Mereka

127 9 0
                                    

Usia pernikahan Al dan Q memasuki bulan ke enam. Dan semuanya baik baik saja sampai sekarang. Dan Q memenuhi hampir semua janjinya. Usia Letta pun memasuki tahun kedua.

Anak itu sedang aktif aktifnya berjalan dan berbicara hal hal lucu. Bahkan ia sudah bisa  mengekspresikan  kecemburuannya terhadap Al. Letta itu benar benar anak perempuan Q yang paling manja dan posesif.

"Ndaaaakkk mama Ndak oleh ma Daddy. Egi eta ebel egiiiiii". Teriakan itu akan terdengar setiap pagi. Saat di dapur waktuQ memeluk Al dari belakang. 

Dasarnya bapaknya jail, Q akan terus memeluk Al sampai Letta menangis. Dan Al dengan senang hati memberikan cubitan maut pada Q.

"Aii hari ini aku pulang malam, ada rapat pentas seni budaya nasional di balaikota." Q masih bermanja-manja  dengan Al pagi ini.
"Berangkat jam berapa mas, mau di bawain bekal?". Al masih memijat kepala Q yang berbaring di pahanya.

Q meraih tangan Al dan mengecupnya beberapa kali sebelum menjawab. "Nanti habis makan siang. Kayaknya nggak usah aii. Kamu mau titip apa?". Q membenamkan wajahnya ke perut Al.

"Beliin susu Letta aja mas, sama beliin pembalut mau?". Al kembali mengelus rambut coklat Q. Memang Q lebih suka warna asli rambutnya yang agak kecoklatan tidak tersentuh cat rambut. Sebelum mengenal lebih dekat Q, Al mengira Q mewarnai rambutnya.

"Yaah kok  ada tamu sih aii. Kan nanti malam pengen peluk peluk manja sambi.... Aduuuuuhhhh". Q mengadu kesakitan karena Al menjambak rambutnya.

"Letta Daddy katanya mau bawa mamma pergi lho". Teriakan Al berhasil membuat Letta yang tadinya asik dengan boneka-bonekanya langsung berlari.

"Mam epasin Daddy, Daddy ppuya Etta. Epasss... Daddy ini... Iniiiiii". Raung Letta keras. Al pun mendorong Q yang malah memeluk perutnya. Memang agak licik menggunakan Letta sebagai tameng.

Tapi Al malu setiap Q membahas kemesraan mereka di ranjang. Walaupun belum sampai ketahap intim. Q masih bersabar karena ia masih melihat ketakutan di dalam mata Al. Al selalu tidak mengijinkan Q melihat badannya Secara utuh dan jelas.

Entah apa yang di sembunyikan Al sampai saat ini.

___****___

Jam menunjukkan pukul 4 sore, Al baru selesai Mandi bersama Letta. Saat berdua seperti ini Letta akan lebih manja kepada. Hari ini Letta  tumben ingin jalan jalan keluar rumah.

Mereka berdua udah berdandan cantik Dengan baju yang senada. Namun sepertinya harus pupus karena suara bell yang tidak sabaran.

"Selamat sore, ada yang bisa saya bantu?". Tanya Al saat melihat pasangan muda-mudi asing berkunjung ke rumahnya. Mereka tampak gelisah . Sang wanita dengan dandanan modis dan si pria yang sepertinya lebih muda dari sang wanita.

Umur mereka mungkin baru 25an kurang lebihnya.
"Boleh kami masuk kak, ada hal penting yang ingin kami bicarakan". Ucap sang pria dengan sopan.

Al pun mempersilahkan mereka untuk duduk di ruang tamu. Dan ia pamit sebentar untuk mengambil minum dan Snack.

"Perkenalkan nama saya Nico dan ini pacar saya Gladis. Kedatangan kami kesini sebenarnya adalah untuk memberitahu bahwa kami...." Pria di depan Al ini terlihat gugup. Dan sang wanita terlihat tak sabaran dan juga gelisah.

"Kamu kelamaan, biar aku aja. Mbak saya ke sini mau ambil anak saya yang mbak bawa".  Ucapan wanita bernama Gladis itu membuat Al terkejut.

"Maaf anak yang mana ya dan apa maksudnya?". Tanya Al hati hati walaupun  batinnya merasa ada yang tidak beres.

"Anak kami lah, yang kamu pungut 2tahun lalu. Kami mau anak kami kembali. Saya ibu kandungnya, saya berhak atas anak tersebut". Ujar wanita itu dengan enteng namun bagai petir di siang bolong di telinga Al.

Bersamaan dengan itu Letta keluar dari ruang keluarga sambil membawa boneka Winnie the Pooh kesayangannya.

"Ini anak aku, sayang sini sayang sama mama". Tanpa meminta persetujuan Al, Gladis menggendong Letta. Letta yang kaget dengan orang asing langsung menangis keras.

"Mbak jangan gitu dong, anak saya kaget dengan kelakuan mbk. Mbk siapa ngaku ngaku sebagai mamanya. Saya Mama sah anak ini". Al langsung tersulut emosinya.

Ia mencoba merebut Letta dari gendongan Gladis. Namun sepertinya Gladis terlalu kuat mencengkram Letta hingga tangisan Letta semakin menjadi.

"Enak saja, aku yang mengandung, aku yang melahirkan. Aku ibu kandungnya, kamu cuma pengasuhnya". Teriak Gladis yang membuat suasana semakin kacau. Sedangkan Nico tak banyak membantu.

Untung ibu Darmi datang karena mendengar tangisan Letta yang begitu keras. "Apa apaan ini? Kalian siapa? Lepaskan anak itu,kalian mau mencuri?". Bu Darmi yang memang badannya besarnya melerai mereka namun tetap kalah.

"Hei kamu bantuin Donk, kamu laki apa banci liat anak kegencet gini malah diem aja". Suara bu Darmi yang tegas membuat Nico patuh dan ikut membantu.

"Nggak itu anak aku, anak aku sialan. Balikin anak aku, kamu cuma aku suruh ngerawat sementara. Dia anak aku". Teriak Gladis histeris.

Al masih memeluk Letta erat,  dalam dekapannya ia tau Letta begitu ketakutan. Bahkan badan anaknya sampai bergetar hebat.

"Pergi dari rumah ku, pergi!!!". Usir Al sambil membuka pintu lebar lebar.

"Pergi kalian apa mau aku teriakin maling?". Ancam Al yang sudah bersiap di teras rumah.

Nico yang merasa suasana makin runyam akhirnya menggiring Gladis untuk pergi dari rumah itu. Bu Darmi tak bisa apa apa selain memantau. Karena ia tidak tau duduk awal permasalahannya.

"Aku akan balik lagi, aku akan pakai jalur hukum. Dia anakku dan harus balik ke aku". Ancam Gladis sebelum pergi.

"Silahkan, kita liat siapa yang akan menang". Tantang Al tanpa rasa takut di fikirnya sekarang adalah Letta nggak boleh diambil siapapun.

Namun saat pasangan itu masuk ke mobil dan pergi. Al langsung terduduk lemas sambil menangis memeluk Letta.

"Mbak Al, kasihan lho Letta nya, jangan nangis. Yuk masuk kedalam kita cek keadaan Letta". Bujuk Bu Darmi lembut yang di setujui oleh Al.

"Bu, Al takut Bu. Letta anak Al Bu. Cuma Al mama Letta. Mereka nggak berhak untuk ambil Letta". Tangis Al sambil menciumi Letta yang masih di pelukannya.

"Iya ibu tau, seluruh warga sini juga tau. Mbak Al yang paling berhak atas Letta. Jadi kita periksa Letta dulu ya. Takutnya ada luka atau memar". Bujuk Bu Darmi, ia juga
menelpon keponakannya yang bidan untuk datang ke rumah Al. Melihat kondisi Al yang tak mungkin di bawa keluar rumah.

Setelah pemeriksaan ada beberapa memar di tangan dan di kaki Letta. Walaupun tak parah namun tetap berdampak pada balita itu. Al disarankan untuk mengompres dan mengecek suhu tubuh Letta.

"Ibu disini dulu ya sampai mas Q kembali, Al takut Bu. Atau ibu ada kerjaan biar aku aja yang kerumah ibu". Pinta Al dengan suara sengau karena menahan tangisnya.

"Ibu di sini saja dulu nggak papa. Lagipula dirumah anak anak udah sama bapaknya. Nak Al tenang aja kalau mereka datang kesini lagi ini gebukin pakai sapu". Hibur Bu Darmi sambil tersenyum menenangkan.

Beberapa saat kemudian Bu Darmi dapat melihat Al yang tertidur di samping Letta sambil menggenggam jari Letta dengan lembut.

____****_____

Typo nya banyak lho
3132020

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 31, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Can I Have It?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang