8. Best of culture Indonesia.

586 51 2
                                    


Kamarnya terasa lenggang, karna semua sudah pergi mengikuti kegiatan MOS, tak aneh, Amrina malah memilih membaca novel di ruang belajarnya. Fikiran Amrina terfokuskan pada novel Sherlock Holmes yang dia baca.
"Oh, anak baru berani bolos," gumam senior yang mengejutkan Amrina, novel yang dibacanya terlempar.
"Aku... nggak... enak... perut, iya, takut mencret pas acara, kak," ucap Amrina.
"Oh, ke UKS aja, nanti kita periksa," sahut senior itu, sial.
Amrina terdiam, tak bisa mngeluarkan kata-kata.
"Kok diem? Ayo, cepet keluar, ikutin acaranya!" pekik senior itu, membuat Amrina terbirit birit keluar, ih nyebelin.

Alhasil sekarang Amrina mengelap peluh, sambil membawa satu kantong sembako. Amrina dan teman barunya yang bernama Bibah, berjalan menuju panti asuhan dengan gontai.
"Nama kamu siapa? Aku lupa," tanya Bibah.
"Amrina," jawab Amrina singkat. Bibah langsung menutup mulut, sebernya banyak yang ingin dia bicarakan, tapi saat melihat ekspresi Amrina yang kurang bersahabat, membuat dia ciut seketika.
"Udah sampai," kata Bibah meruntuhkan lamunan Amrina.

Baik Amrina maupun Bibah celingak celinguk di depan panti asuhan, namun acara celigak celinguk itu terhenti saat ada anak kecil kembar yang menghampiri mereka,
"Kakak, halo," kata anak perempuan.
"Hai," jawab Bibah semangat, sementara Amrina hanya memasang senyuman.
"Aku Bryan."
"Aku Brianna."
Mereka mengenalkan diri, lucu.
"Gimana kalau kita duduk disitu?" usul Amrina.
Mereka mengangguk, lucu, Amrina nggak bisa tahan lihat mereka.

Mata bulat mereka menatap orang yang dihadapannya, kelihatan kepo.
"Kakak-kakak ini siapa?" tanya Bryan.
"Aku Bibah, dia Amrina," kata Bibah mngenalkan.
Mereka menyidik ke pakaian Bibah dan Amrina, lalu tersenyum simpul.
"Dari Al-Amanah, ya kak?" tanya Brianna.
"Pintar sekali." Amrina mengacak pelan rambut Brianna.
Setelah itu kembar meminta cerita dan segala macam yang membuat Bibah dan Amrina lelah. Tapi kalau difikir lagi, hal ini membuat mood Amrina membaik.

*&*&*&*&*&*&*&*

Saat mereka berniat pamit, Bryan dan Brianna mengantar Bibah dan Amrina ke gerbang panti asuhan, wajah mereka berseri setelah di beri beberapa hadiah dan makanan. Tiba tiba Brianna menunjuk sesuatu, mereka semua menoleh ke arah yang ditunjuknya,
"Ada apa?" tanya Haura.
"Siap, Yan?" tanya Brianna pada Bryan. Amrina dan Haura mengernyitkan dahi.
"Om telolet om!" pekik Brianna dan Bryan kompak saat bis lewat didepan mereka.
Telolet telolet-
Supir bis yang baik hati itu mau membunyikan klakson kebangsaan mereka, best of culture Indonesia, bunyi klakson bis, telolet.

Kalau saja Amrina itu oranya nggak malu malu, mungkin dia udah ngakak guling guling di tengah jalan sambil terkencing kencing, kenapa harus telolet yang ada di fikirannya Brianna dan Bryan? Kenapa nggak ning nang ning klung, atau yang lain gitu? Sepertinya Amrina punya jawabannya! Itu karna telolet sedang mendunia. Lihatlah, best of culture Indonesia mendunia, harusnya bangga!

