Hug me please

408 35 0
                                    

Al mempercepat langkahnya saat sampai di lobi rumah sakit.  Ia tak bisa fokus, bahkan pandangannya buram karena banyaknya air mata.  Saat ia melihat orang yang ia kenal ia langsung berlari.

Al memeluk separuh jiwanya, menenggelamkan kepalanya di dada bidang sang pelindung. Pertahanan yang ia punya hancur berantakan. "Kenapa.... bagaimana bisaaa... Baaaangggg... kenaaapaa." Al mengguncangkan badan Alvin dengan keras.

"Sssttt... Princess... ayah akan baik baik saja. Ayah kuat ingat itu Al, Ayah akan bisa jalani semua ini. Kita berdoa dan berharap semoga operasinya lancar." Dengan sabar Alvin menenangkan Al yang histeris. Ia memeluk Al erat.

Bagaimanapun Al adalah anak kesayangan Ayahnya, bahkan ia paling manja bila menyangkut tentang Binta.

Sementara Jeje masih menangis di pelukan Momanya. Ia paham bagaimana perasaan Al saat ini. Diantara mereka bertiga ia tahu Al paling rapuh hati dan perasaannya.

"Moma... ayah akan selamat kan Mom?? Ayah nggak akan ninggalin kita kan Mom??". Teriakan Al disusul oleh hilangnya kesadaran Al. Dan itu membuat panik Alvin, ia langsung membawa Al ke ruang perawatan.

..........

Saat Al membuka matanya ia mendapati Q menggenggam tangannya erat. Saat kesadarannya terkumpul ia tergesa-gesa untuk bangun. Namun tangan Q menahannya, membuat Al melotot geram.

"Al... Om Binta baik baik saja, sekarang masih jam 6 pagi. Jadwal besuk ruang ICU masih lama".  Q memberi penjelasan dengan sabar. Dan keuntungannya badan Al masih sangat lemah jadi ia tak melakukan perlawanan yang berarti. Ia benar-benar terkuras tenaga dan pikirannya.

Q berusaha duduk di ranjang rawat inap. Ia menarik Al kedalam pelukannya. Dengan lembut ia mengusap kepala Al. Ia bisa merasakan baju yang ia pakai basah oleh air mata. Namun ia hanya diam sambil mengayunkan badan Al  pelan.

"Aku takut Q, aku takut ayah akan pergi dariku. Aku nggak mau di tinggal Ayah. Aku nggak mauuu". Rengek Al sambil mengeratkan pelukannya. Q hanya diam ia hanya mencium kepala Al dengan sayang.

Ia kaget saat tengah malam Jeje menelponnya dan memberitahu bahwa Binta kecelakaan. Lebih tepatnya perampokan saat Binta pulang dari minimarket. Kini Q tahu apa alasan Al sampai tak menemuinya.

Jadi tadi pagi penerbangan paling pagi ia sudah berada di pesawat. Dan benar apa yang ia khawatirkan terjadi. Al terbaring lemah dengan selang infus ditangan kanannya.

Tadi Alvin yang menjaga Al, tapi ia sudah kembali karena khawatir dengan kondisi istrinya.

"Percayalah Al, Om Binta akan baik baik saja. Dan kamu jangan terlihat begitu jelek. Pasti Ayahmu tak akan percaya lagi padaku". Sungut Q sambil menghapus sisa air mata di wajah Al.

"Kau tahu aku masih marah padamu, kau itu menyebalkan. Mengapa aku bisa pacaran dengan mu". Bibir Al memcebik lucu.

Dengan gemas Q menggulum bibir Al, tentu saja Al tak sempat menolak. Q menghentikan aktivitas mereka saat keduanya mulai kehabisan nafas.

"Kau boleh marah padaku my All. Marahlah memakipun tak masalah. Tapi jangan diamkan aku dan jangan acuhkan aku seperti kemarin". Q mengecup hidung Al.

Seketika itu wajah Al berubah menjadi sangat merah. Ia langsung menutup wajahnya dengan tangan. "Hei hei kau kenapa Aiii?". Tanya Q penasaran karena Al jarang malu. "Kau menciumku padahal aku belum sikat Gigi". Keluh Al lirih dan disambut gelak tawa dari bibir Q.

Kondisi Binta kini sudah membaik, bahkan ia sudah bisa tertawa. Walaupun ia harus menanggung perih di bagian perut kanannya. Tusukan itu memang cukup dalam, ia harus bersyukur karena bisa selamat.

Can I Have It?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang