4. AMRINA TERTIPU!

714 48 1
                                    


Mobil milik Asmira pun melaju, membawa mereka ke suatu tempat, yang tentunya tak Amrina tahu. Sejak tadi Amrina mengacak ngacak box yang ada di jok belakang, berisikan novel milik Asmira, yah Asmira sengaja membawa box novel itu di mobilnya, novel 'kan kesayangan Asmira.

"Kak Asmir, ini novel baru semua!" pekik Amrina saat membuka salahsatu box yang asing itu.

"Iya emang, dapet 5 kali giveaway, sisanya aku PO," terang Asmira.

"Ihh, ada Harry Potter terbaru, pulak!" pekik Amrina girang.

"Baca aja, bawa sama kamu, gausah dibalikin lagi ke boxnya." Asmira ingat, ini hari terakhir sebelum dia akan berpisah tempat tinggal dengan Amrina selama tiga tahun, yah itung itung kenang kenangan, kalau rindu tinggal peluk novelnya aja. Bahkan, kali ini Asmira mengijinkan Amrina memilih novel yang dia suka untuk di bawa. 'kan biasanya kak Asmir pelit kalau soal novel. Amrina heran.


Gerbang Al-Amanah terpampang jelas di depannya, Asmira menghela napas, ini waktunya Amrina pisah dengan keluarganya. Sementara Amrina belum sadar akan hal itu, dia masih asyik membaca novel milik Asmira. Tapi, saat mobil berhenti Amrina mengalihkan pandangan,

"Udah sampai rumah?" tanya Amrina, tapi tanpa perlu jawaban, Amrina turun dengan terheran heran, ini bukan rumahnya, ini tempat asing.

"Eh Amrina!" pekik Ummi, menyambut anaknya.

"Ini...." Amrina tak bisa melanjutkan ucapannya.

"Welcome to Al-Amanah." Abi berujar bangga. Amrina membelalakkan matanya. Amrina tertipu!

"Apa apaan ini?" mata Amira berkaca kaca.

"Kamu sampai di sekolahmu," ujar Ummi, Amrina berdecih.

"Kalian tega. Aku mau pulang!" kini tangis Amrina pecah, kecewa.

"Kita lihat lihat dulu, sebentar aja," bujuk Asmira.

"Pulang!" Amrina memberontak, namun kemudian memeluk Asmira, pasrah.


Keluarga A pun akhirnya masuk ke asrama Amrina, ranjangnya berada di pojok sebelah kanan dengan sprei warna hijau, lemarinya di samping kasurnya. Dan ada 3 ranjang dan lemari yang berdampingan. Ada 2 lorong yang bersebrangan, lorong awal adalah tempat ganti baju dan 2 kamar mandi. Lorong kedua adalah tempat belajar, meja belajar Amrina ada di pojok, dengan warna hijau dan lampu belajar yang mungil, mewah.

Namun, hati Amrina terlanjur kecewa, dia ingin pulang. Tak mau tinggal di boarding yang jauh dari keluarganya, Amrina memeluk Asmira sangat erat, lalu berujar dengan suara bergetar, di sangat terpukul dan tak bisa membayangkan kalau dia jauh dari keluarganya, "aku mau pulang." Kemudian Amrina pergi berlari mencari jalan keluar dari pemukiman yang sangat besar, aduh dimana pulak gerbang keluarnya?Amrina berlari mengikuti suara hatinya, kalu hatinya bilang belok maka dia pun berbelok, Amrina ingin kabur.

Ilyas selesai membereskan meja belajarnya, dan kini Ilyas baru tau kalau ranjangnya bukanlah ranjang tingkat yang biasa dia dengar tentang asrama asrama, bahkan semua hal disini membuat Ilyas menganga, terlalu mewah. Berapa bayarnya? Satu juta kah? Oh pasti lebih. Lalu harga bakso di kantin berapa? Seratus ribu satu biji kah? Dengan alasan bahwa dagingnya di import dari luar negri, atau itu sapi milik pangeran Charless, atau sapi milik Erdogan, hal itu membuat Ilyas semakin menganga.

"Ilyas. Tadi yang lain pada pergi sama orangtuanya, pada beli makanan. Kamu mau keluar?" tawar Mamahnya.

"Nggak usah, Mah," tolak Ilyas.

"Okay." Mamahnya tersenyum.

"Eh Mah, aku mau beli bakso di kantin. Berapa ya? Sampai seratus ribu enggak harganya?" tanya Ilyas polos, Mamahnya terbahak.

"Lah mana ada bakso di tempat beginian harga seratus ribu. Sono ke kantin, Papah kamu lagi disana," ujar Mamahnya, lalu Ilyas pergi kesana dengan air liur yang hampir menetes.


Menetes terus, Amrina berjalan sambil sesekali menghapus air matanya, tepatnya Amrina ingin pulang tapi dia malah nyasar ke tempat yang isinya laki laki semua. Amrina sempat berhenti menatap kantin, lalu berpikir tentang bakso yang ada disana. Harga bakso di kantin berapa? Seratus ribu satu biji kah? Dengan alasan bahwa dagingnya di import dari luar negri, atau itu sapi milik pangeran Charless, atau sapi milik Erdogan. Tapi Amrina berhasil mengusir pikiran aneh itu lalu melanjutkan mencari gerbang keluar. Amrina menunduk menghapus air matanya, namun sialnya dia menabrak dada lelaki yang bidang, Amrina mendongkak, Ilyas dihadapannya.

"Amrina," ujar Ilyas sedikit ada nada tidak suka disitu, menghiraukan ucapan Ilyas, dia memeluk Ilyas, Amrina memeluk Ilyas! lalu kembali menangis.

"Bawa aku keluar," ujar Amrina di tengah tangisnya, Ilyas mengerenyit, apa apaan?

"Lepasin!" paksa Ilyas jengkel, Amrina malah semakin mengeratkan pelukannya, menangis semakin kencang.

"Aku mau.. ke.. luar," rengeknya, Ilyas jengah, tak suka.

"Cengeng," ucap Ilyas lalu melepas paksa pelukan Amrina, dan mendorongnya, Amrina tertunduk, "bantuin aku keluar."

Ilyas tak mau berurusan dengan Amrina, dia meninggalkan Amrina yang menangis, dia berjalan menuju kantin, Amrina ngalangin orang yang pengen makan bakso.

Sampailah Ilyas di kantin, tepatnya di hadapan Papahnya yang melahap bakso, Ilyas menunggu pesanannya, Papah berdehem.

"Nanti setiap bulan kamu tengokin Amrina. Papah udah buat kartu mahromnya," ucap Papahnya sambil menatap anak satu satunya itu, tampaknya Ilyas terkejut.

"Aku sama Amrina 'kan bukan mahrom." Ilyas tak terima, papahnya tersenyum, pesanan datang, lalu mereka sibuk dengan bakso yang ternyata harganya hanya sepuluh ribu. Ilyas menyesal telah datang kesini dan menemui Papahnya, Amrina aja terus.


*&*&*&*&*&*&*&


Amrina akhirnya ditemukan oleh Amir yang sudah muter muter mencari Amrina, dia menemukan Amrina dalam keadaan yang sangat menakutkan, seperti orang gila. Kalau saja Amrina bukan kakaknya, maka dia sudah lari terbirit birit, takut.

"Aku mau pulang," hanya itu kata kata yang diucapkannya, Amir sempat takut, takut tiba tiba kakaknya jadi depresi, 'kan seram.

"Kak Amrin, baik baik aja 'kan?" tanya Amirah, mengetahui gelagat Amir.

"Enggak. Aku mau pulang," tegas Amrina.

Melihat itu, Ummi menghampiri Amrina, lalu mencium keningnya, kalau boleh jujur, Ummi juga tak mau Amrina berada disini, selain karna suatu hal, yang terbaik untuk Amrina.

"Sebentar kok, Cuma tiga tahun, nggak kerasa. Nanti juga bulan depan kamu boleh nginep dirumah," ucap Ummi sambil menghapus air matanya.

"Ummi 'kan tau, kalau aku nggak biasa jauh dari Ummi sama Abi," kesal Amrina, Ummi tersenyum getir.

"Ummi tau, tapi 'kan nggak selamanya kita kumpul terus. Jangan nangis ah, jelek," Ummi menghapus air mata anaknya lagi. Ummi tau Amrina itu lemah, tak bisa jauh dari keluarganya, karna itu juga dia mengirim Amrina kesini, karna alasan yang Ummi tau Amrina masih tak bisa menerimanya dengan jernih.


*&*&*&*&*&*&*&*&*&*&*&*&*


Happy reading guys!!!! Belum konflik yha, sorry slow update. Gatau mau bilang apaan, intinya boarding enggak seburuk yang Amrina kira, yah gitu aja.


Regrads, TulisanKeju.


978 words.


jangan lupa baca:

1. Rainy

2. I and A.

3. Kumpulan cerpen.

4. Oblier.

TamengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang