Quthbei

499 36 5
                                    

Al sedang di perpustakaan saat ini, tugas klipingnya belum selesai. Akhir akhir ini ia sangat sibuk, begitu juga dengan Q. Mereka bahkan hanya berkomunikasi lewat hp saja selama seminggu ini. Kangen tentu saja, tapi mau bagaimana lagi. Q bahkan selalu pulang tengah malam. Entah apa kesibukan Q sampai Al pun tak diberi tahu.

Akhirnya selesai juga setelah 2 jam berkutat dengan sejarah seni. Dan sekarang saatnya ia pulang, ia ingin masak sup dan ayam goreng sama sambel tomat. Sudah lama ia tak masak sendiri, selama beberapa hari ini ia hanya makan di warung atau  kantin kampus.

Al sedang berjalan kearah gerbang utama saat ia mendengar obrolan tak enak. Memang bukan tentang dirinya, namun tentang Q. Dan sepertinya para penggosip itu tidak menyadari keberadaan Al disitu.

"Tau nggak pak Quthbei mau jadi pacar si Al itu karena Al itu anak orang kaya. Pintar banget ya". Kata gadis berbaju merah.
"Al nya juga bodoh, mau aja kepincut sama tampang yang ganteng ma badan bagus doank. Nggak sayang apa aset asetnya cuma dimanfaatin". Sahut cewek yang berambut pendek.
"Kalau aku sih nggak mau. Ngasih makan orang yang kerjaannya belum jelas. Kalau aku mending sama Mischa, putih ganteng, kaya lagi. Percuma ganteng kalau nggak ada duitnya". Tambah cewek yang paling semok.

Al yang mendengar sebenarnya tersulut emosinya. Namun ia disini nggak mau menambah masalah atau mencari masalah. Jadi ia buru buru pergi sebelum ia meledak. Berurusan dengan para ayam kampus itu tak ada untungnya. Malah banyak ruginya dan banyak malunya.

...........

Al membawa sup sama ayam goreng ke dalam kamarnya. Hari ini hari Jumat jadi mahasiswa banyak yang pulang kampung. Jadi kos agak sepi dan tenang, Al ingin sebenarnya keluar dari kos ini. Tapi Ayahnya terlanjur membayar selama 2 tahun.

Jadi ia harus bertahan beberapa bulan lagi, dan semoga semuanya cepat selesai. Dia kangen Malang, kangen merintah si Jeje. Apalagi masakan momanya, bulan depan pulang bikin kejutan buat orang rumah.

Al mulai makan dengan lahap, tiba tiba ia ingat tentang Q. Apakah sudah makan siang, ini sudah sore. Dari pagi Q juga belum  membalas pesannya. Cepat cepat Al menyelesaikan kegiatan makannya.

Belum sempat ia membereskan alat makannya, hpnya sudah berdering dahulu. Tapi bukan dari Q, sedikit kecewa saat ia tahu yang menghubunginya Aro. Teman baik Q selama ini.

"Sore kak, tumben telefon". Sapa Al sambil menuju kamar mandi. "Al kamu dimana? Bisa ke rumah sakit sekarang. Quthbei kecelakaan". Perkataan Aro membuat jantung Al sedikit nyeri. "Hallo Al kamu masih disitu?". Tanya Aro panik, tersadar Al langsung menyahut. "Ya kak. Rumah sakit mana? Kirimi alamatnya kak, aku siap siap dulu". "Nanti aku sms Al, tapi ini Quthbei harus dioperasi". Kata Aro membuat Al paham. "Lakukan kak, tolong tanda tangani berkas berkasnya. Nanti administrasi aku yang atur". Al langsung menyamar tas dan kunci kontak.

Ia buru buru turun ke garasi dan bergegas ke rumah sakit yang di beritahu Aro. Di perjalanan Al merasa sesak, ini seperti saat eyang Fina kritis. Jangan sampai terjadi apa apa dengan Q nya. Kehilangan itu menyesakkan, dan Al belum ingin kehilangannya.

Al membelah kota dengan gaya ugal ugalan. Masa bodoh saat ia mendengar umpatan dan suara klakson. Dia ingin segera sampai, dan saat sampai Al langsung berlari. Ia harus ke bagian administrasi.

Selesai berurusan dengan administrasi ia langsung menuju kearah ruang operasi. Disana sudah ada Aro yang duduk dengan cemas. "Gimana keadaan Q kak? Kok bisa sampai kecelakaan gimana?". Tanya Al sambil duduk disebelah Aro.

"Ceritanya Quthbei sedang jalan bersamaku, namun tiba tiba sebuah motor tampak oleng. Dan menabraknya sebelum menabrak pohon. Tapi pengendara tadi nggak luka parah. Hanya Quthbei yang cedera pada kakinya. Awalnya Quthbei melarangku memberitahumu. Namun biaya administrasi tidak bisa aku lunasi. Jadi aku memberitahumu". Jelas Aro sambil menatap lantai.

Can I Have It?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang