Chapter 20

1.3K 48 0
                                    

Edmund POV

Lyna memintaku untuk menemaninya di sini. "Lyna, tidurlah. Aku tidak akan pergi ke mana - mana" jawabku. "Edmund.." Panggilnya lagi. "Hm?" Jawabku dengan gumam man ku. "Kau.. Tidak marah denganku kan?" Tanya nya. "Marah? Padamu? Kenapa?" Tanyaku kepadanya. "Uhm... Lupakan Ed.." Katanya seperti orang yang ketakutan. Badan nya gemetar.

"Lyna,, kenapa kau takut padanya?" Tanyaku pelan. "Aku... Aku..." Katanya. "Hey... Kau kenapa?" Tanyaku lagi. Lyna mulai menangis di dadaku, dan aku hanya mengelus dari kepala sampai rambutnya pelan. "Aku... Hanya.. Takut.. Ia membawaku pergi darimu.., Ed.." Jawab Lyna terbata sambil menangis. Ia mengeratkan pelukannya setelahnya.

"Lyna,, semua itu tidak akan terjadi, oke?" Kataku menenangkan dirinya. Ia hanya mengangguk pelang dan menangis. Aku membiarkan Lyna menangis sepuasnya hingga ia tertidur. Aku tertidur setelah ia tertidur. Paginya saat aku terbangun, aku tidak dapat melihat Lyna. Ia tidak ada di sebelahku. Aku terbangun dan langsung melihat dan mencari Lyna di kamar mandi. Tapi hasilnya nihil. Ia tidak ada.

Akhirnya aku memutuskan untuk mencari Lyna di lamtai bawah. Saat ke bawah, alu hanya menemukan William di sana sedang menonton tv dengan santai. Aku mencari nya ke dapur pun tidak ada. William yang bingung dengan kelakuanku bertanya. "Edmund, apa yang kau cari?" Tanya nya. "Lyna" jawabku singkat. "Lyna? Bukannya ia ada bersamamu kemarin?" Tanya nya bingung dengan jawaban yang kuberikan padanya. "Tadinya iya, tapi tadi pagi ia hilang" jawabku. "Kau sudah mencari Lyna di kamar? Perpustakaan kecil di kamarmu?" Tanya nya. "Aku sudah mencarinya di seluruh sudut kamarku.." Kataku sedikit emosi. Tapi aku mengingat satu hal. "Perpustakaan kecil!" Pekikku.

Aku langsung pergi berlari ke lantai atas dan membuka pintu perpustakaan kecil di kamarku dan menemukan Lyna meringkuk di sudut ruangan itu. Aku menghampiri nya. "Lyna, apa yang kau lakukan di sini, ayo berdiri" kataku sambil membantunya berdiri. Ia tampak kacau. Tidak seperti biasanya. "Hey.. Apa yang terjadi?" Tanyaku bingung. Ia memelukku dengan erat dan sedikit menangis. "Lyna? Kau kenapa? Cerita padaku" kataku menenangkannya. Ia hanya terdiam. "Lyna.., dengar, semuanya baik - baik saja oke? Jangan seperti ini, ya?" Kataku menasihatinya. Aku mengusap air matanya yang mengalir membasahi pipinya.

Ia mengangguk dan tersenyum. "Yasudah, ayo turun" ajakku sambil tersenyum padanya. Aku menggenggam erat tangannya seakan tidak ingin melepaskannya satu detik saja. Kami menuruni anak tangga satu per satu dengan hati - hati. "Edmund kau sudah menemukan Lyna?" Tanya William. "Sudah" jawabku. Aku membawa Lyna ke arah William di sofa. "Lyna duduklah di sini" kataku. Ia hanya menuruti apa kataku dan duduk di sofa bersama William.

Seralyna POV

"Lyna, kau baik - baik saja kan? Apa yang kau lakukan? Kenapa kau seperti ini?" Tanya Willi khawatir saat aku duduk di sebelahnya. Edmund pergi ke dapur untuk mengambilkan aku minum. "Aku.. Tidak apa - apa" jawabku sambil tersenyum. "Apa.. Kau takut dengan Devo?" Tanya Willi tiba - tiba. "Ti.. Tidak" jawabku terbata. Sial batinku.

"Kenapa kau takut dengan Devo? Apa yang sudah ia lakukan, Lyna?" Tanya Willi lagi yang tampak sudah marah dengan Devo. "Dia tidak melakukan apa - apa" jawabku. "Sudahlah.. Lupakan saja" lanjutku lalu tersenyum padanya. Edmund kembali ke ruang tengah membawa dua buah gelas. Satu gelas ia taruh di depanku dan satunya lagi, ia bawa dan minum. Edmund merangkulku, dan aku hanya menyandarkan kepalaku di dadanya.

"Kau kenapa? Pusing lagi?" Tanya Edmund lembut. "Tidak, hanya nyaman saja, Ed.." Jawabku. Ia mengelus kepalaku lembut. "Gimana kalo kita nonton DVD?" Saran Willi. "Boleh" jawabku. Dan Edmund hanya mengangguk. Willi memilih DVD nya dan memutarnya. Saat akan dimulai, seseorang mengetuk pintu apartemenku. Willi membuka pintu dan yang masuk, Rinka. "Hei Lyna!" Sapa nya. "Hai" balasku. Rinka duduk di ujung sofa dan Willi duduk diantara aku dan Rinka. Rinka terlihat seperti menyukai Willi. Hanya saja Willi tidak mengetahuinya.

Saat tengah - tengah film, aku merasa kedinginan. "Lyna? Kau kedinginan?" Tanya Edmund penuh perhatian dan lembut. Aku hanya mengangguk pelan. Lalu Edmund mengeratkan rangkulannya berniat untuk menghangatkanku tapi hasilnya nihil. Karena ia tidak terlalu hangat. "Biar aku saja" kata Willi tiba - tiba dan duduk mendekatiku. Setelah Willi merapatkan tubuhnya padaku, aku merasa hangat. Sangat hangat. "Lebih baik?" Tanya Edmund perhatian. "Iya" jawabku lalu tersenyum pada Willi, "makasih" kataku. Tapi, saat aku melihat ke arah Rinka, ia seperti tidak suka Willi dekat denganku.

Aku tidak mempedulikannya dan tetap menonton DVDnya.

Vampire ? Me ? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang