"Atau kita berpikir seperti itu," lanjut Clarissa.
Pak Syarif dan Hilda tertawa. Sementara Arthur masih bengong, tidak mengerti apa yang sedang terjadi di hadapannya sekarang ini.
"Hilda sebentar lagi akan menikah. Kalau belum, mungkin Mom sudah minta Pak Syarif untuk menjodohkan Hilda dengan kamu," Clarissa menjelaskan lagi. Membuat raut wajah Arthur lama kelamaan kembali berwarna. Tidak pucat seperti tadi.
Apa jadinya kalau ia dijodohkan? Bagaimana dengan pacarnya saat ini, Janice?
Bagaimana dengan....Kalila?
"Kita disini akan membicarakan beberapa hal bisnis. Sulit sekali mencari waktu yang tepat untuk bertemu Pak Syarif ini. Mengingat beliau salah satu orang terpenting di negeri ini," Sekarang Ben yang angkat bicara.
"Tidak usah berlama lagi kalau begitu. Silakan duduk," Pak Syarif mempersilakan. Semua orang langsung menempati tempat masing-masing. Arthur masih belum mengerti kemana arah pembicaraan atau maksud dari pertemuan antara orang tuanya dengan salah satu orang penting di Indonesia. Maka dari itu ia hanya diam saja. Membaca sesuatu sampai waktunya ia mengeluarkan pendapat.
"Kami langsung berangkat ke Indonesia begitu tahu Pak Syarif punya waktu luang malam ini," ujar Ben sambil tersenyum. Mencairkan suasana yang tadi sempat agak kaku ketika Clarissa membahas soal Hilda.
"Mohon maaf karena pemberitahuan yang mendadak," Pak Syarif tersenyum.
"Tidak masalah. Kebetulan kami juga sudah lama tidak berkunjung ke Indonesia," Ben menanggapi. Ia kemudian menoleh kepada putranya. "Pak Syarif memiliki bisnis budidaya kekayaan laut yang Dad minati sejak lama. Pertemuan kali ini adalah untuk membahas hal itu."
Arthur mengangguk. Mulai bisa menghubungkan benang merah. Ayahnya memang sempat membahas perihal ketertarikannya pada kekayaan laut Indonesia. Rupanya inilah yang mendorong kedua orang tua Arthur untuk terbang mendadak.
"Hilda yang mengelola unit bisnis kami tersebut. Maka dari itulah dia disini," ujar Pak Syarif. Arthur menoleh kepada Hilda, yang menatapnya sambil tersenyum dan mengangguk. Arthur balas tersenyum.
"Dan kamu, Arthur, Dad minta bantuan untuk menangani ini juga selama Dad tidak di Indonesia," Ben menatap putranya. Satu-satunya orang yang bisa dipercaya saat ini.
"Are you sure, Dad?" Arthur mengernyit. Ia hanya seorang corporate lawyer, belum terbiasa menangani bisnis secara langsung. Kalau berhubungan dengan segi hukum...
"Definitely. I need someone I can trust. And for now on, you are the only option," Ben mengangguk meyakinkan Arthur.
Di satu sisi ia lega karena rupanya pertemuan ini bukanlah mengenai perjodohan. Tapi di sisi lain, ini adalah satu hal yang baru.
"You have been worked as a corporate lawyer for more than 7 years. Kurang lebih kamu pasti paham dengan segala proses bisnis," Ben pasti masih melihat keraguan di mata Arthur sehingga ia berkata seperti itu. Arthur mengangguk, ia setuju.
"Hilda akan membantu," Pak Syarif meyakinkan.
"Organisasi kami sudah mahir dalam mengelola dan membudidayakan kekayaan laut Indonesia. Baik rumput laut, ikan, karang, mutiara, dan lain sebagainya. Kami juga sudah berhubungan baik dengan para nelayan di berbagai titik di Indonesia. Yang kami butuhkan adalah corporate management yang tepat serta ekspansi bisnis yang lebih besar," ini pertama kalinya Hilda bicara. Suaranya serak namun nadanya tegas. Arthur tahu di kantor, orang-orang pasti sangat segan padanya.
"Ok I think I can help," Arthur menyanggupi.
"Oh you should. Mungkin sekaligus kamu bisa cari istri yang baru," celetuk Clarissa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gentleman's Choice - END (CETAK & GOOGLE PLAY)
Romance#97 in Romance, February 4, 2017! :)) Selepas bercerai dengan cinta pertamanya, Arthur memilih untuk tetap sendirian. Ia ingin lebih memahami diri dan perasaannya sendiri sebelum menjatuhkan hati pada wanita lain. Namun sebagai most eligible duda k...