To you

430 33 0
                                    

Al membasuh wajah Q dengan lembut, sedangkan Q memejamkan matanya. Sebenarnya Al tak perlu melakukannya, namun Al senang saat Q diam seperti ini. Wajah Q terlihat lebih tampan jika manja seperti ini. Al tahu ia sudah jatuh hati pada seorang sederhana seperti Q. Dan Kemarin ia terlalu lelah, hari tersibuk adalah hari sabtu menurut Al.

Karena itu hari dimana ia harus mengantikan Q untuk pekerjaannya. Jam menunjukan waktu makan siang dan minum obat. Ia harus menyuapi Q karena ia berjanji kemarin. Al membangunkan Q. Ia menyiapkan sayur opor ayam pesanan Q.

Bukan hal mudah untuk Al membagi waktunya. Kerjaan yang dilakukan oleh Q ternyata amat sulit bahkan ia harus masih menjaga Q. Pekerjaan yang harus dijalani Al bukan seni tapi menyangkut tentang bisnis makanan.

Dan itu tidaklah mudah, mengingat ia tak begitu jago memasak. Untung teman teman Q yang ikut join mau bantu.
Siang ini Q agak manja, makanpun tumben minta disuapi. Q tampak lahap memakan lauk yang dimasak oleh Al.

"Denger denger kemarin ada yang dijenguk cewek bule". Pancing Al sambil memberesi peralatan makan. Q yang mendengarnya tersenyum lembut. "Iya kemarin Mika datang jenguknsama ngasih bingkisan, masih sensi amat sama Mika?". Jelas Q sambil melambaikan tangan pada Al untuk mendekat. Al hanya cuek saja, ia percaya pada Q sebenarnya.

Tapi ia kenal siapa Mika dengan segala kelakuannya. Dan Al yakin Mika kemarin cari muka sama Q. Karena Q adalah orang yang sudah lama Mika taksir. Al memang cemburu dan ia tak mau mengakuinya. Dari manapun Al tahu ia kalah saing jika dibandingkan dengan Mika. Al hanya ingin menjaga hal yang ia miliki. Q sendiri hanya tahu jika ia tak mau kalah saing dengan Mika masalah nilai.

"Tidurlah Q aku akan menjagamu, jangan ditahan". Kata Al sambil menggenggam tangan Q yang kosong. "Terimakasih Al sudah merawatku dan menemaniku. Aku mencintaimu my All, percayalah aku hanya milikmu". Q masih sempat mencium punggung tanggan Al sebelum terlelap karena obat tidur.

Setelah agak lama Al melepaskan genggaman Q dan merapikan tempat tidur Q. Al memikirkan apa yang Aro katakan tadi siang tentang seberapa seriusnya Q menggarap bisnis ini. Al tahu keahlian Q memasak memang tak diragukan lagi.

Namun menurut Al cafe yang didirikan Q belum begitu sempurna. Banyak yang harus dibenahi dan ditata ulang.
Haruskah ia meminta tolong pada om Davi, tapi Al mempertimbangkan kemungkinan jika Q tak mau. Karena sebagian besar dana yang keluar milik Q.

Dan Al tahu seberapa gengsi Q dalam hal uang. Tentu Al tak mau mengusik hal itu. Ia tak mau berdebat dengan Q untuk masalah yang menurut Al masih  bisa didiskusikan. Al menerima pesan lagi dari nomer yang sama dan kata kata yang
sama "maaf". Walaupun Al tak menyimpannya tapi Al tahu siapa pemilik nomer tersebut. Orang dari masalalu, orang yang membuat Al menemukan Q.

Al jadi ingat Jeje yang mewanti wantinya agar tidak kembali pada Tito. Ataupun memberikan kesempatan bagi pemuda itu. Karena menurutnya Titto  adalah kesalahan yang dilakukan Al. Anak kecil itu kadang pemikirannya terlewat dewasa menurut Al. Dan kadang terlewat mencampuri urusan orang lain.

......

"Kak  ambilin itu cat yang ada di atas meja, yang warnanya hijau". Teriak Al pada Aro yang sedang menata meja dan kursi. Aro yang pertama agak kaget melihat tingkah Al yang menurutnya agak kurang anggun. Sebagai cewek mana ada ngecat sendiri seluruh sisi dinding depan.  Dulu sempet ada yang mau bantuin tapi  Al tolak mentah mentah semua ide tersebut.

"Selesaiiiiii akhirnya tepat waktu juga". Al turun dari tangga dan menuju ke dalam ruangan. Ia puas melihat karyanya terpampang disana. Sebuah panggung  kecil lengkap dengan gamelan dan juga alat musik yang lain.

"Al yakin itu dinding cuma polos warna ijo doang? Nggak terlalu sederhana? Mending warna coklat kan Al". Cerocos Aro sambil memberikan minum. "Depan urusan aku kak, tenang aja semua beres. Besuk juga udah kelar, terima jadi dech pokoknya." Al mengamati seluruh interior cafe tersebut.

Can I Have It?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang