Dua Belas

43 0 0
                                    

Ebeth, Prisia dan Tia sudah berdiri di depan papan mading berdesakan dengan anak-anak dari angkatan lainnya. Di mading tertulis akan diadakan camping ke hutan dan setiap anak wajib membayar iurannya.

" Kalian ikut gak?" tanya Ebeth.

" Aku sih ikut-ikut aja," kata Prisia.

" Kalau aku... mungkin aku gak ikut. Iurannya mahal, aku harus bicara dengan mama dulu."

" Yah, Tia! Kamu ikut dong! Tahun lalu kamu sudah pura-pura sakit dan gak ikut. Acaranya seru lho, Tia!" bujuk Ebeth.

" Gak tau ya, aku gak janji."

Biasanya semua anak akan gembira dengan kabar camping ini. Tapi bagi Tia, ini bukan kabar gembira. Tia selalu beralasan sakit sehingga tidak pernah ikut camping. Sebenarnya Tia ingin sekali ikut camping seperti ini, namun iuran sebesar lima ratus ribu itu akan membebani mamanya. Tia tahu ada banyak hal yang harus dipenuhi mamanya terlebih Rafky yang sebentar lagi akan masuk ke SMP dan membutuhkan biaya yang banyak. Bagaimana bisa Tia ikut camping dan bersenang-senang sementara mamanya harus bersusah payah mencari uang bagi mereka?

Bruk! Tia tidak sengaja menabrak Hansel yang sedang membawa buku-buku dari perpustakaan.

" Maaf, aku tidak sengaja." Tia membantu Hansel merapikan buku-buku yang jatuh.

" Tidak apa-apa. Lain kali hati-hati jalannya. Kalau lagi banyak pikiran sebaiknya kamu istirahat dulu."

" Kok kamu bisa tahu aku banyak pikiran?"

" Taulah, wajah kamu memberitahuku segalanya. Lagi mikirin apa sih?"

" Nggak ada kok! Ini masalah pribadi. Aku mau ke kelas dulu."

" Aku juga. Ayo sama-sama ke kelas!"

Tia berjalan beriringan dengan Hansel. Baru kali ini Tia nampak akrab dengan laki-laki selain Troy. Ternyata Hansel yang nampak pendiam itu sebenarnya banyak bicara juga. Tapi walau bagaimanapun Hansel tetap 'cool' dimata perempuan.

" Ngomong-ngomong kapan kita kerjain tugas kelompok kita?"

" Emangnya ada tugas apa?"

" Kamu lupa? Kitakan ada tugas buat makalah Pkn. Satu kelompok berdua, dan kata Bu Mary kelompoknya berdasarkan tempat duduk. Itu berarti kita satu kelompok."

" Oke... Kamu mau bikin tugasnya kapan?" Tia berpasrah saja kali ini. Pikiran yang kacau membuatnya malas berpikir.

" Gimana kalau besok pulang sekolah di rumah kamu?"

" Hah? Di rumahku?"

" Iya, kamu tinggal kasi aku alamatnya. Aku bisa ke rumah kamu kok! Kalau kamu ke rumahku kan tidak mungkin."

" Kenapa harus kerjain di rumah? Memangnya tidak bisa di sekolah?"

" Gak bisa, waktunya gak akan cukup."

" Tapi rumahku kecil dan..."

" Gak masalah. Aku bisa terima apapun keadaannya. Jadi besok deal ya?"

" Iya..."

Ebeth dan Prisia yang baru masuk ke dalam kelas seketika jadi bingung. Entah sejak kapan sahabat mereka jadi akrab dengan laki-laki. Setidaknya ini adalah perubahan bagus bagi Tia.

***

" Ma, Tia mau ngomong nih! Mama ada waktu?"

" Mau ngomong apa, sayang?"

" Gini ma, sekolah ngadain camping. Setiap anak wajib bayar iurannya lima ratus ribu."

" Ya udah, nanti mama usahain ya... Besok kamu ambil untung dari penjualan kue di toko itu saja. Nanti kamu kumpulin aja sampai uangnya cukup."

" Tapi kita..."

" Sudah, kamu gak perlu mikirin apa-apa lagi. Mama mau kamu bahagia dan tidak tertekan dengan kondisi kita. Mama yakin Tuhan akan memelihara hidup kita sehingga setiap kebutuhan kita pasti bisa dipenuhi."

" Makasih, ma. Tia sayang banget sama mama!"

" Mama juga sayang sekali sama Tia."

Tia dan mama berpelukan. Rasanya hangat sekali berada di pelukan mama. Ada rasa aman dan tenang berada di sisi mama. Tia tahu, mamanya mungkin tidak punya banyak uang, mamanya tidak punya harta melimpah, tapi Tia tahu hanya mama satu-satunya yang mampu membuatnya bahagia.

" O iya, mama dari kemarin ingin menanyakan ini tapi lupa terus."

" Nanya apa, ma?"

" Troy itu teman kamu atau pacar kamu?"

" Troy itu cuma teman, ma. Kok mama nanya begitu?"

" Soalnya mama liat Troy itu anak yang baik, mungkin saja dia ada maksud mau kamu jadi pacar nya."

" Seandainyapun begitu Tia gak mau terima dia."

" Kenapa?" bingung mama Tia.

" Soalnya dia itu playboy. Tia gak mau disakitin sama cowok playboy seperti dia. Tia mau fokus belajar dulu."

" Walaupun dia laki-laki playboy manatahu dia berubah karena kamu. Dulu papamu itu playboy lho! Saking playboynya, waktu pacaran dengan mamapun dia punya pacar lain. Tapi kesabaran dan cinta mama yang tulus sama papa kamu akhirnya mampu membuat papa kamu berubah. Papa kamu yang dulunya takut untuk komitmen dalam pernikahan akhirnya melamar mama. Awalnya mama takut kalau papa kamu hanya mempermainkan perasaan mama. Sehingga mama menguji kesetiaan papamu."

" Menguji gimana?"

" Mama minta beberapa teman mama yang cantik-cantik untuk ketemuan sama papamu dengan kondisi mama tidak ikut pertemuan itu."

" Terus gimana, ma?"

" Papamu hanya ngobrol biasa. Dan malahan papamu banyak cerita tentang mama ke mereka dan bertanya perihal kehidupan mama. Sejak itu mama percaya kalau papamu sudah berubah."

" So sweet, ma... Semoga Tia juga dapat laki-laki seperti papa yang setia dan sayang sama Tia dengan tulus."

" Amin, Tia. Mama selalu mendoakan kamu."

***

Bintang JatuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang