Kenangan

298 26 1
                                    


Al menatap langit malam ini dengan malas, disini memang banyak Bintang. Namun entah mengapa bintang bintang itu seperti mengejeknya. Al menghembuskan  nafas panjang sambil menggelengkan kepalanya. Ia mencoba menghapus kenangan yang menari di kepalanya.

Kenangan bersama orang yang pertama mengenalkan apa itu cinta dan apa itu sakit. Al sedang di gazebo belakang rumahnya tempat di mana ia dan Tito dulu bertukar pikiran.

Tempat dimana Al merasakan getaran dalam hatinya saat melihat senyum Tito. Dan tempat dimana Al memutuskan untuk melupakan semua rasa tentang Tito.

Dan ternyata di sisi lain Q mengamati semua yang di lakukan oleh Al. Q tahu Al tak sepenuhnya bisa melupakan cinta pertamanya. Q juga pernah mengalami hal tersebut. Dan Q tak bisa menyalahkan Al atas perasaan yang ia miliki.

Perlahan Q mendekati Al, menimbang segala keputusan yang sudah ia renungkan. Saat melihat Q mulai mendekat Al langsung merentangkan kedua tangannya. Q tahu Al mulai bermanja-manja jika sedang gelisah seperti ini.

"Benarkah kata Alvin kau akan mengiyakan keinginan Om Binta?". Q memeluk kekasihnya dengan sayang. Sementara Al hanya mengangguk pelan. Sebenarnya hatinya bimbang, banyak yang ingin ia capai. Namun jika situasinya seperti ini apa mungkin?.

"Aku akan menolaknya Al, jika memang kau tak sanggup untuk menolak keinginan Ayahmu". Al terperangah tak percaya Jika Q akan menolak usulan Ayahnya.

" Aku tahu Al, kau masih bimbang dengan semua ini. Aku tahu, tak sepenuhnya hatimu  milikku. Jadi aku akan menolaknya, atau mengundurnya jika perlu". Kata Q tenang, namun berbalik dengan Al yang mulai was was.

"Kau akan meninggalkanku Q, kau tak mau mencintaiku lagi?". Cerca Al murka, ia merasa tak di inginkan oleh Q.

"Hei Al berpikirlah positif, aku tahu kau ingin menjadi penari internasional. Aku juga tahu tak banyak tempat untuk aku dan kenangan kita di hatimu". Q menghela nafas panjang.

"Aku tak ingin menikah dengan orang yang hatinya masih di penuhi oleh kenangan masa lalu. Aku tak ingin ada perpisahan di pernikahan kita Al. Tak ingin kau menyesal karena memilihku Al". Q menatap mata Al Dalam.

Al tercengang bibirnya bergetar pelan, walaupun ia merasa sakit hati karena kata kata Q. Tapi ia membenarkannya, ada keraguan dihatinya. Tentang keputusan yang ia ambil.

Q mengecap bibir Al lembut lalu membelai rambut Al dengan sayang. "Kau tahu Al, aku mencintaimu dengan tulus dan sederhana. Namun aku jamin hanya kamu seorang yang ada di hatiku. Namun aku tahu, hatimu masih bertaut dengan kenangan yang indah. Dan aku tak yakin kenangan yang kita miliki bisa mengalahkan kenangan bersamanya. Kau bersamanya hampir separuh hidupmu. Sedangkan bersamaku tak ada separuh dari kenanganmu bersamanya".

Al menangis kencang, hatinya sakit saat menyadari apa yang difikirkan Q selama ini. Namun semua itu kebenaran dan ia tak bisa mengelak dari semua itu.  Terlalu sulit menghapus apa yang ada di masa lalunya.

......

Hari ini Binta sudah diperbolehkan pulang, genap seminggu ia dirawat di RS. Hal itu membuat Keluarganya bernafas lega. Terutama Vio dan Al, mereka merasa sedikit beban fikiran berkurang.

Dan baru satu hari di rumah, Binta sudah kedatangan banyak tamu. Baik dari keluarga maupun teman kerja. Dan hari ini juga Q pamit pulang ke Jogja karena bisnis yang baru dirintisnya butuh perhatian ekstra.

Q bahkan menolak Al untuk mengantarkannya ke bandara. Q hanya mau Al dalam keadaan netral. Ia tak ingin keberadaan menghambat apa masa depan kekasihnya.

_________

"Jeje balikin nggak bonekanya". Teriak Al dari kamar menuju ruang keluarga, yang membuat seluruh rumah menggelengkan kepala. Umur Al udah 24 tahun. Dan ia masih suka koleksi boneka Teddy bear dari yang tanggung sampai yang Segede gajah.

"Bang Q bilang ini boneka buat Jeje kak, bukan buat kakak. Ucapan terima kasih katanya". Sahut Jeje sambil memeluk erat Teddy bear warna coklat itu. Al langsung cemberut parah. Ia cemburu lah masak  Jeje dapat boneka sementara dia sama sekali tidak.

Bahkan selama pacaran Q tak pernah memberikannya boneka. Jadi ia iri kenapa dengan mudah Jeje mendapatkan perhatian Q.

"Al sini nak Moma mau ngobrol". Vio mengajak Al ke gazebo belakang. Ia ingin bicara dari hati ke hati dengan putrinya itu.

"Al beneran mau nikah ma Q?". Vio langsung mengutarakan apa yang ada di fikirannya. Dengan yakin Al mengangguk ia agak bingung kenapa Momanya bertanya seperti itu.

"Kemarin waktu kamu nemuin Tito, Q mengajak Ayah dan Moma berunding. Ia menjabarkan apa saja yang ia punya. Rencana masa depannya dan perasaannya pada kamu. Kamu ingin nikah karena Ayah kan Al?". Tanya Vio sambil mengusap lembut kepala Al.

Al tak langsung menjawab ia termenung sejenak. "Al pernikahan bukan hanya untukmu dan suami mu. Tapi untuk anak anak kalian nantinya. Keluarga kalian nantinya. Moma percaya Q sudah dewasa bahkan ia menolak menikahi kamu saat ini." Perkataan itu membuat hati Al sakit, Q menolaknya.

"Kamu jangan salah sangka dulu Al, bukannya Q nggak mau nikah ma kamu. Tapi ia ingin kamu siap Al, Moma tau rasanya kehilangan seseorang yang berharga dalam hidup. Dan Q nggak mau nanti di tengah jalan ia kehilangan kamu". Penjelasan itu membuat Al tertegun.

Apakah selama ini ia egois, memaksa kehendak dan keinginannya. Al yakin ia tak akan meninggalkan Q apapun yang terjadi nanti.

"Dan semalam orang tua Tito meminta kamu menjadi menantunya". Kalimat itu bagaikan petir di telinga Al. "Moma menolaknya?". Tanya Al tergesa-gesa dan saat Vio menggeleng, spontan Al mendesah lega.

"Moma hanya bilang terserah kamu Al, semua ini kamu yang menentukan. Di cintai atau mencintai". Perkataan Moma membuat Al kembali termenung.

__________

Q kembali memutar kejadian yang baru dialaminya tadi. Seorang lelaki tua mengaku bahwa ia adalah orang tua Q. Ia mengakui segala kesalahannya yang ia lakukan dahulu.

Membuangnya setelah kekasihnya meninggal karena melahirkan.  Dengan alasan ia hubungan dari perselingkuhan. Sungguh batin Q menangis saat ini, ia merasa sangat sakit.

Dari ia lahir pun ia sudah tidak di inginkan. Ia malu dengan orang tuanya, jika ia bisa memilih ia lebih memilih tidak mengetahui segalanya. Biarkan ia hidup dengan opini bahwa ia hanya sendirian saat ini.

_____*****______

Billiz balik lagi... Ya Tuhan lama banget nggak nulis. Agak gimana gitu hehe.

19112017

Can I Have It?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang