Kalila memainkan gelas berisi jus jambu sambil termenung. Matanya mengarah ke para asisten rumah tangga yang sedang merapikan kebun di hari Minggu pagi. Jarinya bergerak memutari tepi gelas sambil mengingat kejadian malam sebelumnya.
Diam-diam Kalila melirik pria yang duduk di hadapannya. Membaca dengan tekun berkas tebal yang ia pegang. Kadangkala menulis beberapa catatan di buku kerjanya. Dia terus bekerja seperti itu tanpa merasa perlu minum atau meregangkan badannya.
Kalila mengambil inisiatif. Ia berdiri dan menuju ke pantry, menyediakan susu hangat dalam gelas lalu membawanya ke hadapan Arthur.
"Eh, apa ini?" Arthur mendongak dari berkasnya saat mug itu membuat bunyi 'duk'.
"In case kamu capek baca, bisa diselingi minum susu. Biar lebih rileks," Kalila mengangkat bahu lalu kembali ke kursinya.
"Well thanks Kal," Arthur mengambil gelas itu dan meneguknya. Kemudian kembali bekerja.
Kalila memperhatikan itu semua. Bagaimana Arthur minum tanpa melepaskan pandangannya dari berkas-berkas. Bagaimana susu itu membekas di sekeliling bibirnya. Membuat Kalila sukarela membersihkan bekas itu dengan bibirnya sendiri.
Cepat-cepat dia menggeleng. Matanya difokuskan kembali ke layar laptop yang sedang menampilkan analisa kasus.
"Kamu darimana Arthur?" Kalila tidak tahan tidak bertanya. Ditambah, dia tidak tahan akan kesunyian yang ada diantara mereka berdua. Kalau tadi dia sendirian dan sepi, tidak masalah. Tapi sekarang mereka berdua dan aneh sekali kalau mereka seperti orang bermusuhan.
Arthur mengangkat wajahnya lagi. Meletakkan berkas itu di meja dan menutup bukunya. "Hanya berkeliling,"
Kalila mengangkat alis. "Berkeliling?"
Arthur tidak menjawab. Dia memilih untuk meminum kembali susunya.
"Datang ke kantor di Sabtu jam 7 malam sepertinya bukan hal random yang bisa dilakukan," Kalila melanjutkan.
"Kamu sendiri memang niat datang ke kantor Sabtu malam begini? Teman-temanmu sedang keluar sekarang," Arthur membalas dengan mengganti topik.
"Mereka mau berangkat clubbing. Aku...sedang tidak ingin,"
"Begitu..." Arthur mengangguk. "Dan memilih bekerja di kantor?"
"Ah sudahlah. Kita berdua sama-sama orang aneh yang malam Minggu malah ada di kantor," Kalila mengibaskan tangannya dan berdiri. Arthur tertawa pelan kemudian bingung karena Kalila berjalan masuk ke salah satu ruangan.
Begitu keluar, Kalila membawa infocus. Dia langsung menyalakan benda tersebut dan menghubungkan ke laptopnya. Arthur tidak menanggapi dan malah memperhatikan.
"Lets watch!" Kalila menunjuk layar yang sudah menampilkan tulisan 'Dont Breath'.
"Film horor di malam Minggu?" Arthur mengernyit.
"Come on, we are freak enough to spend Saturday night in office. Why dont make it freakier," kata Kalila. Arthur tertawa lalu mengambil posisi lebih baik untuk menonton.
Kalila tersenyum. Padahal dia sendiri yang memilih film horor. Tapi dia sendiri yang lebih banyak memalingkan wajah dan berteriak-teriak. Sampai security masuk karena panik lalu ikut tertawa bersama Arthur saat melihat Kalila menyembunyikan wajahnya di balik buku KUHP.
Malam itu mereka pulang ke rumah masing-masing setelah makan malam bersama di pedagang kaki lima dekat kantor. Sesederhana itu, tapi Kalila bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gentleman's Choice - END (CETAK & GOOGLE PLAY)
Romance#97 in Romance, February 4, 2017! :)) Selepas bercerai dengan cinta pertamanya, Arthur memilih untuk tetap sendirian. Ia ingin lebih memahami diri dan perasaannya sendiri sebelum menjatuhkan hati pada wanita lain. Namun sebagai most eligible duda k...