Chapter 16

1.4K 56 0
                                    

Seralyna POV

Sampai di sana.. Aku melihat seseorang yang pernah aku lihat sebelumnya. Tapi aku tidak mengenalnya. Orang itu berdua. Karena aku tidak mengenalnya, aku mengacuhkan mereka. Akhirnya, aku dan Edmund melanjutkan jalan - jalan di taman.
Kami terkadang berbincang tentang satu hal dan terkadang Edmund membuat beberapa lelucon dan aku hanya tertawa dengan nya. "Lyna,, tunggu di sini sebentar, oke? Aku ingin membantu anak itu" katanya sambil menunjuk seoeang anak yang terjatuh dan buku - buku nya berserakan. "Tentu" kataku. Setidaknya sekarang ia mau membantu orang meskipun ia tidak kenal dengan orang itu.

Aku memandangi Edmund yang sedang membantu anak itu dari jauh. Lalu tidak lama, orang yang tadi datang menghampiriku bersama dengan teman nya. "Seralyna Blace? Itu nama mu kan?" Tanya orang pertama. "Uhm.. Kalian teman nya Edmund, ya? Biar kupanggilkan" kataku mengalihkan pembicaraan sambil segera berdiri dan hendak pergi. "Eits, kami tidak mencari Edmund, kami mencarimu" katanya sambil menarik tanganku. "He? Kami? Kau saja kali, bodoh" umpat temannya itu. "Diamlah!" Kata orang itu lagi. Aku yang refleks kesakitan berteriak sedikit. "Aw!" Pekikku. 'Tunggu, aku merasa seperti dulu aku pernah diperlakukan seperti ini. Tapi siapa?' Gumam batinku. "Dev? Devo? Kamu.. Devo kan?" Tanyaku ingin memperjelas semuanya. "Bukan urusanmu! Sekarang ikut aku, Lyna" kata Devo. "Devo lepaskan! Ini sakit!" Teriakku padanya. Biar kujelaskan, Devo adalah mantanku dulu. D.U.L.U. "Gak" jawabnya singkat. "Devo!" Teriakku. "Apa?" Tanya nya santai seolah ia tidak berbuat apa - apa. "Lepaskan!" Pintaku sedikit berteriak. "Gak bakal" jawabnya. "Kamu mau apa sih?" Tanyaku. "Mau kamu" jawabnya ringan. Sangat ringan. Seringan bulu ayam. "Devo, aku gak bisa. Aku udah sama Edmund.. Dan kamu juga bukan Devo yang dulu lagi" terangku. "Apa? Aku vampire? Iya aku memang vampire so what, Lyna? Edmund juga vampire begitu juga dengan kamu. Kamu hanya lupa ingatan, benar?" Katanya sedikit emosi. "Da - darimana kau mengetahui semua itu?" Tanya ku. "Hei, apa selama aku tidak ada kau menjadi sebodoh ini?" Tanya nya sambil mengetuk - ngetuk kepalaku pelan.

"Kau yang meninggalkan ku tanpa jejak, bodoh. Siapa yang bodoh? Apa ada orang di dunia ini yang meninggalkan kekasihnya tanpa jejak selama 3 tahun?" Kataku kesal. Dulu, tepatnya 3 tahun lalu, kami sepasang kekasih. Tapi entah kenapa ia menghilang. Dan sekarang datang lagi sebagai vampire. "Baiklah,, akan kuceritakan semua, oke?" Tawarnya. "Hm" jawabku dengan gumam man ku. "Sekarang, duduk lah di sini dulu, oke?" Pinta nya. Aku pun duduk di sana bersama Devo, sedangkan temannya yang tidak kuketahui pergi entah kemana. Akhirnya, Devo pun menceritakan semua yang terjadi saat itu.

"Lyna,, maaf ya, dulu aku ninggalin kamu tanpa jejak" katanya menyesal. "Sudahlah Dev, lagipula itu kan masa lalu" jawabku. "Tapi.. Kau mau memaafkan ku kan?" Tanya nya. "Iya" kataku lalu mengangguk dan tersenyum ia juga tersenyum senng dan memelukku. "Dev..." Lirihku. "Hm?" Jawabnya. Ia hanya menjawabku dengan gumam man. Hanya. Tapi ia lembut. "Lepasin Dev.." Lirihku lagi. "Gak Lyna, Gak" jawabnya. "Tapi Dev.." Lirihku lagi. "Gak" jawabnya singkat dan mempererat pelukan nya. 'Entah mengapa aku tidak nyaman' batinku. Tiba - tiba saja...

Edmund datang. Ia memisahkan aku dan Devo. Edmund mendorongku ke belakang, dan Devo, ia dorong ke depan. Aura Edmund penuh amarah. 'Kurasa Ia sangat marah akan hal ini, tapi kenapa ia lama sekali mencariku?' Batinku. "Lyna,, kau tidak apa - apa?" Tanya Willi. "Eh? Willi? Darimana kau tahu aku dan Edmund di sini dan suatu masalah terjadi?" Tanyaku penasaran. "Tuh" jawabnya sambil menunjuk Edmund. Aku lun melihat Edmund. "Oh iya...,, pantas saja ia lama" kataku. Willi hanya tertawa kecil. Ia membantuku berdiri. "Yaudah, ayo aku anter pulang ke kastil" ajak nya. "Tunggu, aku harus memberhentikan Edmund dulu" kataku sambil berlari. "Tapi Lyna, kenapa? Ia menculikmu. Dan juga kau tidak bisa berjalan terus saat ini" katanya. "Nanti kujelaskan di kastil, Will" kataku. Aku mulai berjalan mendekati mereka dan kakiku terasa, sakit. "Aw!" Pekikku. Willi yang mendengarkan pekikkan ku langsung menghampiriku. "Lyna, aku sudah bilang kan? Biar aku bantu" katanya. Akhirnya kami menghampiri Edmund dan Devo yang.. Ya berantem. Apa lagi.

"Edmund, hentikan" pintaku kepada Edmund. "Lyna, pulanglah, aku akan menyusul" katanya. "Aku tidak akan pulang kalau tidsk bersama mu, Ed" kataku. "Lyna.." Gumam nya. "Kita pergi ke sini bersama kan, Ed? Kalau begitu, kita haru kembali bersama juga" sambungku. "Lyna, pulanglah! Aku tidak menerima penolakan" perintahnya. Aku menghampirinya dan memeluknya dari belakang. "Lyna?" Panggilnya lembut. "Edmund, sudahlah, kalau kau terus bertengkar dengannya di sini, identitas kalian akan terbongkar" kataku sambil memeluk Edmund dari belakang. Edmund membalikan tubuhnya dan kembali memelukku. "Yasudah, ayo pulang" ajaknya. "Dan kau jangan ganggu Lyna lagi" katanya dengan tatapan tajam dan menunjuk Devo. "Edmund... Sudahlah.." Kataku. "Willi, ayo" sambungku mengajak nya pulang karena ia melamun melihat Devo. "Ah? Ayo" jawabnya.

Saat sedang jalan ke mobil, aku melihat Devo di belakangku. Jauh di belakang. Aku melihat nya seperti ingin menyerang Edmund dari belakang. Devo sudah sedikit dekat dengan Edmund, dan ya, ia memang ingin menyerang Edmund dari belakang saat itu juga aku berdiri di belakang Edmund dan korbannya adalah.. Aku.

Aku tidak memiliki tenaga lagi. "Vampire naga merah" lirihku. Lalu aku terjatuh. Tepat sebelum aku jatuh, Edmund menangkapku. Edmund tidak bisa menahan emosinya lagi. "Ed - edmund... Jangan. Bertengkar" kataku terbata lalu tidak sadarkan diri.

Edmund POV

Cowo satu ini. Tadi ia menculik Lyna. Sekarang ia mencelakai Lyna. Aku sudah tidak bisa bersabar lagi. Aku hendak berdiri dan menyerangnya membalas apa yang ia lakukan pada Lyna. "Edmund! Sudahlah! Ia sudah tidak penting! Sekarangnyang penting adalah membawa Lyna ke rumah sakit!" Kata Willi menahanku. Aku pun menurut. Aku menggendong Lyna ke dalam mobil dan menruhnya dalam pangkuanku. "Willi, kau bawa mobilnya" kataku. "Baiklah" jawab Willi.

Cowo itu hanya diam di tempatnya dan tampak menyesal atas perbuatan nya pada Lyna. Aku tidak mempedulikannya. Aku hanya khawatir pada Lyna. "Lyna... Ayo, bangunlah.. Jangan tinggalkan aku" kataku sambil mengelus rambutnya.

Sampai di rumah sakit, Lyna langsung dibawa oleh beberapa perawat ke ruang UGD untuk di periksa. Aku dan Willi hanya menunggu di luar ruangan Lyna. Dokter yang memeriksanya, dia vampire. Jadi aku sedikit tenang tentang identitasnya Lyna. Hanya saja.. Aku tidak tenang dengan keadaan Lyna. "VAMPIRE NAGA MERAH" umpatku dalam pikiranku. Siapa sebenarnya cowo itu? Apa hubunganya dengan Lyna?

***
Hai,, gue dah apdeeet wkakaaaa

Yaaah,, ada PHO deh antara Lyna sm Edmund.. Huhuu cedih.. (Aelah thor, kan lu yg bkin gtu gimane sih ah #Lyna)
Diem lu Lyn, lu tidur ae noh di kaar mayat skalian (dih ogah, mending di kamar UGD ae la, bay #Lyna)
Hooh

Yaudah,, sori kalo gk seru, sori kalo pendek, sori kalo byk typo.

Jgn lupa VOMMENTS ya 😘😘

Vampire ? Me ? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang