28. Ane Mau Ente.

827 40 0
                                    


Ilyas tersenyum penuh haru, dia mendapat kesempatan.

"Ane mau ngajuin permitaan dan satu pertanyaan," ucap Ilyas memulai, dilihatnya Amrina menekukkan wajah.

"Silahkan," jawab Amrina penuh dongkol.

"Ane mau tanya, perasaan ente sama Ihsan apa?" tanya Ilyas.

Amrina terpaku, apa ya? Amrina juga enggak tau.

"Aku enggak tau, yang aku tau, selama ini Ihsan yang selalu ada. Dia yang selalu ngehibur aku, dia yang masih agak bisa jagain aku, dia yang ngerti aku, dan selama aku sama dia, aku nyaman..." Amrina menatap Ilyas, lalu ke Amir.

"Tapi tadi, ada yang salah, Ihsan dateng sama kak Bila. Selanjutnya kak Bila minta maaf sama aku, dan aku tau, Ihsan nungguin kak Bila karna kak Bila sayang banget buat ditinggalin, kak Bila baik. Tatapan Ihsan bukan buat aku, perhatian Ihsan bukan buat aku, tapi..." Amrina menunduk.

"Kak Bila bilang, kalau Ihsan ngelamar aku, aku mau nerima 'kan?. Aku enggak tau, itu salah, Ihsan harus milih kak Bila." Amrina mendongkak menatap Ilyas.

Bukan Ilyas saja yang mendengar itu, seisi rumah mendengar itu, dan seisi rumah tau, tanpa sadar hati Amrina udah berlabuh buat yang lain.

"Ane mohon, ane mau ente." Ucapan Ilyas tidak jelas.

Ilyas tersenyum canggung, menggosokkan tangan, lalu tiba-tiba berlutut dihadapan Amrina dengan bunga lilly yang sudah dia taruh di kolong kursi daritadi.

"Ane mau ente nerima lamaran ane, ane sayang sama ente. Ane enggak perduli kalau Ihsan nanti ngelamar ente. Ane minta maaf selama ini ane selalu ngebiarin ente sedih, okey, enggak ada kata ane-ente."

"Aku mau kamu nerima lamaran aku, aku sayang sama kamu. Aku enggak perduli kalau Ihsan nanti ngelamar kamu. Maaf selama ini aku selalu ngebiarin kamu sedih, mau 'kan kamu jadi calon uhm is—eh tunangan aja deh, mau 'kan kamu tunangan sama aku? enggak aku bukan nanya, aku memohon, plis jadi tunangan aku." Celotehan Ilyas cukup panjang lebar.

Siapa sangka, Amrina terkejut dengan muka merahnya.

Ummi tersenyum dengan Mamah.

Papah tersenyum bangga.

Amir, Amirah, dan Asmira terkekeh geli.

Jawabannya, "boleh aku mikir-mikir dulu?" diangguki oleh Ilyas.

*&*&*&*&*&*&*&*

Amrina menjalankan sholat Istikhoroh, berdoa, memohon ampunan dan petunjuk, Amrina tak mau pilihannya salah. Pasalnya Amrina yakin mereka semua serius, baik kak Bila maupun Ilyas. Allah pasti tau isi hati Amrina lebih daripada Amrina sendiri. Dia saja belum cerita tentang ini pada sahabat-sahabatnya. Biarlah Allah yang kasih solusi buat Amrina.

Dengan hati yang cukup tenang, Amrina menaiki kasurnya kemudian terlelap. Allah tau isi hati Amrina, dan Allah tau yang terbaik buat Amrina. Malam itu, Allah telah menetapkan hati Amrina pada yang terbaik.

Paginya, Amrina sholat shubuh lalu membereskan rumah bersama Ummi, Asmira, dan Amirah. Setelahnya Amrina dan Asmira duduk di halaman depan menunggu adik dan Umminya membawakan makanan ringan.

"HP kamu geter tuh, geli," kekeh Asmira, tepatnya meruntuhkan lamunan Amrina.

Amrina dengan ogah-ogahan membuka notif line tersebut.

Sabila: Amrina, gimana? Kamu mau 'kan?

"Kak Bila, nanyain soal kemarin," ujar Amrina lemas.

TamengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang