Al tersenyum bodoh saat ia mendapati kunci rumah Q masih di bawah pot. Rumah ini sangat berantakan. Bahkan terkesan di tinggalkan dengan terburu-buru. Al menghela nafas panjang. Dengan lunglai ia berjalan ke arah kamar Q.
Disana penuh dengan foto mereka, walaupun kebanyakan foto Al waktu menari. Sudah sebulan sejak kepergian Q, Al frustasi tentu saja. Al bukan tipe orang yang mudah move on.
Kini Al bertekad ia akan memperjuangkan apa yang mereka miliki. Walaupun nanti Q akan mengusir dan memiliki orang lain. Tapi setidaknya ia berjuang.
Al teringat tawaran kelompok tari internasional yang ingin merekrutnya. Al menolaknya tentu saja, ia tak mau pergi. Setidaknya nanti setelah masalahnya dengan Q berakhir buruk. Ia akan mempertimbangkan tawaran itu.
Al mendesah panjang, ia mulai membersihkan rumah Q dimulai dari dapur. Sekuat apapun Al mencoba tetap saja kenangan bersama Q masih teringat. Tanpa Al sadari air mata Al turun membuat Al terisak dalam diam.
Semakin siang Al semakin terisak, ia tak bisa tanpa Q. Ia terbiasa dengan adanya Q disisinya.
______*****_____
Hari beranjak ke malam dan Al masih setia di rumah ini. Menyesap segala kenangan yang ada. Merenungi segala keegoisan dan kelalaiannya. Tekadnya sudah bulat sesudah wisuda ia akan menetap di Jogja.
Ia akan disini sampai takdir membawanya menuju langkah selanjutnya.
Al menghela nafas panjang, dengan ragu ia menuju ke kamar Q. Aroma Q masih tertinggal di sana. Membuat Al betah berlama-lama di ranjang yang biasa Q tiduri.
Tanpa sadar Al mulai terlelap dalam mimpi, walaupun dengan sukses setitik air mata turun kembali menghantarkannya kedalam kegelapan.
_____**_____
Sore ini kafe agak sepi karena gerimis dari pagi mengguyur kota Jogja. Aro masih berkutat dengan pembukuan Karena ini sudah memasuki akhir bulan. Ia refleks menoleh saat mendengar suara pintu terbuka.
Aro terkejut saat melihat Q ada disana, namun ia tak sendirian. Ia bersama seorang wanita cantik berwajah indo. Dengan menggunakan kruk mendatangi sahabatnya. Setelah 2 bulan menghilang akhirnya Q muncul walaupun dengan keadaan yang berbeda.
"Gimana kabar kamu?". Tanya Aro sedikit was was. Melihat raut wajah Q yang mendung. Dan jawaban yang didapatkanpun tak lebih dari senyum kecut.
"Q kamu tau Al disini, dan dia juga hancur Q. Dia ingin menjelaskan segalanya namun terlambat. Kamu sudah pergi tanpa pamit".
"Ar, kamu nggak di posisiku. Aku melepasnya. Aku percaya dia akan lebih bahagia jika bersama cinta pertamanya. Dia tak mencintai ku Ar, ia hanya kasihan padaku". Kalimat itu terucap lirih dari bibir Q.
"Setidaknya temui dia, selesaikan apa yang kalian mulai dengan benar. Jangan jadi pecundang Q. Q yang ku kenal bukan Q yang seperti ini". Aro mulai emosi melihat Q yang seperti mayat hidup.
"Aku dah hancur Ar, aku nggak sempurna. Dan Al pantas mendapatkan yang lebih baik daripada aku. Disini aku menyerah kalah".
"Dan jika Al memperjuangkan mu, ia mau menerima mu apa adanya. Apakah kau akan menerimanya Q?".
"Aku akan tetap menolaknya, aku sudah memutuskan tidak ada lagi nama Alice di hidupku Ar. Aku ingin melupakan segalanya. Aku akan meninggalkan kota ini jika perlu". Setelah mengucapkan itu Q mendengar Isak tangis dari belakang tubuhnya.
Matanya melebar saat ia melihat Al disana, dengan penampilan yang bisa di bilang jauh dari baik. Gadis itu semakin kurus, kulitnya kusam dan sinar mata itu. Hati Q berdenyut sakit saat ia bisa melihat luka di sana.
Yang membuatnya lebih sakit saat gadis itu mencoba tersenyum. Senyum di paksakan yang membuat Q semakin merasa bersalah.
"Tak usah pergi, saya yang akan pergi. Terimakasih sudah pernah menjadi bagian dari hidup saya. Terima kasih sudah menyadarkan saya tentang kehilangan. Saya berjanji tidak akan muncul di hadapan anda lagi". Suara itu terdengar lirih bahkan seperti bisikan. Saat Q akan menyahut sebuah tanda penolakan dari Al terlihat jelas.
"Tolong jangan bicara lagi, biarkan seperti ini. Mulai sekarang tak ada lagi kata kita. Semoga bahagia dan cepat sembuh Qutbhei". Al dengan tegas melangkahkan kaki keluar kafe. Ia tak menengok kebelakang. Hatinya cukup hancur saat ini.
Sementara Q mematung sesaat sebelum menyadari ia telah kehilangan separuh jiwanya. Aro menepuk pundak Q pelan.
"Karena fikiran negatif mu, kau benar-benar kehilangan seseorang yang setia menantimu dua bulan ini Q". Ucapan itu membuat Q tertegun.
"Kak kejar sebelum terlambat." Saran wanita di sebelah Q pelan. Namun Q hanya menggeleng pelan. Ia yakin Al bisa mendapatkan yang lebih baik dari dirinya. Ia tak ingin Al tahu jika ia sudah cacat.
_____*****______
Al menatap satu persatu kereta yang datang. Ia menepati janjinya pada Q bahwa ia yang akan pergi. Al tahu saat melihat Q mulai turun dari mobil dibantu oleh wanita itu. Tatapan mata Q berbeda, seolah mereka terikat sempurna. Tatapan yang tak pernah Q berikan pada wanita manapun kecuali Al.
Hati Al semakin hancur saat melihat dan mendengar kalimat yang keluar dari mulut Q. Al lelah, ia lelah di tinggalkan. Al lelah menata hatinya. Jadi tekadnya sudah bulat. Ia akan pergi, bukan untuk melarikan diri namun menata kembali serpihan hatinya.
Untuk kedua kalinya ia hancur, dan semua karena pria. Kini Al belajar untuk mengeraskan hatinya. Cukup sudah ia terluka karena hal yang sama. Bedanya saat ini ia sudah benar benar hancur.
"Kali ini tanpamu benar benar tanpamu. Aku akan menjalani hidupku. Tanpa mengharapkan kau akan kembali. Karena semua yang ku harapkan hanya membuatku terhempas sakit".
__________
01122017
Nggak nyambung ya? Nggak dapat fellnya? Nggak asik?? Banyak typo pasti🙄😥
Maafkan billiz 🙇
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Have It?
Lãng mạnTentang Alice, tentang hidupnya, tentang cinta,tentang perjuangan, tentang asa dan impian serta cita citanya. Kehilangan,memberi,menerima cinta. Yang minta sequel nya Me and My brothers. Entah kenapa punya Alice yang mau aku angkat. Untuk Alvin ma J...