"I'm fine. You dont have to worry like this," kata Arthur sambil menatap Kalila dalam. Kalila masih balas memandang Arthur dengan tatapan cemas. Arthur menghela nafasnya. "Ayo masuk. Aku buatkan teh dulu. Nanti kamu aku antar pulang,"
Dan saat itu Kalila mengikuti Arthur masuk ke apartemennya. Dia sempat meninggalkan kopernya di luar. Arthur menggeleng dan berjalan keluar lagi untuk menyeret koper besar itu masuk ke apartemennya. Kalila duduk di meja makan dan menatap Arthur yang langsung berkutat di dapur. Menyiapkan teh kamomil untuk Kalila.
"Ini," Arthur menyodorkan secangkir teh yang langsung diambil Kalila. Teh itu diminum tanpa melapaskan pandangan dari Arthur.
"Apa sih yang kamu cemaskan, Kalila?" Arthur bertanya dengan sabar.
"Aku hanya....punya perasaan gak enak. Kemarin aku tiba-tiba jatohin gelas Starbucks gitu aja. Kan aneh,"
Arthur tertawa mendengar itu. "Itu cuma kamunya aja gak fokus mungkin,"
Kalila mengangkat bahunya. Rona di wajahnya mulai muncul kembali. "Maka dari itu aku kemari. Mau memastikan."
"Kenapa bukan memastikan ke keluarga kamu lebih dulu?"
"Karena saat aku menjatuhkan gelas Starbucks itu aku sedang memikirkan kamu, Arthur,"
Kalila mengingat kembali percakapannya dengan Arthur tadi. Setelah berkata itu, Arthur tidak menanggapi apa-apa. Arthur bangkit berdiri kemudian berkata. "Take your time, okay? Aku ke kamar dulu. Kabari kalau kamu sudah untuk pulang,"
Sekarang Kalila sudah kembali berada di kamarnya. Arthur mengantarnya sampai ke rumah tadi. Namun sepanjang perjalanan Kalila tidak berkata apa-apa. Arthur berkali-kali menatapnya dengan heran. Sampai akhirnya Kalila berkata, "Aku cuma ngantuk,"
Langit-langit di kamarnya tak pernah semenarik ini. Kalila bohong soal mengantuk. Ia hanya lelah fisik dan punya banyak pertanyaan di kepalanya. Tapi Arthur tidak menunjukkan bahwa ia punya sesuatu yang ingin dia ceritakan. Kalila berpikir banyak sambil menatap langit-langit kamarnya.
"Oh Arthur," Kalila bergumam. Memeluk boneka panda yang dia beri nama Arthur. "Why are you so cold?"
Kalila mencubit Arthur sang panda. Ekspresinya polos dan tidak berubah, sama seperti Arthur Watson yang asli.
Ting!
Kalila menoleh. Mengambil ponsel yang ia simpan di samping tempat tidur.
'Never thought that a Kalila will be so quiet. Cheer up, Kal!'
Pesan dari Arthur. "Wuaaaah," Kalila berseru, berguling-guling sambil memeluk Arthur si panda.
***
"Good morning everybody!" suara berisik Kalila memecah keheningan pagi di kantor pengacara Bertrand dan Kusno. Semua orang yang tadinya sedang santai atau mulai bekerja dalam diam, jadi tertawa dan lebih ceria. Arthur yang baru keluar dari ruangannya untuk menghampiri Betrand, mendengar itu dan senyumnya refleks terkembang.
Gadis berisik ini sudah kembali.
"Morning, Kalila," beberapa orang membalas.
"Morning, morning! Happy Monday!" sapa Kalila kepada semua orang. "Ini ada oleh-oleh dari Semarang. Dimakan yaaa. Lumayan buat sarapan,"
Kalila menaruh beberapa keresek di meja kosong dan langsung diserbu oleh orang-orang. Dia sendiri langsung menyingkir saat orang-orang mulai mengambil oleh-olehnya. Kalila berjalan menghampiri orang paling tampan di kamtor ini yang hari ini mengenakan kemeja biru tua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gentleman's Choice - END (CETAK & GOOGLE PLAY)
Romance#97 in Romance, February 4, 2017! :)) Selepas bercerai dengan cinta pertamanya, Arthur memilih untuk tetap sendirian. Ia ingin lebih memahami diri dan perasaannya sendiri sebelum menjatuhkan hati pada wanita lain. Namun sebagai most eligible duda k...