Janice melemparkan sendok dan garpu yang ia pegang. Kemudian dia berdiri dan keluar dari restoran. Arthur tidak mengejar. Dia mengusap wajah dan rambutnya.
"You asked me to be honest, Janice," gumam Arthur.
***
Arthur menunggu di bandara untuk penerbangan kembali ke Jakarta. Tadi Janice sudah check out lebih dulu. Berarti seharusnya dia sudah ada di bandara. Sembari menyeret kopernya, Arthur melihat Janice sedang duduk di ruang tunggu.
"Janice," panggil Arthur. Duduk di sampingnya. Janice memalingkan wajah.
"Janice, bisa kita bicara sebentar?"
Janice menyibakkan rambutnya dan berdiri. Cepat, Arthur meraih tangannya.
"Listen to me first and the you can do whatever you want to do. Okay?"
"No. You listen to me first," Janice menepis tangan Arthur lalu duduk kembali. "Aku kira, ketika pertama mendengar bahwa kamu sudah pernah menikah dulu, aku hanya perlu menyiapkan kamu untuk kembali siap berhubungan dengan orang lain. Aku gak tahu kalau kamu ternyata masih cinta dengan mantan istrimu. Dan menurutmu, perempuan mana yang bisa menerima kalau pacarnya ternyata masih mencintai mantan pacarnya?"
"Makanya dengarkan aku dulu. Aku memang bilang bahwa aku masih mencintai Amy. Tapi seiring jalannya waktu, aku mulai bisa kembali membiasakan perasaanku ke dia. Semua itu karena ada kamu..."
Janice menatapnya dengan pandangan menyipit. "Aku tahu aku gak bisa terus menyimpan perasaanku ke Amy. Dia sudah istri orang lain. Dia sudah ibu dari anak dengan pria lain. Denganmu aku percaya aku bisa melupakan masa lalu aku,"
Janice mendengarkan kalimat Arthur itu tapi dia memalingkan muka. Berat rasanya. "Lebih baik kita break dulu deh. Kamu pikirkan dulu apa kamu benar-benar mau melanjutkan hubungan kita? Temui aku kalau kamu memang benar-benar sudah siap."
Saat itu bersamaan dengan panggilan bagi penumpang untuk keberangkatan ke Jakarta. Janice bangkit dan meraih kopernya.
"Sebelumnya aku mau bertanya," Arthur ikut berdiri. "Apa kamu mencintai aku?"
***
Hari ini masih hari Jumat. Jadi begitu siang hari mendarat di Cengkareng, dengan Janice yang masih tak mau bicara dengannya, Arthur memilih kembali ke kantor saja. Setidaknya di kantor ada hal yang bisa dia kerjakan untuk mengalihkan perhatian dari masalahnya dengan Janice. Di kantor juga ada gadis berisik itu.
"Lagi break?"
Arthur terperangah. Baru selangkah ia masuk ke kantor dan pertanyaan yang pertama menyambutnya adalah itu.
"Tumben lo gak nanya soal kerjaan atau oleh-oleh" Arthur lanjut melangkah tanpa menghiraukan pertanyaan dari Bertrand.
"Kalau soal kerjaan, nanti juga lo update sendiri ke gue. Tapi kalau soal break, kan harus dipancing," Bertrand nyengir.
"Udah mau jadi Bapak gak boleh iseng lo," kata Arthur sambil berjalan menuju pantry.
"Lho gue gak iseng. Cuma nanya doang," Bertrand ikut ke pantry. Saat Arthur mengambil coke dari kulkas, dengan cuek Bertrand mengambil kaleng itu dari tangan Arthur sampai Arthur harus mengambil kaleng lainnya.
"Lo tau dari Marina pasti?"
Bertrand mengangguk. "Marina diceritain Janice sendiri. tadi pagi,"
"Women," Arthur menggeleng.
"Katanya karena lo masih cinta sama Amy?"
"Iya," Arthur mengangguk. Dia menggeser kursi dan duduk di atasnya. Bertrand duduk di depan Arthur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gentleman's Choice - END (CETAK & GOOGLE PLAY)
Romance#97 in Romance, February 4, 2017! :)) Selepas bercerai dengan cinta pertamanya, Arthur memilih untuk tetap sendirian. Ia ingin lebih memahami diri dan perasaannya sendiri sebelum menjatuhkan hati pada wanita lain. Namun sebagai most eligible duda k...