Chapter 9

6.5K 779 78
                                    

°°°

Seulgi menatap sekitarnya ke sana kemari memastikan jika penghuni sekolah sudah pulang terlebih dahulu. Ini adalah hal yang memalukan untuknya. Kenapa? Karena dia akan pulang menggunakan sepeda pink-nya. Ternyata ucapan nyokapnya tidak main-main. Waktu berangkat sekolah ia harus berangkat pagi-pagi sekali, lalu jika pulang dia harus menunggu yang lain pulang terlebih dahulu. Sekiranya penghuni sekolah telah sepi, barulah ia beranjak menuju parkiran. Memakai masker dan topinya agar terhindar bertemu dengan fansnya di jalan. Susah memang kalau jadi model gini.

Awalnya Seulgi mengenderai sepeda dengan damai, namun tiba-tiba saja ban sepedanya meledak. Tolong bayangkan saja gimana ban meledak. Hati Seulgi dag dig dug tidak terkendali, untung tidak sempat teriak. Turunlah dia dari sepeda dan melihat ban sepedanya. "Sial! Kenapa bisa gini," bingung Seulgi. Dengan kesal dia menendang ban sepedanya sendiri. Eh, tidak taunya kakinya malah memar sampai dia gak mampu buat berdiri. Kaki model emang cepat rapuh sih. "Kesialan macam apa sih ini!" kesalnya.

"Ada yang bisa gue bantu?"

Tiba-tiba Seulgi menoleh pada asal suara. Yah, dia... kenapa harus dia? Apa gak ada makluk lain selain dia. PARK JIMIN! Enyah saja kau dari muka bumi.

"Ban sepeda lo meledak?" tanya Jimin.

Seulgi hanya angguk-angguk, malas ngomong takut ketahuan kalau dia itu KANG SEULGI.

"Di depan sana ada bengkel kecil, yuk ke sana aja! Sepeda gue juga bannya kempes," ajak Jimin.

Seulgi menurut, lumayan ada yang nolongin walaupun itu si bantet sih. Asal identitasnya tidak ketahuan, itu bakal aman sampai sepedanya beres. Sebenarnya, ia malu kalau sampai ketahuan. Masa iya, model naik sepeda. Gengsi oy.

Cewek yang terduduk di pinggir jalan itu mencoba berdiri, namun kakinya mendadak tambah sakit. Jimin yang ternyata sangat peka mencoba bertanya, "Kaki lo sakit?"

Seulgi angguk-angguk lagi. Tanpa pikir panjang Jimin mengangkat Seulgi untuk di dudukkan di sepedanya yang bannya kempes. Seulgi mau teriak tapi dia tahan. Sumpah ya, dia gak ikhlas disentuh si Jimin. Kalau pulang dia harus mandi bunga tujuh rupa dan memakai air zamzam biar suci kembali.

"Lo diam ya. Gue antar lo dulu ke bengkel, baru deh jemput sepeda lo," kata Jimin santai sambil mendorong sepedanya.

Sesampainya di bengkel, Jimin lagi-lagi mengangkat Seulgi untuk duduk di kursi bengkel. Tolong garis bawahi ini, jika bukan Jimin yang memperlakukannya begitu maka dia pasti akan baper. Hidup ini memang gak adil buat Jimin.

Satu jam berlalu setelah Jimin membawa sepeda Seulgi ke bengkel. Di saat itu juga mereka canggung-canggungan. Seulgi berkali-kali merutuki abang-abang bengkel yang lama sekali memperbaiki sepeda, padahal cuma sepeda loh. Dia duduk dengan tidak tenang karena sebentar lagi mau ada pemotretan iklan sampo. Tapi, gimana dia mau pulang, sepedanya saja belum selesai.

"Lo kenapa? Mau pulang?" lagi-lagi Jimin peka banget. Seulgi menganggukkan kepalanya lagi.

"Ya udah yuk! Gue antar pulang, sepeda lo tinggal aja ntar gue yang urus."

Seulgi berpikir sebentar lalu mengiyakan tawaran Jimin. Udahlah ya, ikutin aja selagi menguntungkan dan dia pun tidak ketahuan.

Jimin lalu mengantar Seulgi pulang. Seulgi juga sudah kasih tau rumahnya dengan cara menunjuk-nunjuk jalan, padahal sudah mau sampai tapi— dari kejauhan dia melihat mobil Wendy yang terparkir di depan rumahnya. "Anjir, sial mulu gue. Pasti gara-gara barengan sama Jimin," batin Seulgi.

Jimin emang selalu salah. Seulgi pun menepuk pundak Jimin bermaksud untuk berhenti. "Stop! Gue turun di sini aja," ucap Seulgi tanpa sadar.

Jimin langsung menurut lalu dia berpikir sejenak. "Kok suaranya mirip Seulgi," batin Jimin. Biasa fans dari suaranya aja sudah bisa nebak dia. Dan keyakinannya itu makin menjadi ketika melihat mata tajam idolanya. "Sse-seul-seulgi?"

Dumb-Dumb ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang