Abah buat apa tu?” Suara yang menyapa lembut membuatkan aku tersenyum. Wajah itu persis ku. Saling tidak tumpah. Satu-satunya Zuriat yang aku ada.
“Tengok gambar ibu lagi?” Dia mengeluh berat. Aku tahu dia kurang senang dengan tingkahku. Aku bukanlah memuja cuma aku ingin mengimbas kembali kenangan yang pernah singgah dalam kehidupanku.
“Cucu-cucu abah mana?” Aku bertanya. Farez bukan boleh dibiarkan berbicara. Nanti dia tidak tahu di mana hendak meninggalkan nokhtah. Mulut mengalahkan perempuan.
“Luar. Tengah basuh kereta.” Mendengar kata-katanya aku pantas bangun. Langkah kaki aku bawa ke arah balkoni. Riuh rendah suara cucuku seramai empat orang itu merebut getah paip. Senyuman terukir di bibirku. Kalaulah Syada ada di sisiku sekarang tentu dia turut gembira melihat karenah cucu-cucu kami. Insyaallah, kalau Allah mengizinkan sayang tunggu abang di sana.
Ku tlah miliki
Rasa indahnya perihku
Rasa hancurnya harapku
Kau lepas cintakuRasa kan abadi
Sekalipun kau mengerti
Sekalipun kau pahami
Ku pikir ku salah mengertimuHouoo aku
Hanya ingin kau tahu
Besarnya cintaku
Tingginya khayalku bersamamuTuk lalui
Waktu yang tersisa kini
Di setiap hariku
Di sisa akhir nafas hidupkuWalaupun semua
Hanya ada dalam mimpiku
Hanya ada dalam anganku
Ku lewati itu
YOU ARE READING
TITISAN AIR MATA KASIH
RomantizmTITISAN AIR MATA KASIH (View sendiri sebab malas nak description) *Ferhad Daniel *Syada Qistina *Iman Hanis (cerita ini diEdit dan diPaste semula)