Ilyas terus melihat Amrina yang santai-santai saja mengerjakan soal bahasa Inggris, Ilyas takut kalau Amrina menang taruhan. Ilyas takut kalau Amrina yang menang berarti keinginannya enggak akan tercapai. Soal bahasa Inggrisnya emang lumayan gampang, tapi Ilyas pengen kalau Amrina kesusahan ngerjain, bukan maksudnya Ilyas kejam, tapi Ilyas cuman mau mendapat kesempatan dimaafin dan ngasih permintaan, itu aja.
Itu aja nih yang dijadiin soal? Dikirain bakal kayak gimana gitu, aslian gitu doang? Ingin rasanya Afihana berteriak-teriak. Ini hari terakhir, tinggal tunggu hasil dua minggu selanjutnya, sekalian perpisahan, dan yah Hana enggak sabar nunggu perpisahan itu.
Perpisahan enggak akan dijadiin masalah buat Amrina, toh dia, Intan, Marwa, dan Hana, sudah tau kemana mereka bakal kuliah. Mau tau enggak? Kalian harus kepo kayak hana hari ini! Kalian harus kepo!
Anggap aja kalian kepo.
Amrina dan teman-temannya sudah memenuhi kuota dapet beasiswa di UI, karena....
Hafalan mereka 3 juz!
Hal ini bikin Amrina pengen teriak, "Hwa!"
Pengawas dengan mengernyitkan dahi menatap Amrina, "kenapa kamu teriak?"
Ingin rasanya Amrina menghilang dari muka bumi ini, keliatan muka Hana yang mau menertawakannya, 'kan nyebelin!
"Enggak, Bu. Aku... kesusahan," jawab Amrina.
Pengawas itu tersenyum simpul, lalu selanjutnya ceramah panjang lebar.
UN di ruangan ini bikin deg-degan, asal kalian tau, di ruangan ini di huni oleh juara kelas dari kelas Amrina, juara umum satu angkatan, dan si rangking kelas yang selalu bahagia liat Amrina menderita, Ilyas. Iya, Amrina sekelas sama Ilyas, dan kalian pasti tau segimana sengitnya persaingan di ruangan ini, lain kali, Amrina enggak akan mau punya nama dari huruf A.
Asyik, Ilyas hampir aja bersorak kayak Amrina yang dengan bodohnya berteriak di tengah keheningan. Ilyas seneng karna Amrina kesusahan, pasti dia ngasal. Semoga aja, semoga Ilyas yang menang. Lagian Ilyas enggak perduli tentang ilmu dunia, yang penting Amrina cukup ilmu agama buat ngedidik anak-anaknya.
"Anak-anak, waktu habis." Petugas sudah bersiap mengambil LJK.
Ilyas menghela napas, bagus deh. Udah selesai, jadi setelah ini dia...
"Bebas!" pekik Amrina.
Ilyas tersenyum geli, emang ya kalau jodoh mah sehati.
*&*&*&*&*&*&*&*
Amrina berjalan dengan ketiga temannya menuju aula gabungan, penampilannya mereka tampak wow. Baju shifon warna biru muda dengan blazer warna biru tua, dan pashmina yang di hijab warna putih. Tak lupa Amrina memakai high heels warna putih, perpaduan itu sangat cantik.
"Enggak biasa aku pake heels yang lima centi," gerutu Amrina.
"Kenapa enggak bilang sama ketua angkatannya?" tanya Hana.
"Telat, Han," kesal Amrina.
Semuanya terbahak sementara Hana memasang cengiran polosnya.
Ilyas duduk di bangku paling deket sama hijab pembatas, bagian belakang, sengaja. Biar bisa liat yang bening (kata Ares), kadang hidup Ares itu agak jayus memang, enggak usah kalian fikirin, Ilyas janji deh bakal bawa Ares ke RSJ setelah ini.
"Ilyas, Amrina sama Hana, Yas!" seru Rey heboh.
Ilyas udah janji dia bakal hijrah, umh kalau dia nengok sedikit liat Amrina gimana? Masih bisa dibilang hijrah enggak?
KAMU SEDANG MEMBACA
Tameng
Spiritual13 January 2017 (CERITA INI JUGA TERSEDIA DI AKUN GWP RESMI PUNYA KEJU) Bagi A, seorang I adalah orang yang selalu bahagia diatas penderitaannya. Bagi I, seorang A adalah orang yang selalu menganggu ketenangannya. Apalagi MamahPapah I malah menitipk...