Tunggu, kenapa Amrina malah mikirin telolet itu? bukannya dia harus pulang? Iya harus pulang.
"Amrina, ih," gerutu Bibah yang sudah berpuluh puluh kali menyadarkannya yang ternganga.
"Hah, kenapa?" tanya Amrina, linglung.
"Ilernya keluar tuh, pulang yok, bis sekolah udah jemput," ucap Bibah, cerewet.
"Oh ayok," ucap Amrina menutupi malu, beneran keluar ilernya?
Mereka pun naik ke bisitu, bis yang tadi diteriaki telolet oleh kembar Bri itu. Selanjutnya bisnya melaju.

Setelah ini, akan ada penutupan gabungan di lapangan, membuat seketika semua orang heboh menata pakaian, rapih tidak, atau segala macam, lebay. Amrina tiba tiba mengingat sesuatu, dia melihat penampilannya, masih rapih. Ugh. Turun dari bis, Bibah masih mengikuti langkah Amrina, membuat Amrina mengernyit.
"Bareng ya," ucap Bibah, mengetahui tatapan Amrina. Nggak keberatan sih, maka Amrina mengangguk, lalu jalan lagi. Lapangannya penuh, Amrina dan Bibah mendapat barisan tersial, menurut Amrina, barisan belakang.

"Bareng ya," ucap Hana tiba tiba. Dan ini yang memberatkannya, seorang Hana yang kepo, dan banyak bicara, tapi mau tak mau Amrina mengangguk. Hana dan Bibah sibuk mengobrol dan cekikikan, sementara Amrina sibuk memikirkan telolet om, eh bukan, memikirkan novelnya. Upacara selalu membosankan tapi beruntungnya, kepala sekolah tak ceramah panjang lebar, jadi acara yang berlangsung saat ini adalah penghargaan kepada OSIS dan peserta MOS.
"OSIS terdisiplin, jatuh pada Ihsana Amil," seru presenter upacara.
Lalu seseorang yang pernah menganggunya, muncul di depan dan menerima medali itu, oh jadi yang itu, Ihsan.
"Cih, orang bandel gitu," gumam Amrina.
"Kamu kenal?" tanya Hana, tuh 'kan kepo.
"Enggak," elak Amrina.

"Selanjutnya, anggota MOS ter misterius dan kalem, jatuh pada Amrina Rosaya."
Amrina sebisa mungkin menahan mulutnya agar tak terbuka, misterius gimana? Ih kok kesannya sesuatu banget, Amrina harus gimana? Maju kedepan?
"Ayo maju," seru semua orang, dengan ragu dan gugup juga muka merah Amrina maju. Dilihatnya Ihsan yang terus menatapnya lekat.
"Selanjutnya...." Pikiran Amrina melayang, mulai dari novel yang dibaca Amrina, lalu telolet, lalu bis, Ihsan, dan sekarang, kenapa dia bisa di depan sini?
"Ayo Amrina, ucapkan sepatah atau dua patah kata." Senior itu menyodorkan mik, Amrina mengerjap.
"Emh, makasih," ucap Amrina di mik, lalu memberikannya kembali, gugup.

Ihsan menyenggol bahu Amrina membuat Amrina menggeram kesal, sementara Ihsan hanya menunjukkan deretan giginya.
"Halo, anti lucu juga ya. Semangat," ucap Ihsan sebelum menatap lurus kedepan, bersiap difoto, jantung Amrina berdetak lima kali lebih cepat, lucuan kak Ihsan daripada aku.

Aduh, Om telolet om!

*&*&*&*&*&*&*&*&*&*&*&*&*

Aku seneng hari ini, wkwk. Walaupun enggak sesuai ekspetasi, tapi seneng aja.

Feelnya gimana? Dapet? Aku cinta tanah air nih, naikkan uang jajanku pakPres!

841 Words

Jangan lupa baca:
1.Rainy
2.I and A
3. Oublier
4.Kumpulan Cerpen

TamengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang