Anugerah

264 33 0
                                    


Al mulai berjalan menelusuri gang setapak menuju rumah barunya. Rumah ini sudah Al huni selama 2 tahun.  Rumah yang benar-benar dari tabungnya selama dua tahun ia mengajar di salah satu universitas ternama di kota Solo.

Ya kini Al tinggal di Solo, kota yang terkenal karena wisata kulinernya. Sebenarnya Al hanya iseng memasukkan lamaran menjadi dosen di universitas tersebut. Tapi ternyata di terima, kini Al mulai membagi apa yang ia dapat selama ini.

Keluarga Al masih mengira Al di Jogja. Semua ini karena Jeje, adik perempuannya berani membuat kesaksian palsu jika ia mengajar di Jogja. Entah mengapa Jeje mau melakukannya tapi saat ini Al sangat bersyukur. Hanya Jeje yang tahu dimana  Al dan semua masalah yang Al lalui. Walaupun Jeje tak tahu dimana tepatnya tempat tinggal Al sekarang.

Al juga pulang ke Malang walaupun tak terjadwal. Ia tak ingin Keluarganya menjenguknya ke Jogja kalau ia telat pulang.

Tapi sudah dua bulan ini Al tak pulang. Ada pementasan teater  tari Ramayana yang melibatkannya sebagai panitia. Dan ia juga membimbing para  siswanya.

Sekarang ia tak  mau lagi ikut tampil, ia hanya ingin bekerja di balik layar. Al terkenal sebagai dosen muda yang tegas dan cerewet. Namun semua terbayar dengan suksesnya acara yang dilaksanakan kemarin.

Tak mudah bagi Al menjadi dosen di usia muda. Selain umur mereka yang terpaut sedikit. Banyak juga godaan dari rekan kerja dan mahasiswa yang masih singel.

Kini Al terusik dengan suara keributan yang terjadi tak jauh dari rumahnya. Saat ia mendekat ia melihat seorang ibu menggendong bayi yang sedang menangis keras.

"Maaf pak ada apa ya kok ribut ribut?". Tanya Al pada seorang tetangganya yang kebetulan juga ada di situ.

"Eehh mbk Al, itu mbak Bu Darmi Nemu bayi di kardus Deket tempat sampah. Kasihan mbak bayi secantik itu di buang". Jawaban itu lekas membuat Al makin mendekat kearah ibu ibu yang berkumpul.

" Udah lapor polisi Bu?". Al kembali bersuara. "Sudah mbk baru saja, mungkin sebentar lagi datang. Kasihan mbak bayi secantik ini dibuang. Tega banget orang tuanya". Jawab Bu Darmi sambil memperlihatkan wajah bayi mungil itu.

Al terpana, bayi itu sungguh cantik. Mungkin usianya baru seminggu. Al seperti melihat Jeje waktu untuk pertama kalinya.

"Boleh saya gendong bu?". Tanya Al ragu, namun tidak Bu Darmi. Ia langsung menyerahkan bayi mungil itu ke tangan Al yang sudah terulur.

Sejenak bayi itu terdiam, kepalanya mencari titik nyaman di dekapan Al. Hanya terdengar rengekan kecil. Spontan Al mengayunkan pelan sambil berdendang. Dan bayi itu perlahan-lahan terlelap dalam buaian Al.

Bu Darmi sendiri sedikit merasa lega, tak berapa lama mobil polisi pun datang. Dan mau tak mau Al harus ikut karena ia tak tega melepaskan bayi itu sendirian.

___***_____*

Al menatap bayi mungil itu dengan sendu. Ia teringat seseorang yang harus berjuang sendirian karena ia anak yatim-piatu. Ya Al teringat Q, dan entah mengapa Al tak ingin bayi cantik itu mengalami hal yang sama seperti Q.

Dan disinilah ia di kantor polisi memberikan keterangan serta kesanggupan untuk merawat bayi malang tersebut. Al sendiri sudah menyewa jasa pengacara untuk memproses ini secara hukum.

Proses yang panjang dan melelahkan, apalagi ia berstatus singel. Jadi banyak keraguan dari berbagai pihak tentang kesanggupannya mengadopsi bayi tersebut.

Al tak pernah semantap ini mengambil sikap. Ia sadar tanggung jawab yang akan di embannya nanti. Belum lagi pihak keluarganya. Al yakin akan menimbulkan keributan tapi ia siap.

Ia ingin memiliki seseorang yang tak akan meninggalkannya nanti.

____****____

Al kerepotan membawa koper dan menggendong Letta. Ia tiba di stasiun Malang sore ini dengan selamat dan bahagia. Letta Masih tertidur dengan nyaman di dekapan Al.

Al benar benar tak sabar mengenalkan anaknya pada keluarganya. Mengingat anaknya hati Al menghangat.

Setelah satu jam perjalanan ia sampai di rumah orangtuanya.  Rumah itu terlihat ramai daripada biasanya. Saat taksi akan berhenti Al tertegun melihat Q ada disana. Ia melihat laki laki itu pamit pada Vio dan Binta.

Al tak salah lihat Q disana masih dengan wanita yang Al temui di kafe 2 tahun lalu.
" Pak jalan terus aja pak, balik lagi ke stasiun". Kata  Al sedikit gemetar.

Al mematikan hpnya dengan terburu-buru. Ia tak siap bertemu dengan Q. Dan ia tak mau Q kembali mengusik  ketenangannya. Dan Al yakin sekarang Keluarganya tahu jika ia tak lagi di Jogja. Dan itu membuat hati Al tak tenang.

"Maaf ya nak, kita belum bisa ketemu Oma opa, tapi mam janji Letta bakal ketemu Oma dan Opa". Bisik Al lembut sambil menciumi pipi Letta yang mulai gemuk.

____***____

Al berhenti mengajar untuk saat ini, Karena Letta masih sangat membutuhkan perhatiannya. Ia hanya membuka sanggar tari kecil dirumahnya.

Walaupun hanya 15 orang yang ikut tapi hasilnya lumayan. Al tak ingin menyewa jasa baby sister. Bukan karena tak mampu, tapi ia ingin Letta mengenalnya sebagai mama nya.

Walaupun mereka tak punya ikatan darah, tapi Al sangat mencintai Letta. Dan untuk keluarganya yang di Malang. Al Sudah menceritakan semua tentang Letta. Walaupun ada protes dari Binta Karena Al tak kunjung pulang kerumah.

Mereka tak mengungkit tentang Q dan hubungan mereka. Dan untuk itu Al merasa sangat bersyukur. Luka karena keegoisannya belum sembuh benar. Dan ia tak sanggup untuk membaginya dengan orang lain.

Al bersyukur karena dengan hadirnya Letta disini. Ia mempunyai sesuatu untuk bertahan. Untuk Al, Letta adalah anugerah terindah yang Tuhan titipkan padanya.

______*****____

021217
Maafkan jika terjadi typo🙏
Billiz_tima

Can I Have It?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang