Chapter 22

1.1K 50 0
                                    

Seralyna POV

Edmund. Kini nyawanya terancam. Air mataku terus mengalir membasahi popiku tanpa henti. Aku tidak dapat melakukan apa - apa. Aku terdiam dan menangis. Ingin rasanya mendekat dan menghampiri nya, namun tubuhku yak bisa bergerak seperti apa yang kuinginkan.

Edmund POV

Aku melihat Lyna yang sedang tidur. Aku melihatnya menangis. Aku merebahkan tubuhku di atas kasur di sebelah Lyna dan memeluk tubuh mungilnya. "Lyna, kau kenapa?" Tanyaku. Tak ada jawaban. Ia tidak terbangunkan oleh suaraku. Biasanya ia selalu terbangun jika aku bersuara.

Aku mengelap pipinya yang basah karena air matanya yang mengalir tanpa henti, entah apa yang dipikirkan oleh nya. "Lyna, hei" kataku membangunkan Lyna. Ia membuka matanya dan langsung memelukku seerat - erat nya. "Lyna? Kau kenapa? Apa seseorang menyakiti mu?" Tanyaku yang khawatir melihat sikapnya. "Tidak" jawabnya pelan dan terus menangis. "Kau kenapa? Katakan padaku" kataku lagi lalu mengecup ujung kepalanya dan memeluknya.

"Hanya... " jawabnya pelan dan terputus. "Hanya apa?" Tanyaku lagi. "Mimpi buruk, Ed" jawabnya tidak bergerak dari pelukan ku. "Yasudah, sekarang kau tidur kembali, ya? Ini masuh larut malam" kataku. "Mm" Lyna hanya menjawab dengan gumamannya.

Tidak lama, ia sudah kembali terlelap dalam pelukanku.

Seralyna POV

Paginya, aku terbangun. Edmund tidak ada di sebelahku seperti kemarin. Aku mulai berpikiran yang tidak - tidak. Aku membayamgkan mimpi kemarin. Alhasil, air mataku mengalir. Aku menangis. Lagi.

Sambil menangis, aku mulai mencari Edmund ke sekeliling kamarku dan hasilna nihil. Kemudian aku mencarinya ke perpustakaan kecil di kamarku, dan hasil nya sama.

Akhirnya aku keluar dari kamarku dan berlari ke lantai bawah. Aku juga.. Tidak menemukan Edmund di sana. Akhirnya, satu - satu nya ruangan dan harapan terakhirku.. Yaitu dapur. Aku berlari ke arah dapur dan akhirnya, aku menemukan dia. Ia sedang menumpahkan sekantung darah ke dalam cangkirnya.

Edmund yang kebingungan melihatku menangis dan terdiam di pintu menghampiriku. "Lyna? Kau kenapa?" Tanyanya. Aku tidak dapat menjawabnya dan langsung memeluknya. Bahkan sangat erat. "Lyna?" Tanyanya lagi. "Kupikir mimpi itu menjadi kenyataan, Ed... Aku takut" jawabku pasrah. "Hey,, seburuk apapun mimpimu itu, aku akan tetap berada bersamamu, oke?" Katanya menguatkanku sambil memegang pipiku. Aku hanya mengangguk dan tersenyum.

"Yasudah, sekarang, enaknya ngapain ya?" Tanya Edmund padaku. "Menonton DVD?" Tawarku. "Boleh juga" jawabnya. "Kalau begitu, ayo ke depan" ajaknya. Lalu ia mengambil gelas yang berisi darah yang ia tuangkan tadi lalu membawanya ke depan. Aku duduk di sofa dan Edmund yang memutarkan DVDnya. Setelahnya, Edmund duduk di sebelahku dan kami menontonnya bersama. Kali ini, Edmund memilih film yang bergenre komedi. Aku sempat tertawa saat melihat salah satu adegan nya.

Edmund POV

Akhirnya,, aku melihatmu tersenyum lagi, Lyna

***
Yooooo wazaaap

Gw balik lagii nih :v
Setelah berbulan - bulan gak updateee yooo

Dah ah alay 😂

Babaaaay,,

Vampire ? Me ? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang