DELAPAN BELAS

3.1K 357 40
                                    

Mereka kembali jalan bersama. Pertama kalinya setelah selesai masa break. Arthur belum berani memegang tangan Janice seperti kemarin-kemarin. Begitu pun Janice, masih belum berani bersikap seakan tidak ada apa-apa.

"Kamu mau makan apa?" Arthur bertanya, memecahkan kesunyian antara dirinya dan Janice. Mereka baru selesai menonton The Great Wall dan belum sempat makan siang.

"Aku...apa saja..." jawab Janice pelan.

"Indonesian, Western, Japanese?" Arthur menawarkan. Memandang langsung wajah Janice. Membuat mereka berhenti melangkah.

"Japanes seems nice," Janice mengangguk.

"Oke," Arthur menyetujui. Dia mengulurkan tangan kirinya kepada Janice yang diperhatikan Janice masih sambil terdiam.

Perlahan Janice meraih tangan tersebut. Menautkan jemarinya ke tangan Arthur. Merasakan kembali jalar kehangatan Arthur ke dalam dirinya. Membuat ia yakin kembali untuk mencoba.

*

Arthur membaca obrolan di grup WhatsApp teman-temannya. Membicarakan agenda mendadak malam ini. Kernyitan di wajah Arthur membuat Janice bertanya.

"Ada masalah?" tanya Janice saat mereka dudah selesai makan.

"Bukan. Temen-temen kuliah pada random ngajakin ngopi. Sambil nonton live music," jawab Arthur lalu memasukkan kembali ponselnya ke saku. Tangan kiri yang tadinya memegang tangan Janice, diganti jadi merangkul pinggang dokter itu.

"Oh gitu. Kamu gak kesana?" Janice berdebar saat tangan Arthur melingkari pinggangnya.

"Kan aku lagi sama kamu..."

"Aku gak keberatan kamu ajak kesana," kata Janice dengan mantap.

"Kamu yakin?"

Janice mengangguk. "Ayo. Aku juga belum pernah ketemu temen-temen kamu kan,"

Senyum Arthur terkembang. Dia mengangguk lalu mereka memutar arah menuju parkiran. Bersiap menaiki mobil menuju daerah Menteng.

Saat mereka berjalan berdampingan sampai membuat beberapa pasang mata memperhatikan. Pria tampan dan wanita cantik jalan bersama. Beberapa pria sampai melepaskan tangan dari pasangannya saat melihat Janice. Banyak wanita lehernya sampai seperti mau lepas karena melihat Arthur tak henti-henti. Yang jomblo di malam minggu ini hanya bisa gigit jari. Kenapa mereka tidak bisa punya pasangan setampan dan secantik itu? Sampai harus malam mingguan dengan teman-temannya.

Bruk!

Sesuatu menabrak kaki panjang Arthur dari arah kanan. Arthur dan Janice menunduk. Melihat seorang balita laki-laki berusia 1 tahun mundur karena sakit dan takut.

"Hey boy," Arthur berjongkok. Tersenyum dan mengelus pipi anak tersebut.

"Reno, sayang, mama bilang juga pelan-pelan," seru sebuah suara wanita.

Arthur dan Janice memandang ke arah sumber suara. Arthur tersenyum kepada ibu si anak tersebut. Sedangkan Janice, tubuhnya seakan membeku. Ibu tersebut, ekspresi kaget karena putranya menabrak orang asing, berubah jadi terkejut karena bertemu dengan teman lamanya.

"Janice?" sapanya.

Arthur memandang Janice dan ibu tersebut bergantian. Sambil berdiri, Arthur menggendong anak kecil ini.

"Kalian kenal?" Arthur bertanya.

Janice menelan ludah. Lidahnya mendadak kelu.

"Janice?" Ada yang memanggilnya lagi. Suara yang terlalu ia hafal. Janice memejamkan matanya. Ketika ia memvukanya, ia harus bisa tersenyum.

Gentleman's Choice - END (CETAK & GOOGLE PLAY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang