I dan A(EPILOG)

1K 53 11
                                    

BACA SAMA AUTHOR NOTE YA^^

Melihat temannya yang malah terbahak itu, Ilyas berjalan menuju pintu dengan dongkol. Pasalnya Ilyas sedang curhat lalu malah di tertawakan, ini bukan soal nembak jadi pacar, ini nembak jadi calon istri tapi enggak jadi, jadinya tunangan. Tapi malah ditolak!

Intinya kemarin Ilyas ngajak tunangan.

Terus Amrina malah nolak dia.

Temen-temennya malah ngetawain dia.

Padahal ini serius.

Melihat Ilyas yang mulai pundung itu berjalan ke pintu keluar, Ares cepat-cepat menggeretnya ke tempat semula, duduk melingkar, menggerumuni es campur.

"DN Amrina yang asli itu Amr, terdiri dari huruf a terus em terus er," ucap Rian.

"Yang tadi itu bukan Amrina, lagian mana bisa amrina nolak ente, ane tau perasaan Amrina yang sebenarnya, walaupun dia enggak ngakuin," tipal Rey.

"Yang tadi itu ane," tambah Ares.

Lalu semuanya digetoki stik drum oleh Ilyas, jelas-jelas dalam keadaan yang tegang, eh malah di kerjain.

Intinya tadi bukan Amrina, dan Ilyas masih punya harapan besar.

*&*&*&*&*&*&*&*

Harapan besarnya benar-benar di depan mata, pagi ini, dengan kicauan burung, alarm Ilyas berbunyi. Okey, serius, Ilyas pagi ini ada di rumah Amrina, semuanya kumpul. Dari keluarga A sampai keluarga I, menunggu jawaban Amrina yang daritadi enggak ngomong-ngomong.

"Kak, udah satu jam loh," tegur Amirah.

Satu jam mereka nunggu Amrina yang masih bilang, "emh.. a.. aku.. gitulah."

Jengkel enggak? Ya jelas enggaklah, Ilyas 'kan sayang Amrina.

Se sayang apapun kalau disuruh nunggu orang ngomong satu jam ya jengkel!

Ilyas kelihatan gusar, ngeliat Amrina yang malah cengar-cengir terus.

"Amrina," tegur Ummi.

"Okey, bismillahirrahmanirrahim. Aku cerita ya?" tanya Amrina berserta cengirannya, lucu. Tapi ini bukan waktunya muji Amrina, Ilyas 'kan lagi marah.

"Cepet!" semuanya berseru kesal.

Amrina menampilkan jejeran giginya.

"Bismillah, semalem setelah aku mendengar lamaran yang enggak jelas dan serius itu, aku sholat istikhoroh. Pasalnya, aku secara enggak langsung dilamar oleh dua orang, dan aku tau kalian semua serius. Aku sholat dua rokaat dan berdoa selama dua jam, mulai jam sebelas hingga jam satu malam," terang Amrina dengan kata, kata puitisnya.

"Cepetan!" kesal semua orang.

"Setelah doa, aku membaca doa sebelum tidur, yaitu bismika Allahumma ahya wa bismika amuut, amin. Setelah itu aku tidur, aku yakin malam itu Allah memberikan ketetapan hati."

"Aku bangun pagi lalu sholat shubuh dan membereskan rumah bersama adik dan kakakku, saat santai, aku mendapat notif line, dari kak Bila. Aku dengan ogah-ogahan membuka notif line tersebut. Dan terpampang pesan dari seorang Sabila, 'Amrina, gimana? Kamu mau 'kan?' aku harus mengatakannya dengan se jujur-jujurnya, aku berbincang dengan kak Asmira, 'Kak Bila, nanyain soal kemarin,' ujarku. 'Kamu udah istikhoroh?' tanya kak Asmira. Aku mengangguk. 'Udah yakin sama pilihan kamu?' tanya kak Asmira, lagi. Aku mengangguk lagi, dan disaat kak Asmira banyak tanya, aku teringat Hana. 'Kasih tau ke dia.' Kak Asmira memberikan senyum yang menenangkan."

TamengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang