin aja gak pernah nyoret pake bolpoin merah. Dia nggak ngehargain tugas yang udah susah-susah dibikin. Main coret seenaknya. Astagfirullah, dasar dosen galak!" kataku.
Pak Alif benar-benar akan menyiksaku dengan tugasnya. Terlalu umum katanya, itu artinya aku harus mencari referensi lain. Lagipula semua anatomi tubuh manusia pasti umum dan sama lah. Mana mungkin berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Calon Imam ✔
Spiritual(Sudah terbit, bagian tidak lengkap.) Nafisya Kaila Akbar, lima belas tahun memendam perasaan pada sosok pria yang menjadi tetangganya. Jidan Ramdani. Namun pria itu hanya menganggapnya anak kecil yang tak pernah tumbuh dewasa. Beranjak dewasa, Naf...