Pergilah

326 33 0
                                    


Tasya mengagumi sosok di depannya. Lelaki itu begitu berkharisma. Dia adalah salah satu dosen pengganti di universitasnya. Dan Dosen ini cukup muda, masih berumur awal 30an. Dan dia salah satu sosok sempurna saat menari setelah Al.

Sudah sebulan ia mengajar dan Tasya sangat antusias jika ada jadwalnya. Gadis itu baru berusia 22 tahun. Dan baru kali ini ia jatuh cinta. Bagi Tasya ia adalah sosok  prabu Rama yang terkenal lemah lembut tapi bijaksana dan tegas dalam waktu yang bersamaan.

Kembali ke seminar, kini giliran Al yang mempresentasikan tentang koreografi dalam tari. Wanita itu begitu tangguh menurut Tasya. Al adalah orang yang berani menentang dunia.

Terbukti ia berani mengadopsi Letta, bayi imut yang menjadi kesayangan mereka. Tak banyak wanita singel yang berani mengambil resiko dan tanggung jawab tersebut.

Dulu sebelum Tasya mengenal Al, ia terlihat jutek dan tegas. Tak banyak senyum yang Al tampilkan selama ia menjadi dosen. Sampai sekarangpun Al hanya menunjukkan sisi terramahnya kepada Letta.

Tasya yakin bahwa di balik wanita yang mandiri pasti mereka memiliki pengalaman yang sangat pahit dalam hidup mereka. Dan Al adalah salah satunya.

____****______

Al menelan ludahnya saat melihat lelaki itu. Dari sekian banyak kemungkinan mengapa harus disini mereka di pertemukan. Al sadar dadanya mulai bergemuruh karena perasaan rindu yang ia pendam.

Al memang datang agak terlambat dari jadwal yang telah di tentukan. Hal ini karena Letta memang agak rewel. Dan ternyata firasat Letta benar. Ia bertemu dengan masalalunya.

Bagi Al waktu hampir 3 tahun ini adalah waktu yang singkat. Di saat ia mulai terbiasa sendiri. Di saat ia baru mulai belajar berdamai dengan masalalunya.

Dan kini mereka di pertemukan di ruang ini. Q tampak banyak berubah, rambutnya yang dulu gondrong mulai tertata rapi. Badannya yang dulu agak kurus mulai sedikit terisi.

Dan kini tatapan itu begitu berkharisma. Al hanya diam, ia harus memasang topeng yang selama ini ia gunakan. Al tak menghiraukan apa yang Q presentasikan. Tadi ia sempat melihat senyum kecil Q yang ditujukan kepadanya.

"Semua sudah berubah Al, sadarlah ia bukan lagi Q yang dulu selalu ada untuk mu. Sadarlah sebelum semuanya kembali menyakiti mu". Bisikan itu membuat Al tersadar. Semua tak akan sama lagi.

_____****_____

"Iya Bu ini sebentar lagi Al bakal pulang, atau Al bisa minta tolong bawa Letta kerumah sakit Bu?. 15 menit lagi Al sampai" kabar jika Letta sempat panas tinggi membuat Al kebingungan dan khawatir.

Ia buru buru pamit kepada panitia pelaksana. Mereka paham dan mengerti untungnya. Dan lagi Al sudah selesai mempresentasikan  tugasnya.

Al akan memakai helm saat tiba tiba  sebuah pelukan menghentikan aktivitasnya. Tanpa menoleh Al tahu siapa yang melakukan ini.

Aroma parfum ini tak pernah berubah. Tetap sama menenangkan dan menghanyutkan. Hanya 10 detik Al tertegun dan kemudian mendorong  Q sekuat tenaga.

"Maaf pak jangan sembarang menyentuh orang". Teguran itu datar dan dingin secara bersamaan. "My All, please kita harus bicara". Kini Q memohon dengan pandangan yang sulit Al tolak dulu.

"Maaf saya sibuk silahkan pergi". Al kembali menuju ke arah sepeda motornya terparkir. " Al ku mohon sekali ini saja, biarkan aku menjelaskan segalanya. Setelah itu semua terserah kamu". Suara Q terdengar sangat lirih namun ia masih berhasil menggenggam tangan Al kuat.

" Pergilah Q.. pergi.. aku sudah menepati janjiku". Kini Al mulai marah, fikirannya bercabang antara Letta dan emosinya pada Q. "Al please". Mohon Q sekali lagi.

"AKU BILANG PERGIIIII!!!! AKU MUAK DAN TOLONG JANGAN PANGGIL AKU AL, KARENA AKU BUKAN AL MU LAGI!!!". Al melepaskan genggaman Q dan menatap Q dengan sorot penuh luka.

Saat Q terkejut karena bentakannya Al langsung menjalankan motornya. Bahkan ia tak memakai helmnya. Kini fikiran Al harus fokus pada Letta. Al berharap keadaan bayi mungil itu baik baik saja.

____***____

Kini disinilah Al berada, di ruang UGD bersama ibu Darmi. Al memang menitipkan Letta pada Bu Darmi. Karena menurut jadwal acara hanya akan berlangsung selama 3 jam.

Namun takdir berkata lain, Letta yang dari awal sudah rewel mendadak panas tinggi. Dan membuat Bu Darmi kewalahan. Daripada terjadi hal yang tak diinginkan, Bu Darmi berinisiatif membawa Letta ke rumah sakit.

Kini fikiran Al sedang kacau, selain karena Letta tapi juga karena Q. Sosok itu muncul lagi dan membawa sejuta kenangan untuk Al. Alasan mereka berpisah memang terlalu abu abu. Bahkan untuk Al sendiri, karena baginya Q adalah orang yang tangguh.

Tapi saat Al melihat tekad Q untuk melepaskannya. Ia sadar tak ada lagi yang bisa ia pertahankan. Untuk apa mempertahankan orang yang sudah tak ingin bersama kita.

Saat dokter keluar dari ruangan UGD, sang dokter menjelaskan bahwa Letta terkena demam saja karena perubahan iklim. Dan sore nanti jika kondisi Letta stabil ia bisa pulang. Mendengar itu Al tak hentinya bersyukur.

Bagaimanapun Letta adalah tanggung jawabnya sekarang. Kini si bayi mungil itu sudah di pindahkan kebagian anak-anak. Al pun meminta Bu Darmi untuk pulang. Karena Bu Darmi sendiri mempunyai anak yang berusia 6 tahun.

"Udah Bu pakai motor Al dulu, nanti Al naik taksi. Kasihan Letta kalau di ajak naik motor". Al memberikan kunci motornya setelah meyakinkan Bu Darmi.

____"***"_____

Jeje mendengarkan keluh kesah laki laki itu dengan bosan. Ia sebenarnya tidak rela jika harus membantu pria satu ini. Walaupun dulu Jeje sempat kagum, namun semua itu hilang saat ia melihat Al terpuruk.

Ya laki laki yang sedang meneleponnya adalah Q. Kalau bukan karena Ayah dan juga Moma Jeje tak akan mau berurusan dengannya lagi. Selama ini Al belum tahu jika Q dekat dengan keluarganya setahun terakhir.

Pria itu datang dengan tekad kuat untuk mempersunting Al. Bahkan setelah adu jotos dengan kak Alvin dan juga memenuhi permintaan Ayah yang tidak masuk akal.

"Kak niat nggak balikan ma kak Al, kalo nggak niat ya udah mundur dari sekarang. Lagi pula Jeje udah ada calon buat kak Al". Pancing Jeje dengan sengaja.

"Jangan Je, kakak mohon kasih tahu gimana caranya biar Al mau bicara sama kakak". Orang ini benar benar keras kepala.

"Y udah datangi aja rumahnya, bilang baik baik kalo perlu iket kak Al biar nggak lari". Dua detik setelah itu Jeje benar benar menyesal karena usul sembarangannya. Q tertawa dan berterima kasih pada Jeje. Dan hal itu membuat Jeje semakin merasa bersalah pada Al.

"Maafin adikmu ini ya kak kalo sampai itu Curut satu itu merealisasikan ide Jeje". Dia Jeje dengan sepenuh hati.

______****_____

131217
Billiz balik dengan typo dan juga ide random yang nggak jelas hhhhe

Can I Have It?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang