Dua

107 0 0
                                    

Setiap anak yang masuk ke kelas dua SMA pasti akan dipusingkan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti, mau kuliah dimana dan fakultas apa? Begitulah yang dirasakan Prisia. Dirinya tengah galau bukan karena masalah gebetan tapi masalah kuliahnya. Semakin lama, semakin banyak pula orang yang mendesaknya untuk mengambil keputusan mengenai tempat dan fakultas kuliah yang akan diambilnya.

Papanya terus mendesak agar dia memilih sastra Cina sementara mamanya menyuruh memilih fakultas psikologi. Beberapa teman di kelas juga sudah sering menanyakannya dan dirinya sendiri tidak bisa memberikan kepastian apapun.

" Eh, kok kamu bengong aja sih! Mikirin aku ya?"

" Apaan sih, Ron? Ganggu aja!"

Ronal duduk di samping Prisia. Ronal menyodorkan sebuah permen lollipop.

" Apaan nih?" tanya Prisia dengan tatapan sinis pada Ronal.

" Masa kamu gak tau? Inikan lollipop."

" Aku tau ini lollipop, tapi buat apa? Akukan bukan anak kecil lagi pake makan lollipop."

" Jadi kamu mau bilang aku anak kecil?"

" Iya, liat aja tuh! Masa di saku celana selalu ada lollipop seperti anak kecil aja."

" Kamu tau gak, lollipop itu enak banget tau! Lagian kamu jadi orang serius banget sih? Santai aja kali! Hidup itu manis kayak lollipop. Jadi nikmati saja."

" Itukan bagi kamu. Tapi aku gak bisa nyantai begitu. Ada banyak hal yang harus aku pikirkan."

" Mikirin apa sih? Sepertinya setiap ketemu kamu disini selalu aja serius mikir."

" Ih, sibuk banget sih kamu ngerecokin aku! Aku butuh sendirian. Kamu ngapain disini?"

" Aku cuma kepengen duduk-duduk disini aja. Emang gak boleh?"

" Nggak. Soalnya kamu ngacau suasana hati aku."

" Suasana hati?"

" Iya, lagi serius mikir eh kamunya malah muncul dan akhirnya semua pemikiran aku jadi buyar."

" Makanya jangan terlalu tegang. Santai aja seperti aku."

" Please deh gak usah ceramahin aku!"

" Oke, oke. Sebagai tetangga yang baik aku pengen tau apa masalah kamu. Mana tahu aja aku bisa membantu."

" Kamu gak akan ngerti. Ini masalah pribadi tau."

" Cerita ke aku juga gak akan bocor kok!"

" Aku lagi bingung sama masa depan aku. Aku bingung mau ambil kuliah apa."

" O gitu... Itukan masalah mudah. Tanya aja sama hati kamu. Kamu mampunya dimana dan hati kamu nyamannya dimana? Setelah itu masalahnya selesai."

" Tapi gak semudah itu, Ron. Aku gak tau kemampuan aku sementara papa dan mama mendesak aku kuliah ke tempat yang mereka inginkan dan dua-duanya malah beda pendapat. Jadi aku harus pilih yang mana?"

" Kalo menurut aku kamu harus kenali diri kamu dulu. Setelah itu kamu pasti bisa menyelesaikan masalah kamu itu."

" Iya, Ron. Justru itulah yang aku renungkan dari tadi. Tapi gara-gara kehadiran kamu mood aku jadi buruk."

" Iya deh! Maaf, dan sebagai gantinya lollipop ini buat kamu."

" Thanks tapi aku gak suka lollipop. Itu merusak gigi."

" It's ok."

***

Prisia sudah pasrah dengan hidupnya. Setiap kali ingin sendiri pasti Ronal datang dan mengacaukan moodnya. Ronal itu tinggal di komplek perumahan yang sama yang untungnya beda sekolah. Anaknya gaul dan kadang-kadang suka iseng. Hobinya di taman komplek rumah sambil makan lollipop. Hidupnya seperti tanpa beban. Sepertinya sangat menyenangkan bisa punya hidup seperti Ronal.

Ronal dan Prisia sudah saling kenal sejak mereka berumur lima tahun. Saat itu mereka sama-sama pindah ke rumah baru mereka yang ternyata bersebelahan. Sejak itu Ronal yang anaknya supel dan suka bergaul setiap harinya datang ke rumah Prisia untuk main keluar. Ronal paling suka main dengan Prisia dibanding dengan tetangga lainnya.

Menurut Ronal kecil, Prisia itu cewek imut berpipi tembem yang tomboy dan enak diajak main karena permainannya bukan boneka Barbie seperti anak perempuan pada umumnya. Prisia suka main ketapel sama sepertinya. Hingga sekarang Prisia masih tidak berubah, dia masih suka main ketapel diam-diam.

Bagi Ronal kebersamaannya dengan Prisia adalah hal terindah dalam hidupnya. Walaupun Prisia sering bicara kasar padanya tapi bagi Ronal, Prisia adalah gadis manis yang sudah berhasil mengisi hatinya. Apa ini yang dinamakan cinta? Ronal juga tidak tahu. Yang dia tahu, dirinya ingin selalu melihat dan berbicara dengan Prisia.

***

Bintang JatuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang