Enam Belas

48 0 0
                                    

Tia POV

Ini adalah malam minggu. Biasa malam minggu adalah waktunya orang pacaran. Biasanya malam minggu begini aku duduk santai di halaman belakang sambil baca novel. Tapi karena Troy datang dan secara kebetulan tepung yang biasanya mama gunakan untuk membuat kue itu habis, maka mama menyuruhku pergi membeli tepung itu dengan Troy karena tempat membeli tepung tersebut agak jauh dari rumah.

Sialnya aku tidak tahu kalau Troy datang kemari dengan motor besarnya yang biasa sering kulihat untuk balapan di TV. Aku tidak perduli jika Troy adalah anak balap, yang jadi masalah adalah motornya itu sangat tinggi dan aku tidak bisa berpegangan pada motornya karena tidak ada apapun yang bisa menjadi pegangan. Dengan terpaksa aku memegang bahu Troy erat agar aku tidak sampai terjatuh dari motor. Sejujurnya aku sangat takut naik motor seperti ini. Jika saja bukan karena mama aku tidak akan melakukannya.

" Pegangan yang bener dong, Tia! Entar kamu jatuh lho!" teriak Troy agar aku mendengar suaranya.

" Aku sudah pegangan kok!" balasku sambil berteriak pula.

Troy memelankan motornya dan akhirnya memberhentikan motornya di pinggir jalan. Dia meraih kedua tanganku yang ada di atas bahunya dan membawa tanganku untuk memeluknya.

" Pegangan yang benar itu seperti ini. Peluk aku..."

Lalu dia segera menjalankan motornya. Tubuhku menjadi kaku. Aku tidak pernah memeluk laki-laki seperti ini selain papa saat beliau masih hidup. Apa ini hanya akal-akalannya saja? Dasar laki-laki! Perlahan aku melepaskan tanganku. Dan apa kalian tahu yang terjadi selanjutnya? Dia malah sengaja ngebut mendadak, membuatku terkejut dan langsung spontan memeluknya.

" Makanya jangan lepasin pelukannya," kata Troy. Tuh kan, apa kubilang kalau dia memang sengaja mengerjaiku. Bersabar Tia, sabar!

Akhirnya aku sampai juga di swalayan yang khusus menjual bahan dan alat membuat kue. Kupikir Troy hanya akan menungguku di luar, rupanya dia malah ikut masuk denganku ke toko. Alhasil ada banyak mata yang melihat pada kami. Aku tahu kalau ini semua karena Troy yang berjalan beriringan denganku. Maklumlah, dia kan tampan tingkat dewa.

" Ini pertama kalinya aku malam minggu ke swalayan membeli bahan-bahan kue begini."

" Makanya jangan malam minggu denganku. Setiap malam minggu denganku pasti akan jadi mimpi burukmu."

" Tidak, tidak. Ini bukan mimpi buruk. Justru aku senang malam minggu denganmu membuatku berpetualang. Bersama denganmu membuatku tidak pernah bosan."

" Itu karena kau baru mengenalku. Coba saja satu bulan lagi kau pasti akan bosan denganku seperti kau bosan dengan mantan-mantanmu."

" Mari kita lihat! Sekarang aku tidak ingin membicarakan itu. Sekarang kita adalah teman. Sebagai teman yang baik aku ingin kau mengenalkanku pada bahan-bahan masak disini."

Laki-laki seperti dia ingin tahu tentang bahan-bahan seperti ini? Yang benar saja! Tapi baiklah, aku akan mengajarinya. Aku menyebutkan barang-barang yang kutemui sambil aku memasukkan barang-barang yang mama pesan padaku. Sementara itu Troy mendorong troli belanjaan untukku.

" Semua bahan sudah dibeli. Sekarang aku mau bayar."

Kami berjalan ke kasir.

" Eh, Tia kali ini datangnya sama siapa? Ini pacarnya ya?" goda Fika, kasir yang memang sering melayaniku kalau sedang ke swalayan ini. Sedikit banyak dia sudah tahu kalau biasanya aku datang sendiri kesini atau ditemani Rafky.

Bintang JatuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang