Ilyas melahap bakso yang ke tiga kalinya dia nambah, katanya takut kangen sama bakso Bu kantin yang enak. Bu kantin yang kalem itu mukanya merah dipuji Ilyas. Secara Ilyas 'kan ganteng (kata Ilyas). Kalau ditanya gimana perasaannya lulus dari boarding, Ilyas bakal jawab, "sedih."
Sedih juga Amrina liat Hana yang makannya enggak ada manis-manisnya, masalahnya ini lagi kumpul, ada orangtuanya Hana sampai orangtuanya Rey disitu. Emang Hana enggak malu apa? Yah, setidaknya kalem lah di depan orangtua, enggak ada yang khitbah (karna Hana yang cara makannya kayak genderowo kelaparan) baru tau rasa nanti Hana.
Hana lah yang jadi pemandangan Rey dari jauh, ngeliat cara makannya, rasanya Rey pengen nyuapin Hana, tapi nanti deh tunggu halal aja. Rey pengen ngikutin rencana Ilyas. Okey, silahkan bilang Rey tukan copas, lagian Rey udah ijin ke Ilyas soal acara copasnya itu.
"Itu ada tamu Hana," tegur Intan sambil terkekeh.
"Hm," gumam Hana, yah mana perduli sih Hana sama hal begituan? Yang dia perduliin adalah cara menghabiskan q time sama bakso bu kantin Ikhwan ini.
"Ukhti, liburan ini kalian mau enggak cari tempat tinggal buat kuliah nanti?" usul Marwa.
"Mau!" seru mereka serempak.
Serempak kompak geplak! Amir sampai ternganga ngeliat pemandangan di depannya, kakaknya (Amrina) udah punya sahabat deket banget, sampai tinggal dan kuliah bareng, itu friendship goals banget. Amir kira friendship goalsnya Amrina enggak seberapa sama friendship goalsnya Amir dan sahabatnya juga kembarannya yang suka bantuin guru.
"Enggak nyangka ya, Kak Amrin bisa punya temen kayak mereka." Amirah juga punya pandangan yang sama kayak Amir. Emang kembaran selalu sehati.
Sehati, itu yang Ummi simpulin ngeliat anaknya ketawa bareng temen-temennya. Jadi inget masa-masa Ummi sama Abi. Dimana Abi ngelamar Ummi, perhatian Abi, pengertian Abi, macam-macam yang Ummi kangenin dari Abi.
"Kita selalu ada buat Ummi,kita janji, kita selalu buat Ummi." Amrina mengelus pundak Umminya.
Setidaknya Amrina udah berubah 180 derajad dari sikapnya yang dulu, dan Ummi tau sang Abi berhasil ngedidik Amrina.
*&*&*&*&*&*&*&*
Amrina menatap Ilyas yang duduk di ruang keluarga dengan gaya yang cueknya itu. selalu gitu, gaya Ilyas terkesan songong banget. Bagi Amrina Ilyas itu adalah parasit dihidupnya, dari awal, malah lebih dari parasit.
Amrina dan Ilyas bermisuh misuh di ruang tamu dengan memegang hasil belajar selama ini, kalau boleh jujur Amrina takut banget. Setelah puas bermisuh-misuh Amrina dan Ilyas menaruh hasil belajarnya.
"Rata-rata try out perdana, kak Amrina 28," ucap Amir.
"Kak Ilyas 25," ucap Amirah.
Yes, Amrina-Ilyas : 1-0
"Try out kedua, kak Amrina 29," ucap Amir.
"Kak Ilyas 30," ucap Amirah.
Sial, Amrina-Ilyas : 1-1
Ilyas menyungingkan senyum kemenangan pada Amrina, harapan dia menang besar.
"Try out ketiga, kak Amrina 32," ucap Amir.
"kak Ilyas 30," ucap Amirah.
Sial, Amrina-Ilyas : 2-1.
"Try out keempat, kak Amrina 30," Ucap Amir.
"Kak Ilyas 32," ucap Amirah.
Seri, Amrina-Ilyas : 2-2.
Babak ini yang paling menentukan, nilai UN yang ada di tangan Amir dan Amirah. Amrina sudah keringer dingin dan Ilyas malah berkumat kamit membaca ayat kursi, emangnya ada jin?
KAMU SEDANG MEMBACA
Tameng
Spiritual13 January 2017 (CERITA INI JUGA TERSEDIA DI AKUN GWP RESMI PUNYA KEJU) Bagi A, seorang I adalah orang yang selalu bahagia diatas penderitaannya. Bagi I, seorang A adalah orang yang selalu menganggu ketenangannya. Apalagi MamahPapah I malah menitipk...