Lima

56 0 0
                                    

Tia POV

Baru saja aku keluar dari ruang TU dan hujan langsung turun. Sialnya aku lupa membawa payung. Sekarang aku harus menunggu di sekolah sampai hujannya reda. Kacau banget hari ini! Malah aku harus jemput Rafky di sekolah.

Tiba-tiba sebuah mobil berhenti tepat di halaman sekolah tepat dihadapanku. Ini mobil sport mahal yang pastinya punya orang kaya. Sedang apa dia memarkir mobilnya disini? Si pemilik mobil kemudian menurunkan kaca mobilnya. Ah, aku tahu sekarang, ini mobilnya Troy ketua OSIS itu.

" Ayo naik! Aku antar kamu pulang."

Ini penawaran yang sangat bagus di tengah hujan deras yang tidak tahu kapan berhentinya dan di tengah situasi terjepit karena Rafky masih di sekolah menungguku. Tapi masalahnya tidak semudah itu. Troy adalah laki-laki paling berbahaya satu sekolah. Bahkan tadi Priska dan Ebeth baru saja membicarakannya. Kalau sampai aku kepergok bersama Troy, bagaimana aku bisa hidup tenang di sekolah ini?

" Ayo masuk! Apa kau ingin menunggu disini sampai hujannya reda? Ini sudah setengah empat."

Aku terus berpikir dan menimbang-nimbang.

" Tapi aku tidak bisa. Aku masih harus menjemput adikku di sekolahnya. Aku tidak ingin merepotkanmu. Kau pulang saja."

" Tidak apa. Aku akan menjemput adikmu juga. Ayo cepat naik! Adikmu pasti sudah menunggumu dari tadi."

Akhirnya setelah melihat situasi, memastikan tidak ada orang lain yang disekitar sini, akupun masuk ke dalam mobil mewah milik Troy. Ini pertama kalinya aku pulang dengan mobil semewah ini dan ini pertama kalinya aku pulang dengan laki-laki.

" Adikmu sekolah dimana?" tanya Troy memecah keheningan.

" Di SD Negeri 3. Itu ada di dekat rumahku."

" O... Itu juga dekat rumahku. Kalau begitu kita searah. Lain kali tidak perlu sungkan-sungkan denganku."

Bagaimana bisa dia bilang tidak perlu sungkan-sungkan dengannya? Apa dia sedang bercanda? Bagaimanapun itu dia lelaki yang berbahaya dan aku tidak boleh dekat-dekat dengannya.

" Maaf, tapi aku tidak suka merepotkan orang lain."

" Tidak, ini tidak merepotkan. Mulai hari ini kita teman."

Semudah itu dia bilang kami 'teman'? Dia benar-benar playboy seperti yang dikatakan Priska.

" Maaf, tapi kurasa kita tidak bisa jadi teman."

" Kenapa? Apa kau dilarang berteman?"

" Bukan begitu. Aku hanya tidak ingin semua anak di sekolah membuat rumor buruk tentang kita."

" Tidak, tidak akan terjadi seburuk itu. Berteman itu hak semua orang bukan? Jadi aku juga berhak memilih temanku sendiri."

Aku diam saja. Benar-benar tidak bisa membantah kata-kata Troy. Untung saja kami sudah dekat sekolah Rafky. Troy langsung membuka kaca jendelanya dan memanggil Rafky yang sedang duduk menungguku. Awalnya Rafky bingung dan tidak percaya. Ketika dia mengintip ke dalam mobil dan melihat kalau aku ada di dalam, Rafky dengan keraguannya masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi belakang.

" Hai boy! Siapa namamu?" tanya Troy.

" Aku Rafky. Kakak ini siapa?"

" Aku Troy, temannya Tia. Tadi aku kasihan melihat kakakmu berdiri sendirian menunggu hujan reda. Jadi aku bermaksud mengantarnya pulang. Dan dia bilang kau juga masih di sekolah, sehingga akupun menjemputmu."

" Pasti sangat merepotkan kakak."

" Tidak, rumah kita ternyata searah. Jadi ini sama sekali tidak merepotkan. Rumahmu kemana lagi nih arahnya?"

" Kakak tinggal belok kiri saja. Rumah kami nomor dua."

Troy membelokkan mobilnya. Sementara itu hujannya mulai sedikit reda.

" Nah, sudah sampai! Apa rumah ini rumah kalian?"

" Ya, ini rumah kami. Terima kasih sudah mengantarkanku dan adikku."

" Oke..."

Aku dan Rafky turun dari mobil dan segera membuka pintu rumah. Sepertinya mama sedang di dapur. Troy kemudian melajukan mobilnya keluar dari gang rumahku. Aku yakin Troy tidak akan mau lagi berteman ataupun bertegur sapa denganku setelah melihat kondisi rumahku yang kecil dan buruk ini.

" Kak, ayo masuk! Kenapa bengong?" Rafky menarik tanganku masuk ke dalam rumah.

Akupun mengikuti Rafky masuk ke dalam rumah.

" Lho, kalian sudah pulang? Hujan deras lho!" mama bingung melihat kami sudah pulang apalagi tidak kehujanan sama sekali.

" Tadi temannya kak Tia nganterin kami pulang naik mobil. Sepertinya orang kaya, soalnya mobilnya mobil yang suka muncul di TV," jelas Rafky.

" Bener Tia?"

" Iya ma... Tadi Troy, ketua OSIS yang nganterin kami pulang. Dia memang anak orang kaya."

" Kok bisa?"

" Entahlah, ma. Dia tadi memaksa mengantarkan Tia pulang. Karena sudah setengah empat dan Rafky masih di sekolah dengan terpaksa Tia menerima bantuannya."

" Ya ampun pasti kamu sudah merepotkannya."

" Dia bilang tidak apa-apa karena rumahnya searah," Rafky angkat bicara.

" Pasti dia orang yang baik ya... Tapi mama harap kamu tetap berhati-hati. Dia kan orang kaya, tidak cocok dengan kita. Mama khawatir kamu malah dimanfaatkan sama dia."

" Mama tenang aja. Tia memang gak bermaksud dekat-dekat dengan dia kok."

***

Bintang JatuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang