Ilyas bersorak selama perjalan menuju lapangan gabungan, hari ini upacara gabungan. Membuat Ilyas senang sampai membawa rebana dan sholawatan di tengah jalan, ada juga yang memuji tapi lebih banyak yang ketakutan dan menyarankan untuk diantar ke psikolog yang ada di UKS.
"Astagfirullah, ane lebay banget, nanti Allah murka. Kalau Allah murka nanti ane nggak dijodohin sama Amrin," gumam Ilyas yang dihadiahi tonyoran kepala dari ketiga temannya.
Amrina seperti biasa berada di belakang, tapi bedanya kali ini dia berani bawa novel. Alasannya agar dia nggak kegoda buat liat ikhwan di barisan sebelahnya. Parahnya Marwa malah menghafal al-quran di tengah lapangan, yang sudah terbayang lah, mereka nggak merhatiin upacara samasekali.
"Ya Allah, aku pengen lirik sebentar aja boleh enggak?" gumam Hana. Mendengar itu Amrina segera mengambil ancang ancang untuk menutupi pandangan Hana, biar enggak maksiat. Tapi sialnya, Amrina yang lagi ribet itu malah ngeliat Ilyas yang hari ini agak kece banget. Subahanallah, dia agak kece banget, tatapan yang awal mah nikmat, yang kedua baru maksiat.
Tunggu, agak kece banget, kok awalnya bilang agak, tapi ujungnya pake banget. Ih Amrina apaan sih.
*&*&*&*&*&*&*&*
Ilyascengar cengir tapi terus aja istigfar, cuman karna tadi dia nggak sengajatatap-tatapan sama Amrina, tatapan yangawal mah nikmat, yang kedua baru maksiat. Terus dia istigfar lagi, katanyasetan lagi ngegodanya. Ilyas jadi pengen cepet-cepet keluar terus lamar Amrina.Biarin kecepetan juga, abisnya Ilyas enggak tahan.
Enggak tahan buat bilang ke Amrina, dia sayang banget, sambil meluk-meluk Amrina, ngangkat-ngangkat Amrina, terus Amrina diamsukin ke tong sampah. Biarin deh, Amrina selalu wangi kok.
"Ilyas, ada MamahPapah ente," ucap Ares.
"Iye," sahut Ilyas.
Ilyas berjalan menuju ruang tamu tempat MamahPapahnya duduk.
Duduk di kamar teh Wiwin adalah hal yang pertamakali Amrina rasain sekarang, atau mungkin Amrina yang katro ya?
"Kamu pulang ya, Rin." Teh Wiwin memberikan surat izin.
"Ada apa? Aku di jemput enggak?" tanya Amrina.
"MamahPapah Ilyas yang jemput, Ummi kamu lagi nyiapin acara dirumah," ucap teh Wiwin, lalu menatap Intan, Marwa, dan Hana, "kalian juga ikut Amrina."
Amrina lingliung salaman sama MamahPapah Ilyas, lalu teman temannya Amrina dan Ilyas masuk ke mobil pak Ono (sopir Ilyas), sementara Amrina dan Ilyas bareng sama MamahPapah.
"Masih marah?" tanya Ilyas.
"Enggak, lagian karna kamu juga aku jadi bisa hijrah," ucap Amrina yang masih menatap bukunya, semoga Ilyas kesindir.
"Tutup bukunya, lagi ngobrol tuh liat orangnya," ucap Ilyas sambil menggapai buku Amrina, dan Ilyas telmi itu enggak kesindir.
"Enggak usah saling tatap, kalau bicara pake hati juga bisa," kekeh Amrina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tameng
Spiritual13 January 2017 (CERITA INI JUGA TERSEDIA DI AKUN GWP RESMI PUNYA KEJU) Bagi A, seorang I adalah orang yang selalu bahagia diatas penderitaannya. Bagi I, seorang A adalah orang yang selalu menganggu ketenangannya. Apalagi MamahPapah I malah menitipk...