18. Enggak perih, tapi perih. Perih, tapi enggak perih.

591 41 9
                                    


Empat saksi, dan salalsatu saksi inti yang ada di panggung sidang saat itu (Ilyas) sedang merapalkan ikrar saksi, bagi para santri disini, hukum cambuk ini sudah menjadi hal yang lumrah dan disetujui oleh keluarga. Para psikolog juga dokter ada disitu untuk merawat Amrina dan Ihsan, setelah nanti hukuman itu selesai. surat An-Nur ayat 2 sedang Amrina bacakan sambil menitikkan air mata,

"Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, Wanita dan laki laki yang berzina, maka jilidlah mereka masing masing seratus kali. Dan janganlah belas kasihan kepada mereka mecegah kamu dari menjalankan agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan hari akhir. Dan hendaklah hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang beriman. Maha benar Allah atas segala firmannya." Arti surat An-Nur ayat 2 telah Amrina bacakan bersamaan dengan tetesan air mata yang mengalir.


"Bismillahhirrahmanirrahim, aljulud khamsu marrat, eaqdna. Akhi Ihsana Amil wa Ukhti Amrina Rosyada yirja alqiam istigfar. Allahuakbar!" seru algojo sebelum melakukan cambukan.

Satu... Subhanallah, walhamdulillah, wa la illa ha illaAllah, wa Allahukbar.

Dua... Subhanallah, walhamdulillah, wa la illa ha illaAllah, wa Allahukbar.

Tiga... Subhanallah, walhamdulillah, wa la illa ha illaAllah, wa Allahukbar. Bila yang saat detik-detik menjelang sidang berhasil Dio hubungi, baru saja datang sambil meneteskan air mata. Merasa bersalah, terharu, dan segala macamnya berkumpul di dadanya, seharusnya bukan Amrina yang polo situ yang ada disitu, seharusnya Bila yang disitu.

Empat... Subhanallah, walhamdulillah, wa la illa ha illaAllah, wa Allahukbar. Keluarga A datang dengan air mata yang bercucuran, mengucap Asmaul Husna-Nya, membaca ayat suci-Nya. Ada rasa kecewa, tercengang, dan tak percaya Amrina berada disana.

Lima... Subhanallah, walhamdulillah, wa la illa ha illaAllah, wa Allahukbar. Peserta saksi sibuk mencari Ilyas yang tiba-tiba menghilang entah kemana.


Dengan terseok-seok Ilyas berjalan menjauhi kerumunan orang yang menyaksikan acara cambuknya Amrina dan Ihsan. Rey, Rian dan Ares menepuk pundaknya.

"Kenapa Ente?" tanya Rey.

"Kok pergi?" tanya Rian.

"Bukannya itu yang ente mau?" tanya Ares.

"Ane salah, bro. Ane sayang Amrina, ane nggak tega liat dia menderita kayak gitu, ane mau ngegantiin posisinya dia. Ane rela menderita asal dia nggak, ane rela," ucap Ilyas.

"Udah selesai," ucap Rey dingin.

"Ane sayang sama Amrina, ane mau ngelindungin dia dari jauh. Ane mau dia terus ada di jalan yang lurus, bukan belok kayak kemarin, ane..." Ilyas mengacak rambutnya frustasi. Semua sudah terjadi, tinggal bagaimana kedepannya?


*&*&*&*&*&*&*&*


Amrina usai diberi salep oleh dokter dan di periksa oleh psikolog, tapi Alhamdulillah, tak ada gangguan apapun yang terjadi. Di asrama, Amrina bersimpuh pada kaki UmmiAbi, meminta maaf atas kelakuannya yang sangat mengecewakan.

"UmmiAbi, maafin Amrina. Kemarin Amrina khilaf," lirih Amrina, sambil bersimpuh lalu mencuci kaki UmmiAbinya dengan air yang sudah dia sediakan lebih dahulu.

TamengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang