Amrina bersorak histeris di asrama sambil memeluk kedua adiknya, pembagian rapot kenaikan kelas sebelas menuju kelas duabelas berlangsung mengejutkan bagi Amrina, sampai sampai dia bersorak dari kelasnya menuju asrama, membuat beberapa pasang mata menatap Amrina takut.
Hello, Amrina yang sekarang berbeda dari Amrina yang SMP. Amrina yang sekarang enggak gengsian dan individualis kayak Amrina SMP, Amrina yang sekarang juga telah berhasil mendapat.... "aku rangking delapan!" sorak Amrina. Dan yah, naik tujuh tingkat adalah sebuah keajaiban bagi Amrina.
"Serius?" Hana yang selama ini menjadi tutor terbaik ikut heboh.
Amrina mengangguk ceria.
"Jadi 'kan traktir kita semua nasi padang?" sialnya Hana menagih janji yang pernah Amrina lontarkan saat itu.
Saat itu Amrina sedang pusing-pusingnya belajar matematika dengan Marwa, Intan dan Hana. Sambil menutup wajah, Amrina mendengus kesal.
"Kalau rangking aku diatas sepuluh atau sepuluh pas aku janji deh bakal traktir kalian nasi padang," ucap Amrina menatap teman-temannya, dan setelah itu teman-temannya selalu mendoakan Amrina agar mendapat rangking diatas sepuluh, dan terbuktilah hari ini, doa mereka dikabulan.
Amrina meringis lalu menatap Umminya yang sedang menatapnya garang, dengan senyum kikuk Amrina meyakinkan ini enggak akan ngerepotin.
"Amrina punya tabungan kok, Mi." Amrina meyakinkan Umminya.
"Okey, Ummi ijinin," jawab Umminya pasrah.
Amrina dan teman-temannya bersorak senang.
"Kak, kita juga ya," rengek Amirah.
"Ogah," jawab Amrina tak acuh.
"Kak ayolah," bujuk Amir.
Dan terjadilah lobby melobby diantara anak kembar dan seorang Amrina, alhasil, "Okey, aku traktir."
Kalau boleh, Amrina mau minta diputar waktu, enggak jadi janji nraktir.
Pergilah empat keluarga itu ke warung nasi padang mang Ujo.
"Kak Amrin, inget enggak yang aku tanya tentang nembak orang?" tanya Amir tiba-tiba.
"Inget," jawab Amrina.
"Kalau kakak denger aku taken sama dia apa ekspresi kakak?" tanya Amir takut-takut.
"Kamu serius?" tanya Amrina.
"Serius apanya?" Amir balik tanya.
"Serius taken sama dia." Kini Amrina menatap adiknya.
Amir mengangguk samar, Amrina menatap Amirah yang mengangguk juga, tandanya itu benar.
Ada rasa kesel juga sih sebenernya, hell no gitu, Amir udah liat sendiri akibat Amrina pacaran sama Ihsan adalah malapetaka yang besar. Okey, itu mungkin aturan Al-Amanah aja yang parah, tapi... "pacaran itu mendekati zina, dan mendekati zina itu dosa."
"Amir udah taken sebelum kakak sama kak Ihsan ketauan," ujar Amir.
"Amir pake cara kak Ihsan waktu dulu nembak kakak," tambah Amir.
"Dan kamu belum putus?" tanya Amrina.
Amir mengangguk, sedari tadi percakapan itu yang mendominasi mobil keluarga A, Ummi tak berkomentar apapun, efek terlalu kaget mendengar pengakuan Amir, tapi Ummi yakin Amrina bisa memberi arahan pada adiknya.
"Amir, inget ini ya, kalau kamu sayang, ungkapin lewat doa, ajak dia ke jalan yang baik. Kalau kamu sayang, enggak perlu kamu tunjukkin lewat status, cukup hati kamu dan Allah yang tau," ucap Amrina.
"Jadi aku salah?" tanya Amir.
"Suka itu wajar, normal berarti kamu. Tapi cara meng ekspresikannya itu yang salah. Pacaran itu mendekat kea rah zina, sekalipun kamu enggak ngapa-ngapain, kamu tetep masuk ke kategori ngapa-ngapain karna ada kata-kata yang romantic yang kalian ungkapin," timpal Amrina.
"kalau kamu sayang sama dia, ajak dia ke jalan yang penuh kebaikan, jaga dia dari jauh sebisa mungkin." Amrina tersenyum menatap adiknya itu.
"Sebelum terlambat, Nak. Jelasin ke dia mana yang bener," tambah Ummi.
"Ummi enggak marah sama Amir?" tanya Amir.
"Kalau kamu jujur dan mau merubah, Ummi enggak akan marah," ujar Ummi.
"Sekarang, kamu telepon dia, jelasin kalau kamu mau putus dan alasannya. Nanti kayak kak Amrin tau rasa kamu," kekeh Amirah.
"Bener kata kembaran kamu tuh, telepon." Amrina menyetujui ucapan Amirah.
Lalu Amir benar benar menelepon dan menjelaskannya.
Sesampai di rumah makan, mereka berkumpul sesuai spesiesnya (Sekumpulan orangtua, dan sekumpulan anak muda) membuat warung mang Ujo terasa penuh. Ummi serasa bernostalgia lagi saat berada disini, mengingat banyak moment yang Ummi lakukan bersama Abi.
"Kamu Umminya Amrina 'kan?" tanya Ibunya Hana.
"Iya, Umh, kamu Ibunya Hana?" tanya Ummi.
"Iya, turut berduka cita ya, semoga Allah nguatin hati kamu," ujar Ibunya Hana.
"Oh iya, aku Mommynya Intan, turut berduka cita juga ya, jangan sedih, Allah selalu ngelakuin yang terbaik." Mommy Intan tersenyum manis.
"Aku Mamihnya Marwa, aku juga turut berduka cita ya. Kalau ada apa-apa bisa lah hubungin kita, lihat tuh anak-anak akrab banget." Kesan pertama Mamih Marwa adalah orang yang sangat welcome.
Amir menatap meja sekumpulan orangtua itu tersenyum sendu, lalu menepuk pundak Amrina dan Amrah, "semoga Ummi kuat ya ngadepin kita, aku yakin Ummi masih susah ngelepasin Abi."
Amrina senang bukan main, ternyata gini ya rasanya punya temen yang se asyik dan se welcome mereka, kalau gini sih, Amrina berani jomblo seumur hidup asal bareng terus sama mereka.
Teman-temannya tampak sumringah, mereka itu kalau soal makanan selalu saja nomor satu, enggak pernah nomor satu miliyar. Tapi Amrina seneng-seneng aja sih ngeliat temennya yang bahagia gitu. Kalau Amrina punya rezeki banyak, nanti dia teraktir lagi deh.
"Amrina, pengen bungkus ih, buat si empus," kekeh Marwa.
Amrina menatap Marwa garang, kalau buat Marwa sih masih bisa di pertimbangkan, masalahnya ini buat si empus. Asal kalian tau si empus itu nama kucing.
Amrina enggak jadi deh bakal nraktir temen-temennya lagi kalau ada rezeki, terimakasih, enggak lagi-lagi.
"Oh iya, Rin. Aku abis liat kelas try out," ujar Hana.
"Terus?" tanya Amrina.
"Kita sekelas sama ikhwan," jawab Hana.
"What? Ih ogah," gerutu Amrina.
"kamu sekelas sama...." Dah selanjutnya Amrina tak mau mendengar penjelasan Hana.
MALAPETAKA!
_&_&_&_&_&_&_&_&_&_&_&_&__&_&_&_&_&_&_&_&_&_&_&_&_&_&_
Entah deh mau bilang apaan. Sorry ya baru update, WIFI only nih wkwkwk.
Jangan lupa baca:
1. Rainy.
2. I and A.
3. Kumpulan Cerpen.
4. Oublier.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tameng
Spiritual13 January 2017 (CERITA INI JUGA TERSEDIA DI AKUN GWP RESMI PUNYA KEJU) Bagi A, seorang I adalah orang yang selalu bahagia diatas penderitaannya. Bagi I, seorang A adalah orang yang selalu menganggu ketenangannya. Apalagi MamahPapah I malah menitipk...