Setelah beberapa bulan, keadaan Amrina masih flat flat saja, tak ada yang special, kecuali recokan Ihsan dan Hana, tunggu, Ihsan special? Yah mungkin. Amrina beranjak dari bangkunya, memasukkan bukunya, menutup seletingnya, lalu memikirkan rumus bahasa Arab yang akan besok ulangankan, tata bahasa memang selalu membuat ribet. Dari bahasa Indonesia, Inggris, Korea, Jerman, dan Arab. Tunggu, kenapa jadi curhat?
Ah jangan ditunggu, menunggu itu melelahkan, Amrina tau rasanya. Kayak menunggu Ummi dan Abinya yang sebulan belum menengok, padahal uang Amrina menipis, juga Amrina ingin ketemu UmmiAbi. Tes tes tes, tuhkan, Amrina masih punya waktu untuk menangis.
“Amrina,” panggil seseorang dari jendela kelas.
Amrina berjalan menuju jendela, kali aja itu Abinya. Tapi perkiraannya salah, itu bukan Abi, melainkan, Ihsan.
“Tuh kan, anti nangis lagi,” ucap Ihsan sambil menghapus air matanya.
“Ana nggak nangis,” elak Amrina, menjauh.
“Nggak usah takut, nggak ada siapa siapa,” ucap Ihsan.
“Ada Allah yang liat,” jawab Amrina sambil membalikkan badan.
Ihsan terdiam, tuh benar, Amrina itu menarik, walaupun galak.Sepulang sekolah tadi Ihsan iseng modus liat-liat kelas Akhwat, dan dia juga enggak sengaja liat Amrina (perempuan macan yang pernah dia ganggu di perpustakaan) dengan punggung yang bergetar, pasti nangis lagi. Ingin rasanya Ihsan merengkuh Amrina, itu juga kalau Amrina takkan mencakarnya, kembali ke fakta, Amrina adalah perempuan macan yang super judes.
“Kalau anti ada masalah, anti bisa chat ane, atau anti bisa minta ketemu sama ane, anti bisa cerita. Jangan mendem air mata anti sendirian, bahu ane bisa buat anti,” ucap Ihsan, membuat Amrina membalikkan badan.
“Gombal, kak? Gombalin dulu Abi ana, baru coba coba gombalin ana,” ucap Amrina lalu pergi meninggalkan kelas dan Ihsan yang sudah susah susah manjat jendela, Ihsan berani sumaph serapah deh, dia udah susah susah manjat eh malah ditinggal. Sakit hati ini Neng Amrina!Amrina kesal karna Ihsan malah menggombal dan melunturkan rumus bahasa Arabnya yang sudah agak hapal, kalau aja Ihsan enggak dateng tadi, pasti masih nepel. Oh ternyata Ihsan punya efek besar. Emang Ihsan enggak ada ulangan bahasa Arab?
*&*&*&*&*&*&*&*
Bahasa Arab, pelajaran yang Ilyas suka, tapi entah kenapa setelah mendengar info dari teman temannya kalau Amrina lagi deket sama Ihsan membuat Ilyas malas belajar. Ihsan kakak kelas yang two face banget, suka cari masalah sama adek kelas, dan berarti kalau Amrina jadian sama Ihsan, Amrina bakal jadi musuh angkatannya juga. Kasian, eh biarin aja lah, itukan Amrina, bukan Ilyas.
“Yas, Amrina kenapa sih, emang beneran dia nangis terus pas sekolah disini? Guru guru pada ngomongin,” tanya Ares.
“Nggak perduli ane,” jawab Ilyas acuh.
Tapi, iya juga ya, Amrina nggak capek nangis terus? Nggak taku depresi tuh anak? Mana MamahPapah terus unkit ungkit Ilyas harus jagain Amrina, emangnya Ilyas bodguardnya Amrina. Cari aja bodyguard yang lain, jangan Ilyas, Ilyas nggak sudi.Tunggu, bodyguard yang lain….
Ilyas menutup buku bahasa Arabnya, beranjak keluar asrama, menjalankan ide dadakan plus membahayakan Amrina. Yah, kalau Amrina bahaya sih, nggak apa-apa lah, asalkan Ilyas bisa bebas.
“Mau kemana ente?” tanya Rey.
“Ihsan,” jawab Ilyas sumringah.
“Ngapain? Jangan ribut.” Rey sudah kalap duluan, Ilyas terkekeh sembari memakai sandal.
“Mau ngasih tugas negara.” Ilyas melesat meninggalkan tanda tanya yang besar, memberatkan kepala Rey.“Cari siapa ente?” tanya Dio, teman satu asrama Ihsan.
“Kak Ihsan,” jawab Ilyas.
“Oh, Ihsan, woy Santi, ada yang nyariin ente,” teriak Dio.
Tak lama Ihsan keluar sambil memegang segelas pop mie, makanan kebangsaan anak boarding.
“Mau popmienya, kak,” ujar Ilyas tak sadar.
Ihsan mengernyit.
“Maksudnya, mau ngomongin Amrina, kak,” ralat Ilyas, Ihsan tersenyum simpul.
“Yaudah, nih, popmie buat lo. Tapi lo bicarain Amrina dulu,” kata Ihsan.
Orang jatuh cinta mah gitu, menguntungkan Ilyas. Semoga Amrina sama Ihsan jadian, biar Ilyas dapet popmie gratisan terus.“Ente mau dibantuin deket sama macan enggak?” tanya Ilyas to the point.
“Macan? Nggak ah, ane mau deket sama yayang Amrina,” jawab Ihsan polos, bandel bandel polos.
“Iya macan itu Amrina,” jawab Ilyas.
“Oh ya jelas mau,” jawab Ihsan semangat.
“Ente kirim surat, nanti minggu ane panggil dia, suratnya titipin ane,” ucap Ilyas.
“Pinter juga ente, emang ente gimana manggilnya?” tanya Ihsan.
“Gampang, kartu mahrom atau kalau ketemu adeknya dia aje,” jawab Ilyas santai.
“Ente sodaranya?” tanya Ihsan, Ilyas mengangguk.
Ihsan tersenyum sumringah, membayangkan wajah Amrina.“Ilyas, ente tau konsekuensinya kalau Amrina jadian sama senior?” tanya Ihsan.
“Tau, bakal dijadiin inceran senior Akhwat ‘kan? Terus tentang perjanjian angkatan itu, tapi ane juga mau ente bantuin ane,” ucap Ilyas, kalau Ihsan enggak mau bantuin juga enggak apa-apa sih, cuman biar terkesan Ilyas agak macho di depan Ihsan(ti) aja, eh maksudnya Ihsan.
“Apaan? Ane traktir ente popmie kok,” ujar Ihsan, yah itu juga salahsatu kemauan Ilyas.
“ Amanah ane, ente harus jagain Amrina, bikin dia nggak sedih, belain dia kalau ada sesuatu,” jawab Ilyas, keliatan macho enggak?
Ihsan tertegun mendengar amanah yang terdengar serius itu, tapi Ihsan tetap mengangguk menyanggupi amanah dari Ilyas. Lalu setelah itu, Ilyas pamit sambil membawa popmie, sama-sama jagain Amrina, tapi Ihsan yang jagain.Ilyas memasuki asramanya yang tampak ganjil itu, kenapa sendalnya jadi banyak? Tak mau banyak berfikir, Ilyas memasuki asramanya, loh, kok ada AmirAmirah?
“Loh?” Ilyas tertegun sambil menyeruput mienya.
“Ini kak, dari Ummi,” ucap Amir.
“Oh iye, makasih. Ente mau ke Amrina?” tanya Ilyas.
“Iya, kak,” jawab Amirah.
“Eh tungguin dulu.” Ilyas berlalu kembali ke mantan pemilik popmie.Ilyas datang bertepatan saat Dio sedang menjemur handuk, tanpa basa basi Dio langsung memanggil Ihsan.
“Apaan?” tanya Ihsan saat melihat Ilyas yang muncul lagi.
“Udah bikin suratnya? Adeknya dateng noh,” tanya Ilyas.
“Setelah ente pulang, ane saking senengnya langsung bikin, untungnya tinggal dilipet.” Ihsan tersenyum sumringah, lalu masuk ke asramanya. Laki-laki kayak Ihsan mendadak kayak perempuan kalau lagi jatuh cinta.
Sekembalinya Ihsan dia memberikan selipat kertas yang sudah ia tulis, Ihsan mengijinkan untuk dibaca Ilyas, tapi Ilyas tak ada niatan membaca surat itu.Amir dan Amirah saling pandang saat Ilyas memberikan surat untuk Amrina,
“Kakak, suka sama kak Amrina?” tanya Amir.
“Kagak, temen ane yang suka,” elak Ilyas.
“Oh, yaudah kak, kita pamit. Assalamualaikum.” Pamit Amir dan Amirah.
Rian, Rey, dan Ares menatap Ilyas meminta penjelasan. Maka, dengan senang hati Ilyas jelaskan semua rencananya.Rencananya Amrina berniat membeli sebungkus cendol setelah mandi, tapi rencana itu gagal, karna adik kesayangannya datang, memberikan sejumlah uang, dan beberapa penjelasan UmmiAbi tak datang, katanya sih, UmmiAbi udah lama diluar kota, meninggalkan AmirAmirah dengan Bibik penjaga rumah. Lalu yang membuat jantung Amrina berdegup kencang adalah surat yang adiknya berikan itu.
“Udah ya, kak. Aku pamit, Assalamualaikum.” Pamit kedua adiknya.
“Kalian kok gitu? Nggak kangen sama aku? Bawa aku keluar kek, atau apa kek,” kesal Amrina.
“Bukan gitu, kak. Kita ada les,” jawab Amir.
“Kak Amrina sayang, kita ada les, janji deh, kalau ada waktu luang, kita kesini lagi,” bujuk Amirah.
“Yaudah terserah kalian.” Amrina memberenggut kesal. Dengan berat hati AmirAmirah pergi meninggalkan kakaknya yang kesal.Amrina tak habis pikir, dia kira adiknya akan tetap disini, sampai Amrina tak marah lagi. Setetes air mata berlinang di pipinya, kenapa jadi gini sih? Eh surat tadi, apa ya isinya? Amrina pun berjalan ke ruang belajar untuk membaca surat itu.
“Assalamualaikum, ukhti. Mungkin ukhti agak kaget dapet surat dari ane, ya jelas ane ini orang yang paling nekat. Anti lagi apa, Amrina? Kalau anti lagi nangis, hapus air mata anti. Ane tadi lagi makan popmie, ada orang nyasar minta popmie ane, untung ane pencinta popmie, punya banyak popmie. Ane tau lawakannya nggak lucu, tapi tertawalah. Tertanda, Ihsan yang kece.” Amrina membaca surat yang Ihsan kirim di dalam hati. Bibirnya melengkung ke atas, ada saja hal unik yang Ihsan lakukan demi membuat Amrina tersenyum.
“Hayo, surat dari siapa?” tanya Hana penuh selidik, Amrina mendelik kesal.*&*&*&*&*&*&*&*&*&*
Yaampun Hana, wkwk. Aku ngakak.
Regrads, TulisanKeju.
1261 Words
Jangan lupa baca:
1.Rainy.
2. I and A.
3. Kumpulan Cerpen.
4. Oublier.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tameng
Espiritual13 January 2017 (CERITA INI JUGA TERSEDIA DI AKUN GWP RESMI PUNYA KEJU) Bagi A, seorang I adalah orang yang selalu bahagia diatas penderitaannya. Bagi I, seorang A adalah orang yang selalu menganggu ketenangannya. Apalagi MamahPapah I malah menitipk...