Al sedang berbelanja bulanan di mall sekitaran solo. Hari ini ia dan Letta memakai baju hadiah dari Jeje.Letta sendiri sepertinya amat menyukai jalan jalan kali ini. Ia duduk nyaman di troli belanja. Sekali kali bertepuk tangan gembira. Sampai di tempat sayur dan buah Letta merengek meminta buah pir golden yang bentuknya memang besar besar.
"Nduut di timbang dulu ya. Ini mainan ini aja dulu". Al memberikan Letta mainan plastik yang bisa berbunyi. Selesai membayar seluruh belanjaannya Al membawa Letta ke restoran Cina terdekat.
"Ya Tuhan Al, ini kamu Bebs? Kapan nikah? Kok anaknya udah gede aja". Sebuah suara mengagetkan mereka. Saat Al menoleh ia terkejut bertemu teman lamanya di sini.
"Miiissccha... Ya Tuhan gimana kabar kamu. Gimana Jogja?". Al langsung memeluk Mischa erat. Ia lupa jika Letta di antara mereka. Dan bayi mungil itupun menjerit marah.
Akhirnya mereka melanjutkan sesi kangen di dalam resto. Banyak yang berubah dari sahabatnya ini. Ia lebih maskulin dan gagah. Bahkan Q aja kalah wibawanya jika Al tak tahu kekurangan sahabatnya ini.
"Jadi ini bukan anak kamu ma Abang Q?". Mischa mulai mencubit pipi gembul Letta. Al menggeleng pelan, andai itu dulu jadi kenyataan mungkin indah. "Udah neng kamu berhak dapat yang terbaik. Atau sama aku aja Bebs, aku jamin kamu nggak akan terluka". Tawaran itu membuat Al tersenyum kecil.
"Aku nggak mau saingan ma istri kamu Misch. Aku nggak mau hidup bersama orang yang hanya kasihan padaku apalagi kasihan pada Letta".
"Bentar kok bahas istri neng, kamu kan tahu aku sukanya ma cogan". Mischa kini memangku Letta.
"Suatu saat nanti kamu bakal jatuh cinta sama cewek yang bikin junior kebanggaanmu itu berdiri hanya dengan melihat matanya Misch".
"Jangan ngramal hal yang nggak nggak Al, kadang yang kamu omongin itu jadi kenyataan lho. Bikin ngeri". Mischa menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Lha bukanya bagus kamu jadi normal Misch. Nggak kebanyakan dosa". Omel Al sambil meminum greentea nya.
"Kalaupun aku jatuh cinta, aku inginnya ma kamu aja Al. Kamu itu satu satunya wanita yang bisa terima aku apa adanya. Kamu wanita hebat Al, apalagi sekarang. Jadi menikah dengan ku?." Setelah Kalimat itu sebuah jitakan mendarat di kepala Mischa.
"Enak aja, Al cuma akan menikah dengan ku. Bukan orang lain apalagi kamu banci". Tiba-tiba Q sudah berada di hadapan mereka dengan muka cemberut.
"Emang situ udah teken?? Al aja belum jawab kok. Coba sekarang Al kamu mau nikah ma Aku apa ma om om labil ini?". Pertanyaan itu sukses bikin Al gelagapan.
Sementara itu kedua laki laki itu menatap Al dengan penasaran. Wajah Al memerah malu, sial mereka jadi tontonan gratis pengunjung restoran yang lain.
"QQQ.... Ya ampun nggak nyangka bisa ketemu disini". Sebuah suara memecah keheningan diantara mereka. Seorang cewek cantik menghampiri ke arah mereka.
Q hanya mendengus kesal sementara Al menghela nafas lega. "Akhirnya kita ketemu, udah setahun ini lho aku cari tau tentang kamu. Nanya nanya ke Siska juga. Ehh kalo jodoh nggak kemana ya". Wanita bertubuh bongsor itu langsung duduk tanpa di persilahkan.
______****_____
Akhirnya makan siang itu berakhir dengan Al yang pulang di antar Mischa secara sembunyi-sembunyi. Mereka kompak menggunakan lagi ikatan batin persahabatan. Hanya dengan saling menatap satu dengan yang lain mereka bisa tau apa yang mereka inginkan.
"Al kamu nggak cemburu liat Q di centilin ma itu cewek?". Tanya Mischa sambil memperlihatkan jalan di depannya.
"Entahlah Misch, kami kembali ke awal yaitu pertemanan. Jika memang tak cocok tak ada yang terluka".
"Jangan naif Al, kau tahu kau akan terluka Al. Kau masih mencintainya kan?. Tapi sedikit gangguan boleh juga". Mischa tersenyum jahil. Sementara itu Al tak ambil pusing.
Mereka sampai rumah lumayan sore, itu membuat Mischa harus pamit pulang. Sore ini Al habiskan dengan bermanja-manja bersama Letta di ruang tamu.
Saat malam menjelang Al agak terkantuk-kantuk menemani Letta yang masih betah bermain. Suara bel memaksanya untuk bangkit dari posisinya.
Di hadapan berdiri Q dengan membawa bungkusan yang membuatnya lapar. "Nggak nolak kwetiau seafood kan Aii?". Setelah Al mempersilahkan masuk Q langsung menuju ke dapur. Al sendiri tak mau ambil pusing.
Dari kemarin ia memang tak enak badan. Ia kembali dimana Letta masih aktif dengan mainannya. "Daaaadddaddad". Teriakan itu membuat Al terkejut. Apalagi dengan sigap Letta menuju ke arah Q yang membawa dua piring penuh makanan.
"Dad...dad...daaaaaa". Oceh Letta sambil bertepuk tangan. Agak kaget Q hampir saja terjatuh jika bukan karena refleksnya yang bagus.
"Lihat Al, Letta memanggil ku Daddy". Q sudah heboh sendiri sementara Al tak mau ambil pusing. Ia lebih memilih menyantap makan malamnya.
Al akan meminum obat saat Q tiba tiba menahan tangannya. "Sejak kapan kamu minum obat obatan Al?". Tanya Q penuh selidik. "Sejak aku merasa tak enak badan Q, mana obatnya. Aku harus mencegah agar Letta nggak tertular". Ketus Al sambil mencoba mengambil obatnya dari tangan Q.
"Kamu sakit? Kita kedokter aja Aii, daripada kamu ngdrop". Al menggelengkan kepalanya. Ia kemudian menuju ke ruang tamu sambil membawa segelas air.
"Hanya gejala flu, udah siniin obatnya". Al mulai menjadi ketus. Dan Q tak menyukainya. Ia ingin Al bermanja-manja padanya seperti dulu.
Q memeriksa suhu badan Al, namun semua normal. Al yang gemas langsung mencium pipi Q. Dan benar dugaannya Q terkejut sampai bengong.
Melihat itu Al memanfaatkan keadaan, ia meraih obat yang berada di tangan kiri Q. "Udah malam Q, kau harus pulang. Nggak enak nanti jadi omongan tetangga". Usir Al dengan halus. Namun Q tak beranjak dari duduknya. Ia masih terlihat shock.
Al menghela nafas panjang, dia tak mengira efeknya sebesar ini. Ia beranjak ke kamar untuk mengambil bantal dan selimut.
"Ini, tidurlah di sini kalau kau tak mau pulang. Jangan masuk kamar". Al beranjak untuk mengunci pintu dan mematikan lampu.
Efek Obatnya sudah bekerja ia mulai mengantuk.
_____****_____
Tengah malam Al bergerak gelisah, badannya serasa sakit semua. Bahkan Letta pun juga merasakannya. Di sisa sisa kekuatannya Al mencoba ke ruang tamu. Berharap Q bisa membantunya.
Dengan sempoyongan ia menuju ke arah Q yang tertidur pulas. Sekuat tenaga ia menggoyang badan Q agar terbangun. "Q please, bangun. Tolong..... ". Al menggerakkan tenaganya yang tersisa.
Dan saat Q terbangun ia panik melihat Al yang hampir tak sadarkan diri. "Al.... Ya Tuhan, kamu kenapa?. Sayang bangun". Q menepuk pelan pipi Al. "Sakit Q.... Badanku terasa sakit semua". Keluh Al lirih.
Dengan cekatan Q membuka pintu dan menyalakan mesin mobil. Saat ia menggendong Al dan memasang sabuk pengaman ia teringat akan Letta. Tak lama ia kembali setelah mengunci pintu dan membawa Letta ke dalam mobil.
Jalanan sepi karena menjelang pagi. Untung rumah sakit yang mereka tuju tergolong dekat. Tak sampai setengah jam mereka sudah sampai.
Q sempat bingung menggendong Al atau Letta Karena bayi tersebut sudah terbangun.
"Sus tolong istri saya sus, dia pingsan... ". Teriak Q panik saat melihat Al mulai tak sadarkan diri.
Semua berjalan cepat dan kini ia mondar mandir di depan IGD dengan Letta di dekapanmya.
Ia hanya berharap semua baik baik saja. Ia tak ingin sesuatu hal terjadi pada Al. Letta yang berada dalam tidurnya mulai terusik. Ia agak rewel dan itu membuat Q panik.
Untung ada suster yang membantunya untuk mengurus Letta karena pempresnya penuh.
Q agak lega saat Al akan di pindahkan ke ruang perawatan. Sementara hasil lab akan keluar besuk.
____*****_____
Ayeee Billiz balik lagi.. ya walaupun dengan cerita yang gaje😂😂😂😂😂
13042018
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Have It?
RomanceTentang Alice, tentang hidupnya, tentang cinta,tentang perjuangan, tentang asa dan impian serta cita citanya. Kehilangan,memberi,menerima cinta. Yang minta sequel nya Me and My brothers. Entah kenapa punya Alice yang mau aku angkat. Untuk Alvin ma J...