Tiga Belas

52 0 0
                                    

" Lama banget sih tuh anak!" gerutu Prisia.

Hari ini Pak Marto, supir keluarga Prisia tidak masuk kerja karena sakit. Mama minta tolong Ronal yang mengantar dan menjemput Prisia. Tapi sampai saat ini Ronal masih juga belum datang menjemputnya sementara sekolah sudah sepi karena waktu sudah menunjukkan setengah empat sore.

" Belum dijemput, Pris?"

" Belum, Hansel. Kamu sendiri belum pulang?"

" Belum, kebetulan ada keperluan dengan kepala sekolah. Mau aku antar pulang?" tawar Hansel.

" Nggak perlu. Sebentar lagi yang jemput pasti bakal datang. Mungkin lagi macet."

" Baiklah, aku akan menunggu disini sampai kamu dijemput."

" Jangan! Kalau kamu mau pulang, pulang aja. Aku bisa nunggu sendiri kok!"

" Nggak apa-apa."

Akhirnya duduklah Hansel disamping Prisia sambil menunggu Ronal. Beberapa kali Prisia melihat jam tangannya terus. Waktu terus berjalan sementara Ronal belum juga datang. Ketika waktu menunjukkan tiga lewat empat puluh lima menit, Ronal muncul dengan motornya.

" Nah, aku sudah dijemput! Makasih Hansel!"

" Oke! Hati-hati ya!"

Prisia segera menghampiri Ronal. Dan tentunya bukan Prisia kalau dia tidak mengomeli keterlambatan Ronal.

" Kamu ini dari mana aja sih! Aku sudah nunggu sampai lumutan disini."

" Sory, sory! Tadi aku ada tugas dadakan sama teman kelompok, jadi harus ngerjain dulu. Ini aja aku sudah ijin duluan dan ngebut kesini. Jangan marah dong!" kata Ronal dengan wajah memelasnya.

" Buruan anter aku pulang. Udah gerah banget disini!"

" Siap, tuan putri!"

Setelah Prisia mengenakan helm dan duduk di atas motor, Ronal langsung menjalankan motornya membuat Prisia terkejut dan memeluk Ronal karena reflek. Sebenarnya Ronal memang sengaja melakukan itu. dia ingin agar Prisia tidak canggung padanya.

" Kamu ngapain sih? Sengaja ya supaya aku meluk kamu?" amuk Prisia.

" Nggak. Itukan maunya kamu meluk-meluk aku."

" Inikan gara-gara kamu jalanin motornya ngegas langsung!"

" Ngapain sih begitu aja dipermasalahin? Kamu yang meluk duluan juga."

" Awas kamu ya! Nanti Aku laporin kamu ke mama," ancam Prisia.

" Silahkan, aku gak takut!"

Prisia menjadi geram. Rasanya ingin sekali menjitak kepala Ronal.

" Tadi itu siapa?" tanya Ronal saat di lampu merah.

" Siapa?"

" Cowok yang tadi bareng kamu,"

" O... itu Hansel. Teman sekelas aku."

" Bukan pacarkan?"

" Bukanlah! Kamu mau tau aja sih! Mau dia pacar aku atau bukan kan, bukan urusan kamu."

" Urusan aku dong! Kan aku harus kasi tau mama kamu."

" Apa hubungannya?"

Bintang JatuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang