"So where are you now, British Guy?"Arthur menghela nafas. Sepelan mungkin.
"SCBD, Kalila," jawab Arthur sesabar mungkin.
"Oke aku sudah di Sudirman dan akan..."
"Aku sedang keluar dari daerah SCBD,"
"What? Kamu mau kemana? Gak bisa tunggu sebentar untuk ketemu aku dulu?"
"Tadi aku kira kamu bisa datang sebelum lunch meetingku selesai,"
"Iya aku berniat begitu. Tapi ternyata perawatan kukuku selesai lebih lama jadi aku gak kekejar..."
Perawatan kuku. Arthur menggeleng. Di saat hari Selasa dimana orang-orang masih sibuk bekerja, sempat-sempatnya dia melakukan perawatan kuku.
"Cuma powerbank, Kalila. Aku bisa minta abang Gojek antar ke kantor kamu atau rumah kamu supaya kamu gak perlu repot,"
"Oh aku sengaja mau ambil powerbank langsung dari tangan kamu supaya yang aku temui ya kamu. Bukan abang gojek,"
Arthur tertawa garing. Memperbaiki posisi headset sambil tetap menyetir menuju Thamrin. Kali ini ia akan bertemu klien korporat di daerah Thamrin. Namun sebelum itu ia akan mampir dulu ke tempat lain.
"So, jadi gimana? Aku bisa tangkap kamu dimana?"
"Aku otw ke Grand Indonesia, kalau itu bisa membantu,"
"Meeting?"
"Hmm, bukan. Membeli sesuatu,"
"Sudah dekat?"
Arthur melongok ke samping. "Dukuh Atas,"
"Oke kalau begitu. Aku temui kamu di Grand Indonesia. Dan sebelum aku sampai di sana,, jangan kemana-mana!" Kalila mengancam.
"Iya, Kalila," Arthur menyetujui. Namun itu tidak berarti ia akan duduk diam dan menunggu hingga Kalila benar-benar berada di depannya. Kalau Kalila tidak bisa sampai di GI hingga waktu Arthur harus berangkat, ceritanya akan lain.
Ting! Sebuah pesan muncul di ponselnya. Membuat Arthur refleks tersenyum.
'Sudah makan, Arthur?'
Demi alasan keamanan, Arthur menyampingkan mobilnya dan membalas pesan tersebut. 'Sudah, Janice. Bagaimana dengan kamu? Banyak pasien?'
Balasan Janice sampai tidak lama kemudian. Sepertinya dia memang sedang lowong. 'Aku sedang makan. Baru sempat istirahat karena banyak pasien sedari pagi.'
'Well, kamu yang bilang jangan lupa makan. Same things goes to you. Ingat kesehatan sendiri, Bu Dokter.'
'Kamu juga jangan keasyikan kerja, Pak Pengacara.' balas Janice.
'Hmm, malah aku sekarang sedang bolos.' Arthur diam-diam nyengir.
'Nakal. Aku harus kembali bekerja. Sampai ketemu nanti malam.'
'Ya. Semangat!'
Arthur merasa dirinya super cheesy. Seperti ABG sedang PDKT. Biarkanlah, ia sudah lama tidak mengalami hal seperti ini. Tidak setelah...ya sudahlah. Tak perlu dibahas lagi.
***
"Apa kamu diam-diam sudah punya anak?"
Arthur menoleh. Ia mendapati Kalila sedang memandangnya dengan aneh.
"Oh hai, Kalila," sapa Arthur santai. Mengabaikan pertanyaan menuntut yang dilontarkan Kalila beberapa detik sebelumnya.
"Kamu sudah punya anak?" Kalila mengulang. Dia terbiasa mendapat jawaban atas SEMUA pertanyaannya. Termasuk hal sepele seperti ini. Karena ia akan benar-benar kecewa kalau ternyata Arthur sudah punya anak di luar pengetahuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gentleman's Choice - END (CETAK & GOOGLE PLAY)
Romance#97 in Romance, February 4, 2017! :)) Selepas bercerai dengan cinta pertamanya, Arthur memilih untuk tetap sendirian. Ia ingin lebih memahami diri dan perasaannya sendiri sebelum menjatuhkan hati pada wanita lain. Namun sebagai most eligible duda k...