5.AL-AMANAH.

678 52 0
                                    


Bantal Amrina sudah basah karna air matanya, sedari tadi tangisnya tak bisa berhenti, bahkan saat membaca novel pun konsentrasinya buyar. Satu jam yang lalu keluarga A pamit pulang pada Amrina yang dihadiahi amukan darinya. Amrina turun dari ranjang lalu berjalan menuju ruang belajar dan menaruh novel milik Asmira.

"Suka baca?" tanya seorang anak perempuan, teman sekamarnya, berhasil membuat Amrina terlonjak kaget.

"Iya," jawab Amrina singkat, dilihatnya anak itu lebih teliti, dia sama kacaunya seperti Amrina, baru saja selesai menangis. Tanpa berniat bercakap cakap lagi, Amrina kembali ke kasurnya dan menangis.

"Mamah," itu bukan rengekan Amrina melainkan rengekan teman se asramanya yang berada di sebelahnya.

"kangen rumah."

"Pengen pulang."

"Aku nggak suka tempat ini," tambah Amrina.

Lalu terjadilah nangis berjamaah disini, mereka semua yang ingin pulang dan baru pertama kali berada di tempat sepeti ini.

*&*&*&*&*&*&*&*

Sekarang semua santri baru berkumpul dengan wali asrama masing masing, tadi, usai sholat Ashar, Amrina berdoa 'ya Allah bangunkan aku dari ereup ereup ini. Aku yakin ini ereup ereup' tapi doanya belum terkabul, dan disinilah Amrina berada di depan asramanya yang sedang melihat teh Wiwin memperkenalkan dirinya.

"Nama saya Wiwin, kalian bisa manggil saya teh Wiwin, ahlan wa sahlan," Akhir kata dari perkenalan teh Wiwin. Menurut Amrina, sangat disayangkan kalau teh Wiwin yang cukup cantik itu berada disini, apa yang membuatnya bertahan disini?

"Besok pagi kalian siap siap ada upacara gabungan dengan Ikhwan," Teh Wiwin mengingatkan.

"Upacara gabungan?" Rey mengulangi penjelasan kang Ari, semua mengangguk.

"Nemu yang bening," timpal Ares.

"Astagfirullah, semoga," ucap Rian.

"Woy!" Ilyas menoyor kepala ketiga temannya itu, mereka semua menjadi orang yang paling supel, heboh, dan seru diantara semuanya. Kalau boleh jujur, Ilyas tak menyukai upaca gabungan itu, Ilyas dijamin akan bertemu dengan Amrina si-manusia-aneh-bin-nyebelin. Amrina lagi apa ya? Dia udah nangis berapa ember?

*&*&*&*&*&*&*&*

"Aku mau pulang." Amrina kembali menangis usai sholat Isya, air matanya tak pernah berhenti mengalir. Amrina tak tau harus bagaimana lagi, kalau Amrina di rumah pasti Asmira sudah menghampiri dan memeluknya, sekarang mana Asmira? Tak ada sosok yang bisa dia peluk disini, hanya guling yang kadang mirip pocong kalau tengah malam. Amrina tak suka tempat ini, Amrina ingin keluar dari penjara ini, iya baginya ini penjara, tak perduli dengan kemewahan disini yang Amrina inginkan hanya pulang dan pulang.

"Apa? Kamu mau pulang besok?" tanya Ummi pada Asmira.

"Iya Ummi, ada tugas kuliah," jawab Asmira.

"Kak Asmir mau ke Jiddah lagi? Aku kira kak Asmir bakal disini terus," gumam Amir.

"Kamu belajar yang bener." Asmira mencubit hidung adiknya.

"Ummi, mana Abi?" tanya Amirah. Ummi dan Asmira bertukar pandang.

"Lagi tidur," jawab Ummi.

"Belum sholat Isya," heran Amir.

"Abi kamu lagi kecapekan," jawab Asmira.

TamengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang