Ilyas terpaku, dia menyumpahi mulutnya yang sebelumnya bilang kalau tadi itu pertemuan pertama dan sekarang terbukti, ucapannya dikabulkan. Bagi Ilyas itu sebuah malapetaka yang besar, pasalnya Ilyas hanya bercanda berkata itu, dia terlalu kesal pada sikap Amrina yang menurutnya semena mena itu, serius harus dia? Ilyas tidak ingin.
"Ilyas, salim dulu sama pak Ayyub," kata Papahnya Ilyas sambil menunjuk Abi. Ilyas meneguk ludah, ini nyata.
Ilyas tersenyum kikuk, menyalami Abi. Sementara Amrina melirik Ilyas dengan sangat sinis, Amrina tak suka, begitupun Ilyas, mereka tak suka pertemuan ini. Amir yang sangat peka, menyadari aliran permusuhan dari dua orang di depannya langsung menarik tangan Amrina.
"Kak, masuk yuk," ajak Amir, Amrina mengangguk. Sementara Ilyas menghela napas, lega. Menurutnya Amrina seram.
"Yaudah, yok kita masuk ke mobil masing masing," cetus Papah.
"Iya ayok. Lo ikutin mobil kita aja ya?" kata Abi, sementara Papah mengangguk, sementara Ilyas menganga di tempat melihat gaya bicara pak Ayyub, tua tua gahul.
"Kenapa, Yas? Hati hati ada lalat masuk woy," kekeh Abi. Ilyas tersadar menahan malu, lalu masuk ke mobilnya.
Mobil keluarga Amrina dan Ilyas melaju menuju rumah Amrina, sekali lagi, Amrina dan Ilyas tak suka pertemuan ini. Berbeda dengan pasangan A, yaitu Ayyub dan Annida, juga pasangan I, yaitu Ishaq dan Ishma. Kedua pasangan itu pasti sangat menantikan pertemuan ini. Amir dan Amirah yang sedaritadi melihat muka Asmira yang masam tak berani banyak bicara, takut Amrina meledak dan memarahi kembar A itu. Anak pasangan I dan anak pasangan A, tak suka pertemuan ini.
Sesampai di rumah, Amrina langsung membuatkan minum untuk mereka mereka yang kehausan. Dia membuatkan milkshake. Karna Amrina juga pengen milkshake. Lalu Amrina menghidangkan minuman itu kepada mereka semua yang berada di ruang tamu.
"Enak nih," kata Mamahnya Ilyas.
"Makasih tante," kata Amrina.
"Panggil Mamah aja," ucap Mamah.
"SMA dimana, Amrina?" tanya Papah.
"Pengennya negri," kata Amrina, melirik Ummi dan Abi yang sudah bisa ditebak tak setuju dengan keinginan anak keduanya itu, terkesan tak suka. Amrina menginginkan negri karna dia sangat ingin mengejar UI.
"Kenapa nggak asrama aja? Ilyas juga asrama. Bisa dijagain Ilyas, 'kan asrama putri sama putra sebelahan," usul Mamah. Amrina dan Ilyas yang sedang minum menjadi tersendak. Malapetaka.
"Udah gede bisa jaga diri," ucap Amrina dan Ilyas berbarengan. Amrina mendelik.
"Asrama yang mana?" Tanya Ummi. Ah sial, Sang Ummi tertarik.
"Al- amanah itu lho.. 'kan bagus juga, asrama elit. Agamanya juga bagus," kata Papah terdengar promosi di telinga Amrina. Tapi Ummi tersenyum sumringah.
"Ih Ishma, itu juga aku udah daftarin Amrina kesana. Udah ngasih nilai rapotnya malah. Dan udah..." kata kata Ummi menggantung lalu melirik Abi. Amrina kaku.
Aku ke asrama? Aku ke asrama. Aku tinggal di asrama. Yang kalau pake bahasa kudet nya mah namanya pesantren. AKU DI PESANTREN. Eh tapikan belum pengumuman keterima atau enggaknya. Batin Amrina berteriak teriak tak terima.
"Bukannya udah pengumuman keterima atau enggaknya?" Mamah terlihat senang. Ummi tersenyum sumringah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tameng
Spiritual13 January 2017 (CERITA INI JUGA TERSEDIA DI AKUN GWP RESMI PUNYA KEJU) Bagi A, seorang I adalah orang yang selalu bahagia diatas penderitaannya. Bagi I, seorang A adalah orang yang selalu menganggu ketenangannya. Apalagi MamahPapah I malah menitipk...