TUJUH

4K 403 11
                                    

Marina membelalak. Bertrand melongo. Sementara Arthur terbatuk hebat.

"Chill, I'm just kidding!" Kalila tertawa dan menepuk pundak Arthur. Arthur masih terbatuk-batuk beberapa saat meski Kalila dan Marina sudah memberinya minum.

"Wah, aku kira aku ketinggalan sesuatu, Arthur," kata Marina dengan nada menuduh, matanya menyipit. Tentu saja ia tidak bisa menerima begitu saja jika ternyata Arthur punya perempuan lain selain yang ia kenalkan.

"Kalila, tolong jangan bercanda dengan sesuatu hal penting seperti itu," ujar Arthur setelah batuknya reda. Ia tatap langsung gadis muda itu dengan raut wajah serius dan kebingungan.

"Memangnya kenapa? Kamu gak setuju kalau punya calon istri seperti aku?" Kalila memiringkan kepala dan mengerjapkan matanya. Bulu mata panjang dan lentik itu bergerak cepat. Arthur langsung memalingkan wajahnya.

Marina dan Bertrand berpandangan. Masing-masing berpikir tentang sesuatu.

"Aku sedang tidak memikirkan hal itu," kata Arthur pelan. Tentu saja. Bayangan perihal membangun keluarga rasanya masih sangat jauh dari hidupnya. Ia benar-benar akan berpikir berulang kali sebelum memutuskan untuk menikah lagi.

"Aku pulang duluan," Arthur menutup laptopnya dan berdiri.

Kalila ikut berdiri dan bermaksud mengejar Arthur.

"Huachiuh!" Arthur bersin mendadak. Kalila kaget, langkahnya terhenti. Sedetik kemudian dia menyentuh pundak Arthur.

"Are you okay?"

"Yes, I'm fine," Arthur mengangkat sebelah tangannya. "Bertrand, Marina, aku pulang duluan,"

Bertrand dan AMrina mengangguk. Kalila sementara itu kebingungan. Dipandangnya Bertrand dan Marina. "Did I say something wrong?"

"I think yes," kata Bertrand, masih menatap pintu yang menutup.

***

"I think I need to say sorry," kata Kalila begitu ia melihat Arthur muncul di kantor keesokan harinya.

"Untuk?" Arthur berhenti berjalan. Memandang Kalila yang-tumben sekali-berdiri diam dengan wajah ragu dan malu Tidak berisik seperti biasanya.

"Karena kata-kataku kemarin perihal...istri?"

"Oh," Arthur lanjut berjalan menuju ruangannya. Kalila mengikyti di belakang. "Nevermind,"

"That topic is kinda sensitive for you right?" Ragu-ragu Kalila bertanya. Meskipun ia takut salah mengucap lagi tapi ia penasaran. Ia harus tahu kapan Arthur siap untuk berumah tangga lagi.

Arthur menghela nafas. Ditatapnya Kalila yang berdiri ragu-ragu di ambang pintu. Mulutnya terbuka untuk menjawab dan yang keluar dari mulutnya adalah, "huachim!"

Segera Arthur mencari tisu yang ada di meja kerjanya, mengelap wajahnya yang pasti jadi berantakan.

"Are you sick, British Guy?" Kalila melangkah cepat menghampiri Arthur, menyentuh pipinya. Arthur mundur selangkah. "Mau kuambilkan sesuatu?"

"No, no, I'm okay," Arthur memalingkan wajah. Berputar mengelilingi meja untuk duduk. "Cuma kedinginan karena tadi mampir ke minimarket."

Kalila tidak menanggapi tapi ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa setelah ini dia akan ke pantry untuk membuatkan Arthur minuman hangat.

"Tentang kemarin. Iya Kalila. Topik itu masih sensitif buatku,"

Kalila menunduk. Tidak lama kemudian dia kembali mengangkat wajahnya. "Oke. Aku minta maaf. AKu gak akan bahas-bahas itu lagi. Kamu mau maafin aku?"

Gentleman's Choice - END (CETAK & GOOGLE PLAY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang