Chapter 19

1.3K 58 0
                                    

Seralyna POV

"Edmund,, sudahlah, biarkan Lyna melakukan nya, lagipula ia tidak kelelahan, bukan?" Kata Willi membelaku. "Tapi Will,, kalau Lyna di biarkan melakukan nya, ia akan terus melakukan nya hingga ia tidak sadar kalau ia kecapean" jawab Edmund tidak mau kalah. "Aku tidak akan terus melakukan nya sampai aku kecapean koq, Ed.." Gumamku yang masih dapat di dengar oleh manusia normal. "Haaft,, yasudah. Pastikan kalau kau pegang janjimu itu" kata Edmund mengalah lalu bangkit berdiri dan pergi ke atas. "Apa aku salah?" Tanyaku atau lebih tepat nya gumamku pada diriku sendiri yang dapat di dengar Willi. "Kau tidak salah,, hanya saja Edmund terlalu mengkhawatirkan mu, Lyna. Ia hanya berusaha untuk melindungimu" jawab Willi. "Uhm.. Baiklah" kataku. Aku pun terdiam sejenak.

Setelahnya, aku berdiri dan memutuskan untuk pergi ke kamar menyusul Edmund. Aku mengetuk pintunya. "Masuk" jawab Edmund dari dalam. Aku pun masuk dan melihat Edmund telanjang dada. "Edmund!" Teriakku sambil menutup kembali pintu yang kubuka. Aku memejamkan mataku. 'Ya tuhan! Apa yang baru saja ia pikirkan?! Kenapa ia bertelanjang dada seperti itu?! Ya tuhan... Apa salahku?' Pikirku. Aku menyandarkan tubuhku di depan pintu. Dan tiba - tiba Edmund membuka pintu nya dari dalam. Aku hanya diam di tempat dan memikirkan apa yang harus kukatakan atay apa yang harus kuperbuat. Aku akhirnya hanya diam terpaku di tempatku. Sampai akhirnya Edmund memeluk pinggangku dari belakang.

"Kau harus membiasakan dirimu, Lyna" katanya setengah berbisik di telingaku dan mencium lembut pipiku setelah ia memeluk pinggangku dari belakang. "Edmund..!" Kataku sedikit menoleh kepadanya. "Apa?" Tanya santai tidak mengubah posisinya. "Kenapa kau bertelanjang dada?!" Tanyaku sedikit berteriak karna kesal padanya. "Di sini panas, Lyna" jawabnya santai. "Lagipula, kau harus membiasakan dirimu" sambungnya lalu mencium dengan lembut pipiku. "Membiasakan apa?" Tanyaku. "Kau akan sering melihatku seperti ini kan?" Tanya nya santai. "Edmund..." Gumamku. "Apa? Apa aku salah?" Tanya nya santai. "Lupakan, sekarang lepaskan aku.." Jawabku sekaligus pintaku. "Tidak mau" jawabnya. "Edmund..." Gumamku. Tidak ada jawaban. Ia tetap pada posisinya, memeluk pinggangku dari belakang.

Tiba - tiba, Edmund menggendongku. "Edmund, turunkan aku" kataku sambil meronta. "Tidak" jawabnya singkat. Ia menggendongku dan membawaku masuk ke kamar. Ia menurunkanku saat sampai di sebelah kasur kesayanganku itu. "Kenapa kau melakukan itu?" Tanyaku. "Memang nya kau mau terus di depan pintu?" Tanya nya santai. Edmund duduk di kasur secara menyamping dan merebahkan tubuhnya. Ia terlihat lelah.

Aku pun ikut merebahkan tubuhku di sebelahnya. "Kau lelah?" Tanyaku sedikit terbata. "Tidak, kenapa?" Tanyanya sambil menghadap padaku. "Kau.. Terlihat lelah, istirahatlah kalau kau lelah, Ed" Jawabku. "Lelahku hilang saat kau bersamaku, Lyna" jawab Edmund dan ia tersenyum. Aku yang melihat Edmund tersenyum, ikutan tersenyum.

Edmund POV

Aku melihat Lyna tersenyum. Itu cukup membuatku bahagia dan tenang. Aku kembali mengembalikan posisiku menjadi duduk di kasur. "Ed? Kenapa?" Tanya Lyna yang ikutan mengembalikan posisinya menjadi duduk. "Tidak, tidak ada apa - apa. Kau tidurlah" jawabku sambil memintanya untuk tidur. "Aku akan kembali" kataku sambil berdiri dan berjalan ke arah keluar kamar. Lyna tampak bingung dengan kelakuanku, ia hanya diam dan merebahkan tubuh nya di kasur dan tidur. Kurasa?.

Aku pergi ke bawah dengan cepat. Aku pergi ke bawah dan mengambil cangkir berisi darah yang di ambilkan Lyna tadi. 'Ya, setidaknya aku tidak terlambat' pikirku. Aku kehausan. Tadi, aky tidak tahan dengan darah Lyna yang lezat. Makannya aku langsung bangun dan hendak pergi.

Setelah darah yang ada di cangkir habis, aku pergi ke dapur dan mengambil satu kantung darah lagi dari lemari penyimpanan nya. Lalu meminum nya sampai puas. Setelah puas, aku terdiam di dapur. "Edmund, ada yang mencarimu!" Teriak Willi dari ruang tengah. "Siapa?" Tanyaky sedikit berteriak sambil berjalan ke arah ruang tengah. Sampai di sana, aku melihat cowo yang saat itu menyakiti Lyna.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Tanyaku to the point. "Bertemu dengan Lyna. Apa lagi?" Jawab nya yang terdengar seperti menantangku. "Bukankah sudah kubilang untuk tidak bertemu dengan nya lagi?" Tanyaku tidak mau kalah. "Aku tidak semudah itu menyerah, bodoh" jawabnya. "Bodoh? Sekarang lihat siapa yang bodoh" kataku tidak terima dengan ia memanggilku dengan 'bodoh'. Aku memukulnya hingga ia terpental keluar dari apartemen. Ia bangkit dan melawanku. Kami sempat bertarung saat itu, dan untungnya, jalanan sedang sepi seperti mendukung kami untuk bertarung.  Aku sempat menghabisi nya. Saat akan ingin memberikan cowo itu pukulan terakhir ku, seseorang menahan tanganku. "Edmund, hentikan, kumohon" kata atau yang lebih tepat pinta orang itu. 'Suara Lyna?' Pikirku. Aku menoleh dan mendapatkan Lyna di sana. "Lihat? Kau melihat nya sendiri, Edmund. Lyna masih mencintaiku" kata cowo itu dengan nada kemenangan. "Kenapa aku harus berhenti, Lyna?" Tanyaku lembut pada Lyna seolah menanyakan kebenaran akan hal yang di ucapkan cowo itu. "Aku tidak ingin kau terluka, Edmund" jawabnya. "Dan apa yang di katakan cowo ini benar?" Tanyaku lagi. "Itu tidak benar, Ed..." Jawabnya terputus. Ia memegang tanganku sehingga aku melapaskan cowo itu. Aku menatap mata nya yang indah. "Sekarang, aku hanya mencintai satu cowo, yaitu kamu, Edmund. Untuk sekarang, maupun seterusnya" sambungnya. Tanganku memegang pipinya. Mengusap pipinya. "Kau benar" jawabku.

"Lyna,, kembalilah padaku" pinta cowo itu. "Maaf, Dev, gak bisa, kamu udah ninggalin aku dulu" tolak Lyna. Lyna menarik tanganku lembut. Ia menarikku ke dalam apartemen dan Willi hanya menonton kami. Setelah aku dan Lyna masuk, barulah Willi masuk.

"Lyna,, bisakah kau ceritakan padaku, siapa sebenarnya cowo itu?" Tanyaku lembut padanya yang sedang menyandarkan dirinya pada dadaku. Lyna hanya diam tidak menjawab. Ia hanya mempererat pelukannya padaku. 'Ada apa sebenarnya sampai - sampai Lyna seperti ini?' Pikirku.

"Biar aku yang menceritakan" kata Willi tiba - tiba. Willi pun menceritakan segalanya. Dari saat mereka bertiga bersahabat, sampai sekarang. Lyna yang mendengarkan Willi menceritakan segalanya hanya diam terpaku dan mempererat pelukannya. Aku hanya bisa menenangkannya dengan mengusap - usap punggungnya. "Edmund?" Tanya nya dengan volume dengan sangat kecil sehingga manusia biasa tidak akan bisa mendengarnya dengan jelas.

"Apa? Kau kenapa?" Tanyaku lembut mengkhawatirkannya. "Aku pusing" jawabnya sambil mempereratkan lagi pelukannya. "Yasudah,, ayo ke kamar, aku antar" kataku sambil membantunya berdiri. Aku menuntunnya menaiki satu per satu anak tangga. "Lyna, tidurlah" kataku. Lyna merebah kan tubuhnya di kasur dan aku duduk di kasur, tepatnya di sebelah nya. "Edmund..." Gumamnya. "Apa? Kau menginginkan sesuatu?" Tanyaku lembut penuh perhatian. "Temani aku di sini" jawab nya.

***
Hai,, udah update yak,, chapter 20 nya masih jd draft😂

Sori kalo gak seru, sori kalo pendek, sori kalo byk typo :v

Jgn lupa VOMMENTS ya 😘😘

Vampire ? Me ? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang