Mengapa?

318 26 12
                                    


Sudah seminggu ini Al mulai membaik, namun sampai saat ini ia masih tak mau bertemu dengan keluarganya terutama Binta. Ia merasa sangat sebal, bagaimana tidak. Ternyata Binta lah yang mengusulkan pernikahan ini dan Binta pula yang menyebarkan undangan.

Saat ini Al di rumah neneknya, masa bodoh dengan mereka yang sibuk untuk mengurus pernikahannya. Ia merasa tak siap, apalagi perkataan Q Minggu lalu masih terbayang jelas.

Berbagai macam pertanyaan ada di kepalanya. Mengapa Q mau menikah dengannya?. Mengapa Q tak meninggalkannya padahal ia sudah menyakiti hatinya?. Mengapa ia merasa senang namun takut jika ini tak berjalan sesuai harapannya?. Mengapa Binta dengan mudah memaafkannya setelah pertengkaran kemarin?.

Banyak gejolak rasa penasaran di benak Al yang belum dapat ia jawab. Ia juga tak mungkin membatalkan pernikahan ini walaupun di rencanakan Secara sepihak. Karena ini menyangkut kehormatan keluarga besarnya.

Al jadi pusing sendiri, sementara itu Jeje malah menghindarinya. Dan bayi mungilnya masih di sita Q sampai ia resmi jadi istri Q. Aahhh ia sebal dan di sini neneknya juga memaksa ia secara halus untuk perawatan.

Sepertinya Al harus pasrah dengan keputusan keluarga besarnya. Ia hanya ingin menata hatinya.

Al mendesah pelan saat orang orang salon mulai bekerja. Biarlah ia menikmati beberapa hari ini seperti ratu. Setelah itu ia akan menjadi Upik abu.

"Mbak maaf tapi sepertinya bekas luka ini tidak boleh kena lulur". Ucapan sang pemilik salon membuat Al tersadar. Dengan cepat Al menutup bagian perutnya. Namun sepertinya sang nenek sudah mengetahui hal tersebut.

"Bekas luka apa Al? Kamu habis kenapa?". Pertanyaan beruntun itu sarat dengan kekhawatiran. "Cuma luka gores Nek, Al nggak papa kok. Ya udah mbak lulur bahu tangan sama kaki saja". Al tak mampu menatap neneknya lebih lama lagi. Ia merasa bersalah jika membuat nenek favoritnya menangis.

Hari ini Al selesai perawatan, dan tentu saja ia harus puasa. Ia tak masalah jika harus puasa dan tak bertemu Q. Ia hanya rindu pada Letta bayi mungilnya. Meskipun Jeje terus mengirimkan foto foto terbaru Letta. Tapi ia masih merasa kurang.

_____****_______

Pernikahannya kurang dua hari lagi, dan kini ia duduk sambil menatap senja di teras belakang rumah. Gedung yang akan menjadi tempat ijab dan resepsi katanya sudah selesai di dekorasi.

Dan tubuhnya yang biasanya kurus kini agak berisi. Mungkin akibat mengkonsumsi obat-obatan pasca operasi. Tak ada yang tahu, Al berencana merahasiakan hal ini selamanya kalau bisa. Yang mengganjal di hatinya adalah setelah menikah nanti pasti akan timbul pertanyaan tentang kehamilan.

Sedangkan ia sendiri tak yakin akan hal itu, ia merasa putus asa saat dokter mengatakan kemungkinan untuk hamil sangat kecil. Mengingat resiko pasca operasi dan indung telur yang tidak begitu produktif.

Al menghela nafas panjang, mungkin ini akan menjadi masalah selama pernikahannya dengan Q nanti. Al pun memikirkan Letta. Semua terasa menakutkan saat ia memikirkan kemungkinan terburuk yang akan terjadi.

Al memilih berbaring santai dan menutup kedua matanya dengan telapak tangan kanannya. "Jangan tidur di luar Aii, nanti sakit. Aku nggak mau nunda pernikahan kita lagi". Suara itu membuat Al menoleh kearah samping kanannya.

Ia bisa melihat Q mendelik tajam kearahnya. Namun Al masih cuek, Q pun tak tinggal diam. Ia memilih duduk di samping Al sambil membelai rambut Al.

"Aku mencintaimu, aku akan tetap mencintaimu walaupun banyak kebohongan yang kau berikan padaku Al. Aku tak akan pergi walaupun kau memintanya. Kau adalah tempatku pulang, dan aku tempat mu bersandar."

Al sadar akan hal itu namun ia tak ingin memberikan harapan tentang indahnya pernikahan pada Q. Namun ia juga tak ingin kehilangannya. Tapi ia harus jujur, dan mungkin belum terlambat untuk membatalkan semuanya.

"Aku mandul Q, aku tak akan bisa mengandung anakmu nanti". Kalimat itu pelan namun cukup terdengar oleh Q. Mereka terdiam beberapa saat. Al menghela nafas panjang.  Ia memejamkan mata dan melanjutkan apa yang mengganjal di hatinya.

" Aku mandul,  ini salah satu resiko yang aku tanggung agar bisa hidup.  Aku tak mau kehilanganmu,  terdengar egois.  Namun aku juga harus merelakan jika kau ingin memiliki anak dari wanita lain.  Jika kau ingin membatalkan pernikahan ini.  Aku mohon jangan.  Kita bercerai saja jika kau sudah menemukan wanita yang tepat ". Rancau  Al dengan suara pelan. 

Sedangkan Q hanya bisa terdiam,  ia tak menyangka jika Al yang ia kenal berubah begitu drastis.  Apa yang sudah ia lewatkan selama ini.  " Kau bohongkan  Al,  kau hanya ingin aku sakit hati dan menyerahkan.  Seperti saat kau mengatakan kau pernah menggugurkan kandungan mu". Q tak mau lagi di bohongi dan marah seperti kemarin.

"Aku mencintaimu Q,  menikah dengan mu salah satu mimpi ku.  Tapi cinta saja tak akan cukup.  Impian mu mempunyai anak yang banyak tak akan terpenuhi.  Aku tidak membohongi mu saat ini Q.  Ini kenyataan,  aku cacat.  Dan aku tau betapa kau ingin mempunyai keturunan.  Tapi aku hanya punya Letta.  Kita menikah saja,  tapi aku tak melarang jika kau ingin mempunyai anak dari wanita lain.  Aku bisa memberikan semuanya.  Kepercayaan ku,  cinta ku jiwa ku ragaku.  Tapi aku tak bisa memberikanmu keturunan". Penjelasan itu membuat Q terguncang. 

Ia tahu saat ini Al tak berbohong,  namun sanggupkah ia menerima semua ini.  Setelah semuanya akankah ia menyerah.  Melihat Q terdiam Al mulai beranjak dan masuk ke dalam kamar.  Namun ia saat ia akan keluar ia mengucap hal yang tak ingin ia ucapkan.  " Masih ada satu hari sebelum pernikahan,  jika kau tak ingin malu katakan padaku besuk.  Aku harus pergi jam berapa dan semuanya akan ku tanggung ". Al melangkah menuju ke kamar bidadari kecilnya.  Letta.

Can I Have It?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang