Chapter 18

1.3K 58 0
                                    

Seralyna POV

Aku terbangun di dalam ruangan yang tampak nya seperti rumah sakit. Aku melihat Edmund tertidur di kursi sebelahku. Aku berusaha untuk menggerakan tanganku dan mengelus rambu Edmund pelan. "Hm?" Gumam nya setelah aku mengelus rambutnya. Aku terus mengelus rambutnya dengan lembut.

Ia membuka matanya dan melihatku. Ia mengambil tanganku yang sedang mengelus rambutnya tadi. "Lyna, kau sudah bangun?" Tanya nya khawatir. Aku hanya mengangguk dan tersenyum. Ia tersenyum dan mengelus rambutku pelan dan tangan nya berhenti di pipiku. "Kau baik - baik saja kan?" Tanya nya. "Iya, Edmund" jawabku. Ia tersenyum. Aku memegang tangan nya yang memegangi pipiku. "Willi di mana?" Tanyaku. "Ada yang mencariku sepertinya" ucap seseorang yaitu Willi yang muncul entah dari mana. "Willi" panggilku. Ia menghampiriku. "Kau tidak apa - apa kan?" Tanya nya. Aku hanya mengangguk dan tersenyum. "Nah sekarang, Edmund, kau berburu saja" kata Willi. "Eh? Edmund belum minum?" Tanyaku bingung.

"Ia belum minum sejak kau pingsan, Lyna" jelas Willi padaku. Aku langsung menoleh dan menatap Edmund. "Apa itu benar?" Tanyaku. "Iya, tapi aku ingin menemanimu" jawab nya. "Tapi kau jangan sampai lupa minum dong" kataku. "Baiklah" jawab nya. "Yaudah, ayo pulang" ajak Willi. "Iya" jawab ku.

Edmund membantuku berjalan dan Willi membawa barangku. Aku duduk di mobil bersebelahan dengan Edmund di belakang. Edmund dan Willi masih sibuk di bagasi dengan barang - barangku. Aku melihat ke depan dan melihat Devo di sana. Edmund berdiri di dekat pintu belakang menjagaku. Kurasa. Sedangkan Willi masih sibuk dengan barangku. "Untuk apa kau ke sini?" Tanya Edmund dengan nada datar. "Untuk merebut Lyna darimu" jawab Devo. "Menjauhlah dan jangan ganggu dia" kata Edmund. Willi sudah masuk ke mobil di depan. Willi yang menyetir. "Edmund sudahlah, ayo" kataku. Edmund mendengarkan ku dan masuk. Setelah masuk, mobil pun jalan ke apartemen ku.

Saat di jalan, aku hanya diam menyandarkan kepalaku yang sedikit pusing ke dada Edmund. "Hm? Kau kenapa?" Tanya nya lalu mengelus kepalaku dengan lembut. "Sedikit pusing, Ed" jawavku jujur pada nya. "Kau pusing? Tidurlah" katanya. Aku hanya menurutinya. Lalu aku hanya memejamkan mataku dan tertidur. Tidur yang sangat pulas.

Sorenya, aku terbangun. Aku terbangun di kamarku. Aku pun menggeliat di kasur kesayanganku itu dan Edmund masuk lalu duduk di sampingku. "Kau sudah bangun?" Tanya nya. "Sudah. Kenapa?" Jawabku sekaligus bertanya pada nya. "Tidak apa - apa" jawab Edmund. Edmund lalu membaringkan tubuhnya di sebelahku. Aku tetap menggeliat sampai melihat ia merebahkan tubuhnya di sebelahku lalu aku meletakan kepalaku di dadanya. "Ada apa?" Tanya nya. "Tidak. Aku hanya nyaman seperti ini" jawabku jujur. Ya,, memang nyaman dengan begini.

Aku akhirnya bangun dan pergi ke kamar mandi. Sedangkan Edmund masih tertidur di kasur. Aku mandi dan setelah mandi aku pergi ke bawah. Saat di tangga, aku melihat seseorang yang sedang menonton tv. Aku menghampirinya lewat belakang. "Willi?" Tanya ku lewat gumam man ku. "Lyna? Kau sudah bangun? Kemarilah kita nonton tv bersama" tanya Willi sekaligus mengajak ku untuk menonton tv dengan saluran yang sedang ia tonton. "Iya" jawabku lalu duduk di sebelah nya. "Di mana Edmund?" Tanya nya tiba - tiba. "Kenapa?" Tanyaku heran melihat Willi mencari Edmund. "Tidal, biasa nya ia selalu ada di dekat mu kalau kau sedang sakit" jawab Willi. "Dia sedang tidur di atas" jawabku. "Yasudah, biarkan saja ia tidur. Mungkin dia kelelahan" kata nya. "Iya" jawabku. Setelahnya kami terdiam. Tidak ada yang berbicara. Kami sibuk dengan saluran tv yang sedang kami tonton. Acara kartun. "Kau.. Masih menonton.... Kartun?" Tanyaku perlahan sekaligus kebingungan. "Ya, apa salah nya? Kartun itu lucu. Tidak memandang umur" jawab nya sekaligus memberikan penjelasan dan alasan kenapa ia suka menonton kartun. "Pantas saja kau seperti anak kecil" gumam ku. Tiba - tiba saja setelah nya, ada seorang laki - laki yang duduk di sebelahku selain Willi. Siapa lagi kalau bukan Edmund. Ia duduk di sebelahku dan merangkulku. "Lyna, kau tidak membangunkan ku" kata Edmund sambil masih mengucek - ngucek matanya. "Edmund, jangan mengucek mata mu" kata ku sambil menahan tangan nya yang mengucek - ngucek mata nya. "Apa? Kenapa?" Tanya nya bingung. "Nanti matamu bisa merah" kataku. Aku bersandar di dada Edmund yang bidang dan Edmund merangkulku. "Edmund kau lapar?" Tanyaku. "Iya, sedikit. Kenapa? Kau mau memberikan darahmu padaku?" Tanya nya. "Tentu saja.. Tidak" jawabku cepat. Aku pum langsung berdiri dan hendak pergi ke dapur. "Kau mau ke mana?" Tanya Edmund sambil menahan tanganku agar aku tidak ke mana - mana. "Ke dapur" jawabku singkat. "Mau ngapain?" Tanya nya. "Mau mandi. Ya, mau mengambil minum lah Edmund" jawabku yang sedikit kesal karena Edmund terlalu over protektif terhadapku. Padahal aku hanya pergi di dalam apartemen ku. "Baiklah, jangan lama - lama" katanya sambil melepaskan tangan ku yang tadi ia tahan.

Aku akhirnya pergi ke dapur dan mengambil gelas. Aku pergi ke kulkas dan melihat botol air dingin di sana. Aku pun langsung mengambil botol tersebut. Lalu aku membuka tutup botol air dingin itu dan menuangkan nya ke gelas yang tadi kusiapkan sebelum nya. Setelah menuangkan air dingin tadi, aku menutup botol nya dan mengembalikan botol itu ke dalam kulkas lagi. Akhirnya, kuteguk alias ku minum air dingin yang di gelas tadi. Air dingin yang segar itu mengalir membasahi kerongkonganku yang kering. Setelah puas denga air dingin, aku meletakan gelasnya ke tempat cuci piring. Lalu aku mengambil cangkir dan pergi ke lemari di mana darah kantungan di simpan. Aku membuka lemari itu dan mengambil satu dari belasan atau mungkin puluhan kantung darah yang lain. Aku mengambilnya dan membawa nya ke meja di mana terdapat gunting di sana. Aku menggunting ujung nya dan menuangkan darah dari kantung itu ke dalam cangkir yang kusiapkan tadi sebelumnya. Lalu aku mengambil cangkir lain dan mengisi nya dengan air dingin yang sama dengan yang sebelumnya aku minum tadi. Setelah itu, aku membawa kedua cangkir dengan isi yang berbeda itu kembali ke tempat di maa tadi aku, Edmund, dan Willu berada sebelum aku ke dapur. Yaitu ruang tengah.

"Nih" kataku saat kembali sambil menyodor kan cangkir yang berisi darah kepada Edmund dan yang satu lagi ke sodorkan kepada Willi. "Makasi" kata Willi. "Ya" jawabku. "Lyna,, sudah kubilang jangan terlalu lelah, bukan?" Tanya nya sambil meletakan cangkir berisi darah yang ku sodorkan tadi. "Tapi Edmund,, ini sama sekali tidak melelahkan" jawabku sambil merengek seperti anak kecil yang minta dibelikan permen lolipop.

***
Haiii,, mulai kali ini, Vampire? Me? Bkal update nya rada lama tapi 1 chapter nya 1000 words. Jd klo lama, ya.. Di maklumin aja. Soalnya kdang masih jd draft kara gw kehabisan ide :v

Okeh, sori kalo gk seru, sori kalo pendek, sori kalo byk typo.

Jgn lupa VOMMENTS ya 😘😘

Plis don't be siders :)

Siders = Silent Readers

Vampire ? Me ? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang