Sebelas

63 0 0
                                    

Tia POV

" Ma, Tia sama Rafky berangkat dulu ya!" pamitku.

" Tunggu, Tia!" teriak mama dari dapur.

Tumben mama suruh kami nunggu.

" Kenapa ma? Ada yang harus Tia bantu?"

" Hari ini mama akan titip kue mama di toko roti di ujung jalan. Kemarin mama sudah dapat ijin sama pemiliknya. Itukan satu arah ke sekolah, bisa tolong bawa kuenya kesana?"

" Di toko roti yang besar itu?" tanya Rafky tak percaya.

" Iya, nak. Kebetulan yang mengelola tokonya nyicipin kue mama kemarin yang dekat warung Pak Mamang. Katanya enak, jadi disuruh titip juga disana."

" Oke, ma. Sini biar Tia bawain kuenya."

Mama memberikanku sekeranjang kue kering dan sekeranjang kue basah pada Rafky.

" Nanti pulang sekolah jangan lupa ambil keranjangnya ya!" pesan mama.

" Siap, ma!"

Aku dan Rafky kemudian berjalan bersama ke sekolah. Aku beruntung karena kawasan rumahku cukup dekat dengan pusat penjualan makanan dan juga dekat dengan sekolahan. Hal ini semakin mempermudah kami untuk sekolah dan juga untuk menjual kue buatan mama. Aku bahagia karena setidaknya hari ini orderan mama akan bertambah karena menitipkan kue di satu tempat baru lagi yaitu di Rasa Cinta Bakery, sebuah toko roti besar di ujung jalan.

Aku berjalan dengan gembira sambil menggandeng tangan Rafky. Sesekali kami bersenandung. Dengan begitu perjalanan panjang akan terasa lebih pendek dan menyenangkan.

" Nah, akhirnya kita sampai juga! Yuk, masuk!" ajakku pada Rafky.

" Yuk!" kata Rafky dengan semangatnya.

Ketika kami masuk, harum kue dan roti langsung masuk ke rongga pernapasan kami. Semua kue dan roti nampak sangat lezat disini. Toko roti ini memang didesain dengan mewah. Ada penerangan lampu-lampu cantik nan indah serta foto-foto para artis terkenal yang pernah datang kemari.

" Selamat pagi! Ada yang bisa dibantu?" tanya seorang wanita muda yang kira-kira berumur dua puluhan.

" Pagi, mbak. Saya mau menitipkan kue-kue ini."

" Oh, ini kue buatan Bu Lastri ya?"

" Iya."

" Mari, saya beritahukan tempat untuk meletakkan kue-kuenya."

Wanita itu membawaku ke salah satu deretan tempat meletakkan kue-kue. Tempat itu masih kosong, sepertinya memang sudah dikhususkan untuk kue buatan mama.

" Silahkan kue-kuenya bisa diletakkan disini."

Aku dan Rafky membuka keranjang kue kami dan menyusun kue-kue tersebut di tempat yang telah ditentukan. Sementara itu wanita tadi sudah pergi.

" Semoga kue mama bisa laris ya, kak."

" Iya, kita harus sama-sama berdoa ya!"

Kami melanjutkan menyusun kue. Sebenarnya hati kecilku sedikit ciut. Pasalnya ada banyak kue disini yang juga terlihat lezat. Tapi bagaimanapun juga aku tidak boleh menyerah dan tetap berdoa menyerahkan semuanya pada Tuhan. Mungkin aku harus belajar dari Rafky. Semangatnya dan senyum yang selalu terpancar di wajahnya seakan mengatakan padaku kalau semuanya akan baik-baik saja.

Bintang JatuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang